BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AFIRMASI POSITIF TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI BPH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nyeri dan peningkatan mobilisasi pada pasien post oporasi BPH yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment dengan time series.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

AFIRMASI POSITIF TERHADAP PEINGKATAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik responden pasien post operasi BPH persentase umur

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan ibu maupun bayinya. kejadian SC di Cina, Mexico, Brazil lebih dari 35%. Angka kejadian terus

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. terapi dan perawatan untuk dapat sembuh, dimana sebagian besar pasien yang

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

EFEKTIFITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL EDUCATIONAL INTERVENTION PADA PASIEN POST TRANS URETHERAL RESECTION OF THE PROSTATE DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasy

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. asli ke perifer dan menjadi kaspul bedah (Rahardjo, 1995). Benigna Prostat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). BPH dianggap menjadi bagian dari proses penuaan yang normal, tetapi jika menimbulkan gejala yang berat dan tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa pengobatan yaitu pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urin setelah buang air kecil, sehingga terjadi pengendapan batu, tekanan intra vesika yang selalu tinggi tersebut apabila diteruskan ke ureter dan ginjal akan terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.(nursalam & Fransisca, 2009). Hasil penelitian di Amerika menurut Wibowo (2009) menunjukan data bahwa semakin bertambahnya usia maka angka kejadian BPH semakin tinggi, hal ini berlaku sama dengan kejadian di Indonesia yaitu 50 % kejadian BPH dialami oleh laki-laki yang berusia 60-70 tahun dan 80% dialami oleh laki-laki yang berusia 80 tahun. (Nursalam dan Fransisca, 2009). 1

2 Jumlah pasien yang melakukan operasi BPH di rumah sakit RAA Soewondo Pati berdasarkan catatan rekam medis pada bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016 sebanyak 30 pasien. Berdasarkan wawancara dan observasi di ruang bougenfile dan ruang mawar keluhan pasien yang dirasakan post operasi BPH adalah nyeri di daerah post operasi seperti perih dan panas, nyeri pada bagian penis karena tekanan balon kateter dan fiksasi yang terlalu kuat, tidak berani melakukan mobilisasi seperti miring kanan dan miring kiri, duduk di tempat tidur dikarenakan banyaknya alat- alat medis yang terpasang pada tubuhnya, misalnya slang infus, kateter, irigasi cairan, serta drainase, pasien melakukan mobilisasi hari ke 3 bisa miring kanan dan miring kiri, hari ke 4 belajar duduk, hari kelima latihan berdiri, hari ke enam dan ketujuh latihan ke kamar mandi. Perasaan nyeri pada luka operasi akan kondisi tubuhnya serta takut jahitan dan alat alat yang terpasang ditubuhnya menjadi penyebab untuk tidak melakukan mobilisasi. Kekhawatiran pasien apabila dengan menggerakkan tubuhnya pada posisi tertentu akan memperparah luka operasi juga menjadi alasan untuk tidak melakukan mobilisasi. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial sehingga terjadi pelepasan mediator nyeri seperti histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin yang merangsang nosiseptor

3 atau reseptor nyeri kemudian menghantarkan serabut tipe A dan serabut tipe C menuju medulla spinalis, sistem aktivasi retikular, hipotalamus dan sistem limbik ke otak (korteks somatosensorik) sehingga terjadinya persepsi nyeri. (Herdman, 2012). Nyeri operasi merupakan efek klinis dari tindakan pembedahan dan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan yang harus menjadi pertimbangan utama dalam pemberian asuhan keperawatan. Nyeri post operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat profesional dalam merawat pasien pasca operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan gangguan intake nutrisi dan aktifitas-istirahat pasien,dan pada akhirnya berkontribusi pada komplikasi sehingga memperpanjang masa perawatan pasien. (Macintyre, Schug& Walker, 2010) Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006). Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Mobilisasi juga sangat diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi alvi, dan urin,serta mengembalikan aktifitas tertentu sehingga pasien dapat

4 kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian (Garrison, 2006). Pelaksanaan manejemen nyeri non-farmakologi di lapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mengatasi nyeri, kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter diantaranya adalah pemberian analgesik yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya di bandingkan dengan penggunaan intervensi manejemen nyeri non-farmakologi. (Sjamsuhidajat, 2011). Tujuan dari manajemen atau intervensi nyeri adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar untuk melakukan mobilisasi (Perry dan Potter, 2005). Salah satu tindakan non farmakologi untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan mobilisasi yang sudah diterapkan di rumah sakit RAA Soewondo Pati adalah perawat menganjurkan pasien untuk tarik nafas dalam ketika nyeri datang dan menganjurkan pasien untuk miring kanan dan miring kiri setelah post operasi hari ke 3. Intervensi non farmakologi merupakan terapi pelengkap dalam mengurangi dan mengontrol nyeri, intervensi ini dapat mencakup intervensi fisik dan perilaku kognitif. (Smeltzer, S.C, 2002). Dalam mengurangi nyeri pada pasien post operasi BPH salah satu teknik yang dapat digunakan adalah afirmasi positif, saat ini model pemberian

5 afirmasi positif masih belum digunakan karena perawat belum mengerti prosedur pelaksanaannya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait pemberian afirmasi positif adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) didapatkan bahwa ada pengaruh afirmasi positif pada anak usia sekolah terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi di ruang bougenvile RSUD Kudus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil analisis uji wilcoxon signed rank test didapatkan nilaip value = 0,005 (p value < α 0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Musyarofah (2012) menunjukan bahwa ada perbedaan kepatuhan minum obat sebelum dan sesudah Afirmasi positif pada penderita TB di Puskesma Gribig Kabupaten Kudus.Hal ini menunjukan bahwa afirmasi positif efektif merubah perilaku penderita TB dalam minum obatdan menumbuhkan kesadaran kepatuhan minum obat sehingga ada dampak positif bagi penderita TB dalam menjalani pengobatnnya. Penelitian lain tentang afirmasi positif adalah penelitian yang dilakukan oleh Sholichah (2012) tentang Perbedaan Tingkat Kepatuhan Diet Sebelum Dan Setelah Afirmasi Positif Pada Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Cempaka I Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil analisis uji wilcoxon signed rank test didapatkan nilaip value = 0,003 (p value < α

6 0,05) maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada perbedaan tingkat kepatuhan diet sebelum dan setelah afirmasi positif pada pasien Diabetes Mellitus di Ruang Cempaka I Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. B. Rumusan Masalah Pelaksanaan manejemen nyeri non-farmakologi di lapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mengatasi nyeri. Kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter, diantaranya adalah pemberian analgesik yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya di bandingkan dengan penggunaan intervensi manejemen nyeri non-farmakologi. Pemberian analgesik ini walaupun efeknya cepat namun secara ekonomi memberikan dampak bagi pasien. (Sjamsuhidajat, 2011). Berdasarkan pertimbangan diatas rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana rata-rata perbedaan penurunan nyeri pre hari ke 1 sebelum dilakukan afirmasi positif dan post hari ke 1 sampai hari ke 4 sesudah dilakukan afirmasi positif pada kelompok intervensi. 2. Bagaimana rata-rata perbedaan penurunan nyeri pre hari ke 1 sebelum dilakukan afirmasi positif dan post hari ke 1 sampai ke hari 4 sesudah dilakukan afirmasi positif pada kelompok kontrol.

3. Bagaimana rata-rata perbedaan peningkatan mobilisasi pre hari ke 1 sebelum dilakukan afirmasi positif dan post hari ke 1 7 sampai hari ke 4 sesudah dilakukan afirmasi positif pada kelompok intervensi. 4. Bagaimana rata-rata perbedaan peningkatan mobilisasi pre hari ke 1 sebelum dilakukan afirmasi positif dan post hari ke 1 sampai hari ke 4 sesudah dilakukan afirmasi positif pada kelompok kontrol. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis pengaruh afirmasi positif terhadap penurunan nyeri dan peningkatan mobilisasi pada pasien post operasi BPH. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik pasien post operasi BPH pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. b. Menganalisa rata-rata perbedaan penurunan nyeri pre afirmasi positif hari ke 1 dan post afirmasi positif hari ke 1 sampai hari ke 4 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c. Menganalisa rata-rata perbedaan peningkatan mobilisasi pre afirmasi positif hari ke 1 dan post afirmasi positif hari ke 1 sampai hari ke 4 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman peneliti tentang Tesis keperawatan serta pengembangan wawasan tentang Afirmasi positif. 2. Manfaat bagi RSUD RAA Soewondo Pati Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat RSUD RAA Soewondo khusunya di ruang Bougenvile dan ruang mawar sehingga peran mandiri perawat sebagai edukator dan motivator dalam upaya meningkatkan pengembangan perawatan pasien post operasi BPH dengan menggunakan afirmasi positif. 3. Manfaat bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti lain tentang afirmasi positif dapat mempengaruhi pikiran bawah sadar manusia sehingga dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan mobilisasi pada pasien post operasi BPH. 4. Ilmu Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi sumber ilmu yang berbasis evidence base yang dapat memperkaya khazanah keilmuwan untuk

9 penatalaksanaan pasien post operasi BPH sehingga tercapai keilmuwan yang mendekati realita. E. Penelitian Terkait 1. Musyarofah, Rosiana, Siswanti. (2012). Perbedaan Kepatuhan Minum obat Sebelum Dan Setelah Afirmasi Positif Pada Penderita TB paru di Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus Penelitian ini ada persamaan konsep dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berkaitan dengan Afirmasi positif perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan bahwa penelitian ini menggunakan desain one-group pre-post test design, subyek penelitian ini adalah penderita TB yang berobat di puskesmas Gribig. Variabel yang akan diteliti Perbedaan Kepatuhan Minum obat Sebelum Dan Setelah Afirmasi Positif Pada Penderita TB paru di Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan responden psien post operasi BPH ruang Bougenvile RSUD RAA Soewondo Pati dengan variabel yang diteliti adalah pengaruh Afirmasi positif terhadap menurunkan nyeri dan meningkatkan mobilisasi. 2. Sholichah, Rosiana, Siswanti. (2012). Perbedaan Tingkat Kepatuhan Diet Sebelum Dan Setelah Afirmasi Positif Pada Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Cempaka I Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus

10 Penelitian ini mempunyai persamaan konsep yaitu berkaitan dengan Afirmasi positif penelitian ini ada persamaan variabel dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Metode penelitian menggunakan one-group pre-post test design dan variable penelitian Perbedaan Tingkat Kepatuhan Diet Sebelum Dan Setelah Afirmasi Positif Pada Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Cempaka I Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. 3. Wantonoro, M. Dahlan (2015) Efektifitas Cognitive Behavioural Educational Intervention Pada Pasien Post Trans Uretheral Resection Of The Prostate Di RS PKU Muhammadiyah Bantul Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas cognitive behavioural educational intervention (CBEI) pada pasien post transuretheral resection of the prostate (TURP) di RS PKU Muhammadiyah Bantul, metode yang digunakan dengan penelitian Quasi eksperimen posttest only control group.penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berkaitan dengan menurunkan nyeri pada pasien post operasi BPH. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode penurunan nyeri yang digunakan, selain itu penelitian ini

11 juga akan melihat peningkatan mobilisasi dengan menggunakan afirmasi positif. 4. Sriyatun, Rosiana. (2013). Pengaruh Afirmasi positif terhadap pelaksanaan mobilisasi pada pasien post operasi hari 1-5 di ruang cempaka 1 RSUD Kudus Desain penelitian dengan eksperimen semu (quasi experiment design) dengan pendekatan rancangan perbandingan kelompok statis (statis group comparison). Kesimpulan Ada pengaruh afirmasi positif terhadap pelaksanaan mobilisasi pada pasien post operasi hari 1-5 di ruang cempaka I Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berkaitan dengan Afirmasi positif, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitan yang akan dilakukan adalah terletak pada lokasi penelitian, populasi penelitian serta metode penelitian, perbedaan yang lain yaitu pada variabel yang akan diteliti menggunakan lembar observasi yang berisi skala nyeri numeric 0-10 dan lembar observasi mobilisasi dengan skor nilai 0-15 terhadap nyeri dan mobilisasi pada pasien post operasi BPH. 5. Sufaedah (2013) Pengaruh Afirmasi Positif Terhadap Pelaksanaan IMD Pada Ibu Post Partum Spontan Di Ruang Bersalin RSUD Kudus

12 Tujuan penelitian menganalisis Pengaruh Afirmasi Positif Terhadap Pelaksanaan IMD Pada Ibu Post Partum Spontan Di Ruang Bersalin RSUD Kudus. Penelitian menggunakan desain penelitian experimental dengan pendekatan pre-testdan post-test only within control Group. Sampel dengan total sampling dan penentuan kelompok kontrol dan intervensi dengan random sampling. Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan afirmasi positif sebagai intervensi yang akan digunakan, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitan yang akan dilakukan adalah terletak pada lokasi penelitian, populasi penelitian serta metode penelitian, perbedaan yang lain yaitu pada variabel yang akan diteliti menggunakan lembar observasi mobilisasi dengan skor nilai 0-15 terhadap nyeri dan mobilisasi pada pasien post operasi BPH. 6. Sambodo Sriadi (2014) Efektifitas Afirmasi Positif Terhadap Kecemasan Penderita Tuberculosis Paru Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Di Kota Magelang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas afirmasi positif terhadap kecemasan penderita Tuberculosis, metode yang digunakan dengan penelitian Quasi eksperimen. Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

13 yaitu berkaitan dengan afirmasi positif, perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan terletak pada pasien post operasi BPH terhadap penurunan nyeri dan peningkatan mobilisasi.