BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak Banyak para ahli perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi dari setiap pengertian mempunyai tujuan dan inti yang sama. Menurut Prof. Dr. Adriani Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut Peraturan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untu membiayai pengeluaran umum pemerintah (Waluyo, 2002 : 4). Sedangkan menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang) dapat di paksaan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai keperluan umum (Waluyo, 2002 : 5). Namun pada akhirnya pengertian pajak menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 9

10 2.1.2. Dasar Hukum. a. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b. Peraturan Daerah Kepulauan Riau No. 8 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. c. Peraturan Daerah Kota Batam No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kota Batam. d. Peraturan Walikota Batam No. 23 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan Pajak Parkir Kota Batam. 2.2. Pajak Daerah Pajak daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 bahwa pajak dearah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemerian diskresi dalam penetapan tarif. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

11 Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, dimana hasilnya digunakan untuk pembangunan daerah masing-masing yang dimaksud daerah disini adalah daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, yang dibagi menjadi Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten atau Kota. 2.2.1. Fungsi Pajak Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara ntuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu : a. Fungsi Anggaran (Budgetair) Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. b. Fungsi Mengatur (Regulerend) Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Misalnya dalam bidang sosial dan ekonomi. c. Fungsi Stabilitas Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untu menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.

12 d. Fungsi Retribusi Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga membiayai pembagunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 2.2.2. Jenis Pajak Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungutan maupun sifatnya, yaitu : a. Berdasarkan golongannya pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan. 2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai b. Berdasarkan wewenang/lembaga pemungutannya pajak dibagi dua yaitu : 1) Pajak Pusat/Negara, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN, PBB, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Bea Materai. 2) Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

13 c. Berdasarkan sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya. Contoh : Pajak Penghasilan. 2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa mempertahankan keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2.2.3. Sistem Pemungutan Pajak Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) cara/system yang dipergunakan untuk menentukan siapa yang menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh seseorang, yaitu : a. Official Assesment System Yaitu system pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus. Ciri-cirinya : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. 2) Wajib pajak bersifat pasif. 3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan pajak oleh fiskus.

14 b. Self Assesment System Yaitu system pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan. Ciri-cirinya : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada wajib pajak sendiri. 2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang. 3) Fiskus hanya mengawasi. c. With Holding System Yaitu system pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pijak ketiga (yang bukan wajib pajak dan juga bukan aparat pajak/fiskus). Ciri-cirinya wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada orang ketiga. 2.2.4. Asas Pemungutan Pajak Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau badan lain yang bukan warganya tetapi mempunyai keterkaitan dengn negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Sebagai contoh di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2)

15 Undang-Undang Dasar 1945 bahawa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-undang. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah : a. Asas Domisili Berdasarkan asas ini negara akan mengenaka pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. b. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. c. Asas Kebangsaan Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri. Pungutan pajak pada pelaksanaannya dapat dipaksakan. Hal ini berarti bahwa bila hutang pajak tidak dibayar hutang ini dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan,misalnya dengan surat paksa, penyitaan, dan sebagainya.

16 2.2.5. Subjek dan Objek Pajak Daerah 1. Subjek Pajak Daerah Subjek pajak daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau memiliki jenis pajak daerah yang telah ditetapkan pemerintah daerah. 2. Objek Pajak Daerah Objek pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak kabupaten/kota yang berlaku di Indonesia sampai saat ini, terdiri dari : 1) Pajak Hotel; 2) Pajak Restoran; 3) Pajak Hiburan; 4) Pajak Reklame; 5) Pajak Penerangan Jalan; 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; 7) Pajak Parkir; 8) Pajak Air Tanah; 9) Pajak Sarang Burung Walet; 10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan 11) Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Tidak semua jenis pajak diatas dipungut suatu daerah karena hal ini tergantung pada kondisi dan potensi dari daerah setempat. Dengan demikian jenis

17 pajak yang dipungut oleh suatu daerah disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah. 2.3. Pengukuran Kinerja 2.3.1. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mohammad Mahsun (2011 : 141), Kinerja (Peformance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Jadi, pengukuran kinerja suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan kata lain, kinerja instansi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang mereka peroleh atas pelayanan instansi pemerintah. Kondisi ini mendorong penigkatan kebutuhan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap para penyelenggara negara yang telah menerima amanat dari rakyat. Pengukuran tersebut akan melihat seberapa jauh

18 kinerja yang telah dihasilkan dalam suatu periode tertentu dibandingkan dengan yang telah di rencanakan. 2.3.2. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan element pokok suatu pengukuran kinerja antara lain : 1. Menetapkan Tujuan, Sasaran dan Strategi Organisasi/Instansi Tujuan, sasaran dan strategi ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi atau instansi. Berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi tersebut selanjutnya dapat ditentukan indicator dan ukuran kinerja secara cepat. 2. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. 3. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran Organisasi/Instansi Jika sudah mempunyai indicator dan ukuran kinerja yang jelas makan pengukuran kinerja bisa diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indicator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.

19 4. Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi/instansi. Capaian kinerja dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. 2.3.3. Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik Sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa besar hasil sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang-barang publik. Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal sektor publik (Mahsun, 2011 : 149) : 1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja. 2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. 3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkan dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. 5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi/instansi. 6. Mengidentifikasikan apakan kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

20 7. Membantui memahami proses kegiatan instansi pemerintah. 8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. 9. Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan. 10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. 2.3.4. Jenis Indikator Kinerja Pemerintah Daerah Jenis indicator kinerja pemerintah daerah adalah sebagai berikut : 1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur sumber data seperti anggaran (dana), sumber daya manusia peralatan, material, dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. Tolak ukur ini dapat pula digunakan untuk membandingkan dengan lembaga-lembaga relevan. 2. Indikator proses. Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan, ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan dilaksanakan lebih

21 murah dibandingkan dengan standart biaya atau waktu yang telah ditentukan untuk itu. 3. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau nonfisik. Indikator atau tolak ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. 4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Dengan indikator hasil, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat digunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. 5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukan hal yang diharapkan dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi dan waktu). 6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.

22 2.3.5. Rasio Pengukuran Kinerja 1. Rasio Efektivitas Rasio efektivitas menggabarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasi pendapatan asli daerah yang direncanakan dan membandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Formula rasio efektivitas adalah sebagai berikut : Rasio Efektivitas = x 100% Kriteria Rasio Efektivitas menurut Mahsun (2013 : 187), adalah : 1. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif. 2. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas berimbang. 3. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif. 2. Rasio Pajak Daerah terhadap PAD Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan dari pajak daerah. Formula rasio pajak daerah terhadap PAD adalah sebagai berikut : Rasio Pajak Daerah terhadap PAD = x 100% Kriteria Rasio Pajak Daerah terhadap PAD, Halim (2002.a) adalah : 1. Jika diperoleh nilai 00,00% - 10,00% dikatakan sangat kurang. 2. Jika diperoleh nilai 10,01% - 20,00% dikatakan kurang. 3. Jika diperoleh nilai 20,01% - 30,00% dikatakan sedang.

23 4. Jika diperoleh nilai 30,01% - 40,00% dikatakan cukup. 5. Jika diperoleh nilai 40,01% - 50,00% dikatakan baik. 6. Jika diperoleh nilai > 50% dikatakan sangat baik. 3. Analisis Trend Analisis trend ini bertujuan untuk mengetahui tentensi atau kecenderungan keadaan keuangan suatu perusahaan atau instansi pemerintah dimasa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun maupun tetap. Teknik analisis ini biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal tiga periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa itu ke masa yang berikutnya. Berdasarkan data historis itu dicoba melihat kecenderungan yang mungkin akan muncul dimasa yang akan datang. Analisis trend dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Y = a +bx Besarnya a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a = Σ b = Σ Σ Keterangan : Y = Perkembangan kemandirian, Efektivitas atau juga Pajak terhadap PAD. Y = Variabel tingkat Kemandirian, Efektivitas dan Pajak terhadap PAD. a = Besarnya Y saat X = 0

24 b = Besarnya Y jika X mengalami perubahan 1 satuan X = Waktu Dengan adanya analisis trend tersebut, pemerintah khususnya dinas pendapatan daerah dapat mempunyai pandangan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk menetapkan anggaran di tahun berikutnya. Dengan menggunakan dasar data masa sebelumnya, dikumpulkan, kemudian dianalisa untuk meramalkan waktu yang akan datang. Data yang dikumpulkan dengan rangkaian waktu disebut dengan rangkaian waktu (time series). Untuk melakukan analisis time series ini, dapat dilakukan melalui : 1. Metode statistik dengan cara menghitung garis trend dari laporan pendapatan daerah atau laporan keuangan beberapa periode; 2. Menggunakan angka indeks.