BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB IV ANALISIS DATA. analisis sesuai dengan fokus penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS TENTANG PENYEBAB-PENYEBAB SEORANG ANAK YANG. proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Non-Directive Permainan

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGATASI KESENJANGAN KOMUNIKASI SEORANG ADIK TERHADAP

BAB IV ANALISIS DATA. dengan Teknik Biblioterapi Dalam Mengatasi Dekadensi Ke-Imanan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB IV ANALISA DATA. dengan analisa deskriptif. Adapun datayang dianalisis sesuai dengan dua focus

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani. Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan analisis deskriptif komparatif

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

BAB IV ANALISIS DATA. dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Berikut dibawah ini merupakan analisis data tentang faktor, proses

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS KONSELING KELUARGA BAGI LANSIA YANG MENGALAMI EMPTY NEST SYNDROME DI DESA KATERBAN NGANJUK

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis data tentangproses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Karir dalam

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB IV ANALISIS DATA. membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukannya proses konseling. Berikut ini

BAB IV ANALISA DATA. 1. Analisis Tentang Faktor yang Mempengaruhi Seorang Siswa Pelaku. Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik

BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

BAB IV ANALISIS DATA. bimbingan dan konseling Islam yang terjadi di lapangan dengan teori yang

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB IV ANALISA DATA. konselor sekaligus peneliti. Analisa ini disajikan dalam bentuk penulisan analisa

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif di TPA Baitul Hamid

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Metode konseling karier Nur Cita Qomariyah Membina Skill. Mahasiswa di IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga, bahkan salah satu fungsi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Proses Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data mengenai Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan. di Desa Pangkahkulon Ujungpangkah Gresik

BAB IV ANALISIS DATA. C. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan. Pemuda di Desa Putat Kec Kebomas Kab. Gresik).

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS DATA. broken home di SMP Al Amanah Bilingual, maka analisis tersebut adalah

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data

Sigit Sanyata

BAB IV ANALISIS DATA. Dengan Teknik Token Economy Dalam Membentuk Disiplin Shalat

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi ISHAS (Istighfar, Sholawat,

BAB III BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG REMAJA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

Bab 4 ANALISIS DATA. untuk menunjukkan data-data yang sifatnya deskriptif yang berkenaan dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis proses dari pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan

BAB V PENUTUP. Dalam pembahasan tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Siswa Pelaku Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik.

BAB IV ANALISIS DATA TERAPI GROWTH MINDSET ( CAROL S. DWECK, PH.D.) DAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB IV ANALISIS DATA. mendapatkan analisis yang baik. Adapun data yang akan dianalisa sesuai dengan

BAB IV ANALISIS MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Dari Pelaksanaan Bimbingan Konseling Karir Dengan. Menggunakan Instrumen Holland Hexagon Dalam Menangani

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Kitab Taisirul Kholaq sebagai Upaya Pengembangan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Tentang Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

BAB IV ANALISA DATA. Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. klien, ditemukan bahwa klien di usia yang ke- 60 sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

SKRIPSI. Oleh DWIJO MARTANTO NIM

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud Dalam

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian ini konselor menggunakan analisis deskripstif komparatif maksudnya adalah membandingkan data teori dengan data yang terjadi dilapangan ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui komparasi antara konsep teori bimbingan konseling dengan fakta empiris di lapangan. Berikut perbandingan data teori dengan data empiris yang ditemukan di lapangan 1. Analisis Data Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Realitas untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Berdasarkan Teori BKI Dan Pelaksanaan BKI No. Data Teori Data Empiris / Lapangan 1. Identifikasi masalah: Melalui hasil wawancara dan observasi Langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada klien yang dilakukan konselor, konseli adalah anak tengah yang mengalami middle child syndrome hal ini didasarkan pada perasaan minder yang dialami oleh konseli karena seringkali dibandingbandingkan dnegan sang kakak dalam pencapaian keberhasilan, konseli juga seringkali merasa iri karena mendapat perlakuan yang berbeda dengan saudarinya dari sang ayah, konseli juga 83

84 2. Diagnosa masalah yaitu menetapkan permasalahan apa yang dihadapi. 3. Prognosa yaitu menetapkan jenis bantuan atau terapi yang digunakan. mengalami kesulitan dalam menerima pembelajran dipesantren dan hal ini sering membuatnya mudah menyerah pada hal-hal baru. Pada tahap ini deketahui bahwa konseli megalami middle child syndrome dengan merasa minder karena sering kali dibandingkan dengan sang kakak yang ditunjukkan lewat sikap mudah menyarah, iri karena mendapat perlakuan berbeda yang ditunjukkan melalui komunikasi yang kurang terbuka dan tidak dapat menetukan sikap dengan baik saat bersama orang lain dengan tujuan untuk menarik perhatian. Berdasarkan diagnosa disini memberikan bantuan bimbingan dan konseling islam dengan teknik realitas, pemberian bantuan ini ditujukan agar konseli dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan menerima realitas yang ada tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam tehniknya, konselor memilih berperan sebagai guru serta membantu merancang tindakan yang spesifik bagi konseli untuk mengatasi ketidaknyamanannya sebagai anak

85 4. Treatmen atau Terapi adalah proses pemberian bantuan terhadap konseli sesuai dengan prognosa dimana batuan yang diberikan berupa terapi realitas dengan menggunakan model guru dan penyususnan spesifik dalam tindakan. tengah dan dapat mencapai identitas suksesnya. Adapun beberapa langkah yang digunakan dalam terapi realitas untuk menagani middle child syndrome ini antara lain : 1. Meminta konseli untuk menungkapkan ketidak nyamananya sebagai anak tengah, apa yang membuat konseli merasa rendah diri, mengapa konseli merasa lebih nyaman menyendiri dibanding berkomunikasi dan berbagi cerita dengan saudara dan mengapa konseli masih merasa mendapat perlakuan yang berbeda dari saudara. 2. Meminta konseli menjelaskan bagaimana usahanya untuk mengatasi perasaan rendah diri, penyendiri dan iri yang selama ini dialaminya. 3. Meminta konseli mengungkapkan keinginan terbesarnya, apa yang selama ini ingin ia dapatkan dan apa yang selama ini sudah ia lakukan untuk memenuhi keinginannya tersebut.

86 4. Membeberkan pada konseli perilaku-perilaku yang selama ini dilakukan, karena rendah diri pada kemampuan yang dimiliki dan ketidak mampuan bersaing dengan kakak membuat konseli bersikap mudah putus asa dan menjadikannya malas dalam mengikuti kegiatan pondok, perasaan iri pada perlakuan berbeda yang diterima dari adik membuat konseli bersikap menyendiri dan tidak dapat membangun hubungan yang lebih akrab dnegan saudara. 5. Setelah mengeksplorasi semua perilaku dan tindakan yang selama ini dilakukan konseli yang berawal dari perasaannya sendiri, konselor meminta konseli untuk menilai dirinya sendiri, adakah keuntungan yang dapat membantunya mendapatkan apa yang dia inginkan, apakah perilaku yang selama ini ia tunjukkan membantunya menyelesaikan permasalahannya sebagai anak tengah dan apa timbal balik yang selama ini dia terima dari perilaku-perilakunya tersebut.

87 5. Evaluasi atau Follow Up. Hal ini menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses konseling. 6. Merencanakan tindakan yang bertanggung jawab, setelah mengetahui keinginan konseli dan tidak adanya keuntungan baik untuk dirinya maupun orang lain atas perilaku yang selama ini ditunjukan oleh konseli maka tahap selanjutnya adalah membuat kesepakatan untuk merancang tindakan yang akan membantu konseli mencapai keinginanya dan menemukan identitas suksesnya sendiri Setelah melakukan proses konseling maka langkah selanjutnya adalah mencari tahu keberhasilan yang dapat dicapai konseli melalui terapi yang telah diberikan untuk mengangani middle child syndrome nya dengan melakukan observasi, serta wawancara dengan pembimbing, pengurus, teman dan konseli. Disini terdapat perubahan yang mulai terlihat pada konseli, hal ini ditunjukkan dengan semakin giatnya konseli untuk mengikuti pembelajaran dipondok dan konseli juga sudah mulai membangun komunikasi dengan saudara.

88 Dalam melakukan proses bimbingan dan konseling dengan terapi realitas, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan konselor yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi/treatment, dan evaluasi (follow up). Analisa tersebut dilakukan oleh konselor dengan membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan. Identifikasi masalah dilakukan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berfungsi untuk mengetahui masalah beserta gejaya yang tampak pada konseli, adapun pengumpulan datanya didapat dari hasil wawancara dan observasi pada konseli sebagai sumber utama dan pembimbing pesantren. Tahap selanjutnya setelah melakukan identifikasi masalah adalah tahap diagnosis, pada tahap ini konselor menetapkan masalah yang dihadapi oleh konseli, merujuk pada hasil proses identifikasi masalah terhadap konseli, konselor menetapkan bahwa konseli mengalami middle child syndrome yang ditandai dengan perasaan minder dan iri karena diperlakukan berbeda. Konseli sering kali merasa tidak memiliki cukup banyak hal yang bisa dibanggakan untuk bisa mencapai seperti apa yang sudah dicapai oleh kakaknya saat ini ditambah lagi perasaan minder yang timbul karena banyaknya orang yang sering kali membandingkannya dengan sang kakak dan hal ini membuat konseli sangat mudah putus asa saat mempelajari hal baru, pada sang adikpun konseli sering kali merasa iri karena ia berfikir bahwa selama ini konseli

89 sudah mendapat perlakuan yang berbeda sehingga membuatnya tidak dapat menjalin komunikasi yang akrab. Tahapan selanjutnya merupakan tahap prognosis, dimana konselor akan menentapkan jenis bantuan yang akan diberikan untuk membantu konseli agar dapat menerima tanggung jawab sebagai mahluk Allah yang memiliki fitrah untuk mengembangkan identitas suksesnya dengan dapat memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Jenis bantuan terapi realitas yakni, berperan sebagai model dan guru serta membantu merencanakan tindakan yang spesifik. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh konselor adalah terapi atau treatment, langkah ini merupakan langkah pelaksanaan pemberian bantuan yang telah ditetapkan pada tahap prognosis, dengan tujuan untuk membantu konseli mengatasi masalahnya dengan menumbuhkan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar dan menerima realita yang ada tanpa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Adapun langkah yang dilakukan konselor berdasarkan prognosis adalah ; 1. Berperan sebagai model dan guru Konselor memcoba memberikan contoh pada konseli dengan membagi pengelaman selama berada dipesantren, hal ini ditujukan untuk mengubah perspektif negatife konseli tentang ketidaknyamanan berada dipesantren,

90 konselor juga memberikan motivasi pada konseli untuk dapat mengembangkan dirinya dengan mempelajari sesuatu yang lain yang tidak dimiliki oleh saudaranya sehingga konseli dapat menunjukkan keistimewaannya dibanding saudaranya dan mampu mengembangkan identitas suksesnya. Konselor juga memberikan contoh mengenai orang-orang disekitar konseli yang dapat meraih kesuksesan yang dapat dicapai saat tinggal pesantren. 2. Membantu klien merumuskan perencanaan yang spesifik bagi tindakan Membantu konseli membuat perencanaan yang spesifik bagi tindakan dengan memberikan konseli tanggung jawab untuk dapat merubah dirinya menjadi lebih baik, mampu menerima realitas yang ada dan mengembangkan identitas seksesnya, konseli diharapkan dapat menerima posisinya sebagai anak tengah yang tidak dapat memiliki hak-hak istimewa sebagai anak sulung yang menjadi pemberi pengalaman pertama bagi orang tua maupun mendapat perhatian yang lebih karena bukan lagi anggota termuda dalam keluarga. Konseli juga diajak untuk menilai tindakannya sendiri, apakah tindakan konseli selama ini evektif atau subjektif sehingga tidak lagi menimbulkan permasalahan bagi dirinya, konselor kemudian membantu konseli membuat rumusan perencanaan tindakan yang spesifik bagi konseli

91 dengan meminta konseli mengungkapkan keinginan terbesarnya sebagai pemacu semangat agar konseli dapat menerima tangggung jawab untuk memenuhi kebutuahan dasarnya, dan mengembangkan identitas suksesnya, konseli harus dapat menerima posisinya sebagi anak tengah karena ini adalah ketentuan dari Allah dan tidak dapat dirubah, yang bisa konseli lakukan sekarang adalah mengatasi ketidaknyamanan sebagai anak tengah dengan melihat sisi positif dari menjadi anak tengah konseli dapat belajar menjadi adik yang dapat belajar dari kesuksesan dan kesalahan kakak serta dapat menjadi contoh yang nantinya patut ditiru oleh adik. Konselor berpesan pada konseli bahwa setiap hal memiliki sisi baik dan buruk, menjadi anak tengah bukan hanya memiliki beberapa ketidak beruntungan karena kerapkali dibanding-bandingkan atau mendapat perlakuan yang berbeda, karena menjadi anak tengah juga dapat membuat konseli menjadi pribadi yang lebih mandiri dan dapat belajar dari dua sisi yang berbeda, sebagai adik bagi kakak dan kakak bagi adik, konseli juga dapat mengembangkan dirinya menjadi yang lebih baik lagi menginggat manusia adalah mahluk Allah yang diciptakan dengan sangat sempurna. Hal ini dilakukan konselor untuk menguatkan konseli dalam penerimaan dirinya sebagai anak tengah. Tahapan terakhir pada proses konseling yang dilakukan oleh konselor adalah evaluasi dan follow up. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui

92 perubahan yang terjadi pada konseli sebelum dan sesudah melakukan proses konseling. Setelah dilakukan proses konseling pada konseli terdapat banyak perubahan yang terjadi pada konseli dalam penerimaan diri dan pengembangan identitas sukses, dengan demikian bimbingan dan konseling islam dengan menggunakan terapi realitas untuk menangani middle child syndrome di pondok pesantren Safinatul Huda, Rungkut, Surabaya sudah menunjukkan keberhasilan yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku pada konseli. 2. Analisis Data Hasil Akhir Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Realitas untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome Pada analisis hasil akhir dalam pemberian bantuan ini dapat dilihat dari perubahan yang sudah banyak terjadi pada konseli. Hal ini berdasarkan pada hasil informasi yang didapat konselor baik melalui observasi, wawancara dengan pembimbing, pengurus teman dan juga konseli. Berubahan paling banyak terjadi pada semangat konseli untuk dapat belajar dengan lebih baik dipondok untuk mencapai keinginannya membanggakan sang ibu dengan menjadi pengajar meskipun harus mengambil jalan yang berbeda untuk bisa sukses seperti kakaknya.

93 Komunikasi juga mulai terbangun anatar konseli dengan saudaranya setelah konseli mulai dapa menerima perlakuan berbeda yang ia dapatkan sebagai anak tengah yang harus banyak mengalah pada adik. Untuk lebih jelasnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling islam yang dilakukan dari awal hingga akhir pelaksanaan konseling maka dipaparkanlah tabel antara kondisi sebelum dan sesudah proses konseling. Tabel 4.2 Perbedaan Kondisi Klien Sebelum dan Sesudah Proses Konseling No Sebelum Konseling Sesudah Konseling 1 Minder (Mudah Menyerah) Konseli mulai berusaha untuk semangat dan semakin rajin untuk mengikuti pembelajaran dipondok hal ini ditunjukkan dengan konseli yang tidak ingin ketinggalan pembelajaran dipondok dan menjadikan kesuksesan kakaknya sebagai motivasinya untuk bisa mencapai sukses juga 2 Iri (Kurang Komunikasi Yang Akrab) Konseli mulai dapat menerima adanya perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, dan konseli perlahan mulai membangun komunikasi dengan saudaranya meski hanya dimulai dari hal-hal yang sederhana saja, karen menurutnya konseli belum terbiasa untuk bercerita tentang hal-hal yang lebih terbuka terhadap saudaranya. 3 Perlakuan Berbeda Perlakuan berbeda yang ia terima sekarang sudah mulai bisa ia maklumi setidaknya konseli mengingat konseli masih memiliki banyak orang

94 yang peduli padanya. Data lapangan tersebut sebenarnya sudah menjadi bukti bahwa pelaksanaan konseling dengan Terapi Rasional Realitas dapat merubah diri klien menuju ke arah yang lebih baik, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perubahan yang sudah tampak pada konseli yang dulunya minder dan mudah putus asa, sekarang menjadi semangat dan rajin, yang dulunya masih sering iri dan berfikir mendapat perlakuan berbeda sebagai anak tengah kini berhasil menghalau pemikiran itu untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan saudara, perubahan sikap yang lainnya juga tampak pada kemandirian konseli dan kemauan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan ini diharapkan bantuan yang telah diberiknan oleh konselor akan dapat membantu konseli untuk lebih dapat menempatkan dirinya sebagai pribadi yang bertanggung jawab atas pilihannya dan mampu menunjukkan identitas suksesnya pada banyak orang.