BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

dokumen-dokumen yang mirip
sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

Untuk Responden Laki-laki ANGKET TENTANG KONSEP DIRI REMAJA DALAM PENGAKTUALISASIAN KEMAMPUAN POTENSIALNYA

Lampiran 1 Sebaran contoh menurut komponen pengambilan keputusan berdasarkan jenis kelamin dan bidang pangan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

WORKSHOP HASIL RISET Sikap Keagamaan yang Berkeadilan dan Berkesetaraan Gender Dalam Keluarga di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI KESIMPULAN. Proses modernisasi menjadi salah satu pemicu dari. perubahan sosial politik, baik di Jepang ( ) dan di Jawa

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB IV PENUTUP. hal yaitu simpulan dan saran-saran serta diakhiri pula dengan penutup. mendisriminasi ataupun menelantarkan pendidikan formal kaum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

REPRESENTASI BIAS GENDER PADA IKLAN SABUN KHUSUS PEREMPUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

A. Malsari Kharisma Alam, A.Amidah A., Sitti Nurani S 83

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati*

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

A. Pilihlah satu jawaban yang tepat!

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan

KERANGKA BERPIKIR Kerangka Konseptual Kegiatan Bekerja dalam Keluarga ).

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama Saya WANDA ERNA, sedang menjalani pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB V PENUTUP. kesetaraan gender dalam organisasi Muhammadiyah. Kedudukan ini terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional, berkiprah

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dilakukan dan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN. kuncinya yakni dibutuhkan kerjasama dan saling tolong-menolong antara satu

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan seperti cara berkomunikasi dengan anak, pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin tertentu, harapan orang tua pada anak terkait masa depan, serta dukungan orang tua terhadap pendidikan formal anak. Masyarakat Desa Sikumpul sudah mampu menanamkan kesetaraan gender dengan baik di beberapa aspek, namun tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa aspek kehidupan yang masih menunjukkan adanya bias gender yaitu pemberian permainan khusus pada jenis kelamin tertentu, pembagian pekerjaan rumah tangga yang lebih banyak dibebankan pada perempuan (anak peremuan dan istri), serta arahan orangtua secara kultural yaitu anak laki-laki diharapkan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab, dan perempuan yang lebih diharapkan untuk dapat mendidik anak dengan baik. Beberapa aspek kehidupan yang menunjukkan adanya kesetaraan gender yang diterapkan oleh masyarakat Desa Sikumpul dalam proses sosialisasi antara lain interaksi dan komunikasi antara orang tua dengan anak di masyarakat Desa 136

Sikumpul tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, semuanya sama. Kemudian dalam hal pemberian hak pada anak, anak laki-laki dan perempuan diberikan hak dan kewajiban yang sama sesuai kebutuhannya, seperti hak untuk mencapai akses pendidikan, hak menggapai cita-cita di kemudian hari, serta kewajiban membantu melakukan pekerjaan rumah tangga. Hal lain yang menunjukkan bagaimana keluarga sebagai agen sosialisasi dalam menerapkan kesetaraan gender di Desa Sikumpul adalah harapan orang tua untuk anak yang tidak lagi dibedakan untuk anak laki-laki atau perempuan. Keduanya sama-sama diharapkan untuk terus belajar dan mencapai tingkat pendidikan setinggitingginya, melaksanakan segala hal yang dianjurkan agama, serta untuk selalu sopan dan patuh dengan orang tua. Masyarakat Desa Sikumpul yang telah lama tertanam kuat budaya patriarkhi juga masih ada beberapa aspek kehidupan, terutama dalam proses sosialisasi yang menunjukkan adanya bias gender yaitu mengenai pembagian pekerjaan domestik, di mana istri yang lebih dibebankan mengerjakan, walaupun suami juga membantu mengerjakan namun persentasenya lebih sedikit dan bersifat ringan seperti menyapu ataupun mencuci piring. Kemudian orang tua pada masyarakat Desa Sikumpul juga memberikan pengarahan tersendiri kepada anak sesuai dengan jenis kelamin seperti dari segi pakaian berdasarkan jenis kelamin dan pemberian jenis mainan tertentu berdasarkan jenis kelamin yaitu memberikan mainan boneka dan pasar-pasaran (bersifat kooperatif) untuk anak perempuan dan memberikan mainan mobil-mobilan atau robot (bersifar konstruktif) untuk 137

anak laki-laki. Orang tua Desa Sikumpul kurang mengetahui mengenai tujuan pemberian jenis permainan tertentu berdasarkan jenis kelamin tersebut, dan menganggap bahwa hal itu sudah budaya dan sewajarnya untuk diikuti. Adanya sosialisasi gender dalam keluarga tersebut tidak terlepas dari adanya pemahaman orang tua masyarakat Desa Sikumpul terhadap konsep gender. Beberapa orang tua memberikan pendapatnya mengenai konsep gender yang sebagian besar berpendapat bahwa gender adalah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Beberapa orang tua mengaku pernah mendengar kata gender namun lupa artinya, namun yang lebih penting adalah tahu ataupun tidak tahu tentang pengertian gender, masyarakat Desa Sikumpul sudah mampu mengaplikasikan kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam proses sosialisasi dalam keluarga. Keluarga dalam menerapkan kesetaraan gender melalui proses sosialisasi, tentu saja terdapat factor pendorong dan factor penghambat. Faktor pendorongnya yaitu masyarakat Desa Sikumpul mau menerima perubahan yang ada, yaitu yang tadinya menganut budaya patriarkhi kini lama-kelamaan mulai dapat menerima adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan sehingga penanaman kesetaraan gender dalam proses sosialisasi dapat berjalan dengan baik. Penanaman kesetaraan gender dalam sosialisasi keluarga juga menemui hambatan seperti adanya bias gender pada penerapan kesetaraan gender melalui simbol-simbol yaitu pemberian jenis permainan tertentu berdasarkan jenis kelamin yaitu memberikan mainan boneka dan pasar-pasaran (bersifat kooperatif) untuk anak perempuan dan 138

memberikan mainan mobil-mobilan atau robot (bersifat konstruktif) untuk anak laki-laki. Hal ini akan menghambat berjalannya sosialisasi gender karena kedepannya anak beranggapan bahwa peran-peran tersebut tidak dapat dipertukarkan dan dianggap sudah sebagai kewajiban. B. Saran 1. Orang tua seyogyanya dalam proses sosialisasi tidak memberikan simbolsimbol yang menunjukkan adanya bias gender, yaitu simbol dalam pemberian alat permainan anak dan pelaksanaan pekerjaan rumah tangga, sebab hal ini akan berpengaruh pada kesetaraan gender dalam peran-peran sosial anak ke depan. 2. Masyarakat dan sekolah sebagai agen sosialisasi setelah keluarga juga harus memberikan konsep sosialisasi dan implementasi yang membentuk pribadi berkesetaraan gender, agar kelak anak memilikinya. 3. Penerapan kesetaraan gender sejak dini dalam keluarga sangatlah penting untuk membentuk pribadi anak yang mampu memandang bahwa hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan itu sama, namun tanpa mengesampingkan kodrat yang ada, untuk itu penjelasan dan penyuluhan tentang kesetaraan gender perlu terus dilakukan dengan berbagai media dan strategi penyampaiannya bagi seluruh lapisan masyarakat, agar budaya patriarkhi di masyarakat dapat dihilangkan. 139

4. Bagi pemerhati kesetaraan gender, khususnya para tokoh masyarakat, dosen, dan guru sangat penting mengimplementasikan tindakan-tindakan yang mencerminkan kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam tugas keseharian. 140