BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SARANG SEMUT

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan HIPOTESIS. 1.1 Tinjauan Umum Tentang Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr &

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gusti Nani P., Anni Nurliani, Heri Budi S., dan Evi Mintowati K.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

I. PENDAHULUAN. sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kegiatan industri dan transportasi (Soedomo, 2001). Timbal (Pb) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Semen Spermatozoa

BIOSCIENTIAE Volume 12, Nomor 1, januari 2015, Halaman 43-59

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mana asam glutamat-d hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dikenal dengan banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Kurang lebih 1500 tahun lalu, beberapa kesukuan di Amerika

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis statistika dengan menggunakan ANOVA, maka diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai F hitung > F tabel yang berarti bahwa H 0 ditolak dan H1 diterima, jadi pemberian ekstrak Sarang semut terhadap Tikus putih yang dipapar asap rokok berpengaruh pada morfologi spermatozoa. Tabel 2. Analisis Statistik Morfologi Spermatozoa Sumber Varian Jk Db Rk F hitung F tabel Perlakuan 2262,296 2 1131,148 96,7 3,68 Galat 175,460 15 11,697 Total 17 Dari hasil penelitian tentang pemberian ekstrak Sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) berpengaruh terhadap morfologi spermatozoa Tikus putih (Rattus norvegicus L) yang dipapar asap rokok, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antar kontrol (P1) terhadap kontrol (+) menunjukkan penurunan nyata terhadap rendahnya rata-rata morfologi normal spermatozoa. Sedangkan kelompok kontrol (P1) dan kontrol (-) tidak menunjukkan perbedaan nyata rata-rata normal spermatozoa. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 27

Tabel 3. Rata-rata jumlah morfologi normal spermatozoa Perlakuan Ulangan Rata-rata ± sd Notasi (P1) 6 70,36 ± 3,90 A (+) 6 46,89 ± 2,75 B (-) 6 70,98 ± 3,50 A Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada morfologi normal spermatozoa. Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok perlakuan. Hal ini dapat dilihat rerata morfologi spermatozoa normal pada kontrol (-) adalah 70,98 ± 3,50, selanjutnya pada kontrol (+) spermatozoa normal mengalami penurunan menjadi 46,89 ± 2,75, hal ini berarti peningkatan abnormal spermatozoa meningkat dan pada P1 (Pemberian ekstrak sarang semut dengan dosis 129 mg/200gr BB tikus) rata-rata morfologi spermatozoa normal mengalami peningkatan menjadi 70,36 ± 3,90 yang berarti tidak berbeda nyata dengan kontrol (-). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian paparan asap rokok tanpa ekstrak Sarang semut mengakibatkan rendahnya morfologi normal spermatozoa Tikus putih (Rattus norvegicus L). Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) berpengaruh terhadap morfologi spermatozoa Tikus putih (Rattus norvegicus L) yang dipapar asap rokok. Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak sarang semut memperkecil abnormalitas spermatozoa tikus putih yang dipapar asap rokok. Hal ini juga dapat dilihat pada hasil pengamatan mikroskopis ditemukan abnormalitas pada 28

morfologi spermatozoa Tikus putih. Bentuk-bentuk abnormalitas spermatozoaa dapat dilihat pada lampiran 6. 4.2 Pembahasan Hasil pengamatan mikroskopis spermatozoa yang diberi perlakuan dengan asap rokok tanpa ekstrak Sarang semut terlihat adanya dominasi sel-sel spermatozoa tikus putih yang tidak normal yaitu tidak adanya ekor atau kepala, ekor melipat, ekor putus dibagian tengah dan juga bentuk kepala ganda. Menurut Hafez et al. (2000) dalam Azlina (2009) bahwa sel-sel tersebut mengalami degenerasi. Abnormalitas pada morfologi spermatozoa ini terdiri dari abnormal abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer dapat terjadi karena kelainan pada saat proses spermatogenesis yang terjadi di tubuli seminiferi, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi kerusakan spermatozoa selama perjalanan melalui epididimis, selama fase ejakulasi atau setelah ejakulasi terjadi atau kesalahan dalam preparat. Dalam penelitian ini diduga radikal bebas pada asap rokok dapat mempengaruhi abnormalitas spermatozoa. Hal ini dapat dilihat antara kontrol P1 dengan kontrol (+), dimana menurunya jumlah spermatozoa normal yang dipapar asapp rokok. Sesuai dengan pendapat Purnawati (2006) bahwa meningkatnya abnormalitas morfologi dapat disebabkan adanya radikal bebas yang terdapat pada asap rokok. Menurut Yueniwati Y, Ali M (2004) dalam Zulfa (2006) dalam asap rokok terkandung radikal bebas (radikal hidroksil). Paparan asap rokok diduga menyebabkan produksi radikal bebas meningkat pesat. Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sifatnya tidak stabil sehingga untuk memperoleh pasangan 29

elektron, molekul ini cenderung bersifat sangat reaktif dan korosif bagi sel-sel yang sehat. Jumlah radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan membran spermatozoa akibat terbentuknya lipid peroksida pada membran plasma. Zulfa (2006) juga menyatakan bahwa membran plasma spermatozoa mengandung fosfolipid dan asam lemak tak jenuh dalam jumlah besar, dimana asam lemak tak jenuh itu justru sangat rentan terhadap serangan radikal bebas, terutama radikal hidroksil, sehingga ROS dapat dengan mudah menembus masuk membran plasma. Radikal hidroksil itu akan menimbulkan reaksi rantai yang disebut peroksidasi lipid. Akibat akhir dari reaksi rantai ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa yang bersifat toksik terhadap sel spermatozoa (Suryohudoyo P, 2000 dalam Zulfa, 2006). Mekanisme utama dalam proses kerusakan membran spermatozoa oleh ROS ini adalah pada reaksi peroksidasi lipid atau LPO (Lipidperoxidation). Mekanisme terjadinya peroksida lipid adalah sebagai berikut: Inisiasi : RH R* + H* Propagasi : R* + O2 ROO* ROO* + RH ROOH + R* Terminasi : ROO* + ROO* ROOR + O 2 R* + ROO* ROO R* + R* RR Terjadinya peroksidasi lipid ini akibat ketidakseimbangan jumlah antioksidan dengan radikal bebas, dimana dalam sitoplasma spermatozoa hanya 30

mengandung sedikit enzim antioksidan superokside dismutase dan glutation peroksidase (Purnawati, 2006). Bentuk abnormal pada morfologi spermatozoa berkaitan dengan radikal bebas pada asap rokok yang terbukti bahwa asap rokok dapat mengganggu fungsi spermatozoa (Purbandari, 2010). Kelainan abnormal kepala dan ekor pada penelitian ini ditandai dengan keadaan dimana spermatozoa hanya mempunyai bagian kepala tanpa ekor atau ekor tanpa kepala. Abnormalitas pada keadaan ini diduga bisa terjadi secara primer maupun sekunder, kelainan terjadi secara primer akibat adanya gangguan selama proses spermatogenesis, sedangkan kelainan sekunder terjadi karena kerusakan spermatozoa selama perjalanannya di dalam epididimis atau kesalahan dalam preparasi preparat. Kepala dan ekor spermatozoa dihubungkan oleh membran sel sehingga memungkinkan terjadinya pemisahan selama pergerakan sel dan perpindahan sitoplasma. Pada spermatozoa yang mengalami abnormalitas pada bagian posterior kepala, kadang tidak terbentuk membran yang sempurna sehingga kontak dengan basal ekor kurang kuat (Prastowo, 2008), hal ini karena kerusakan membran spermatozoa oleh ROS. Selain itu menurut Zulfa (2006) peroksidasi lipid asam lemak tak jenuh pada kepala dan leher spermatozoa menyebabkan perubahan morfologi spermatozoa. Selain itu bila radikal bebas yang terbentuk bertemu dengan asam lemak tak jenuh dalam membran sel, akan terjadi reaksi peroksidasi lipid dari membran sel tersebut yang mengakibatkan peningkatan fluiditas membran, gangguan integritas membran dan inaktifasi ikatan membran dengan enzim dan reseptor. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sel termasuk spermatozoa 31

(Suhadi, 1996 dalam Sukmaningsi dkk, 2011). Apabila produksi ATP mitokondria rendah dan berkurangnya ATP intraseluler dengan cepat akan berakibat pada kerusakan aksonema, penurunan viabilitas spermatozoa, meningkatnya kerusakan morfologi midpiece serta kehilangan kemampuan kapasitasi dan reaksi akrosom spermatozoa (Sikka, 1996 dalam Sukmaningsi dkk., 2011). Hal ini diduga meningkatkan abnormal pada ekor putus bagian midpiece akibat randahnya ATP mitokondria akibat radikal bebas. Kelainan pada abnormal kepala ganda diduga terjadi pada saat spermatogenesis. Spematogenesis dapat terjadi melalui beberapa tahap pembelahan. Tahap awalnya spermatogonia akan mengalami perubahan menjadi spermatosit primer, kemudian menjadi spermatosit sekunder dan menjadi spermatid. Sebelum spermatid menjadi spermatozoa ada fase yang dilewati spermatid yang disebut fase spermiogenesis. Fase ini terdiri dari fase golgi, tutup, akrosom dan pematangan bertujuan untuk membentuk morfologi normal spermatozoa yang terdiri dari kepala, leher dan ekor. Gangguan kelainan ini bisa disebabkan oleh akibat hormonal, radikal bebas dan bahan makanan. Radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel. Membran sel ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid mengakibatkan hilangnya fungsi seluler secara total (Evan, 2000; Singh, 1998 dalam Amarudin, 2012). Gangguan pada saat spermatogenesis ini terjadi akibat kekurangan energi, hal ini karena senyawa kimia dalam rokok dapat mengubah mekanisme kerja hormon dan enzim yang mengatur hitungan atau kelincahan 32

gerak (motilitas) serta morfologi sperma (Mangoenprasodjo dan Hidayati, 2005 dalam Putra, 2006). Pengaruh asap rokok dapat mempengaruhi sintesis hormon testoteron melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama melibatkan komponen logam (kadmium dan nikel) dalam asap rokok yang dapat mengganggu aktifitas enzim adenil siklase pada membran sel leydig sehingga mengakibatkan terhambatnya sintesis hormon testosteron. Mekanisme kedua melibatkan nikotin dalam asap rokok yang dapat menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan katekolamin. Katekolamin dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu proses spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron melalui mekanisme umpan balik antara hipotalamus-hipofisis anterior testis. Hormon testosteron berperan dalam maturasi spermatozoa di epididimis (Amarudin, 2012). Penurunan kadar testosteron menyebabkan proses spermiogenesis tidak berjalan optimum sehingga menurunkan kualitas termasuk morfologi spermatozoa. Oleh karena itu diduga abnormalitas kepala ganda terjadi pada proses spermatogenesis yaitu pada tahap spermiogenesis yang mengakibatkan terganggunya fungsi enzim dan mekanisme kerja hormon dalam pembentukan spermatozoa. Ginzburg (1972) dalam Hedianto dkk (2003) menyatakan bahwa jika spermatozoa disimpan dalam larutan hipertonis akan mengakibatkan vakuola sitoplasma membuka dan membran ekor menjadi lebih permeabel, sehingga ekor tergulung. Abnormalitas berupa ekor spermatozoa yang tergulung diduga karena pemaparan asap rokok yang mengandung logam berat menyebabkan larutan menjadi hipertonis (Hedianto, 2003). Hal ini diduga juga akan 33

menghambat sisntesis hormon testosteron karena paparan asap rokok yang mengandung komponen logam. Pengaruh keadaan ini bagi fertilitas adalah adanya hambatan pergerakan. Pembentukan ROS adalah proses fisiologi tubuh, namun apabila terjadi peningkatan yang berlebihan maka akan dapat berpengaruh negatif terhadap tubuh (Quratul ainy, 2006). Untuk menetralisir kadar ROS, tubuh membutuhkan asupan antioksidan. Antioksidan pada semen dapat mengendalikan kadar ROS, sehingga kadar ROS tidak akan meningkat lebih dari fungsi normalnya. Hal ini tentunya dapat melindungi sperma dari kerusakan akibat stress oksidatif (Agarwal et al., 2005 dalam Quratul ainy, 2006). Selain itu antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menetralkan dan melawan bahan toksik (Radikal bebas), serta menghambat terjadinya oksidasi sel sehingga kerusakan sel dapat dikurangi (Simanjuntak et al., 2004 dalam Purboyo, 2009). Antioksidan dapat berupa antioksidan endogen, yaitu antioksidan yang diproduksi di dalam tubuh seperti glutation peroksidase, superoksida dismutase, dan katalase yang merupakan jenis antioksidan alami enzimatis. Selain antioksidan endogen, terdapat juga antioksidan eksogen yang membantu kerja antioksidan endogen. Antioksidan eksogen dapat berasal dari makanan, seperti vitamin E, vitamin C, beta-karoten, zinc, dan selenium (puspasari, 2007). Vitamin E (tokoferol) telah banyak didokumentasikan sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memproteksi sel dari radikal bebas. Subroto dan Saputro (2008) mengungkapkan bahwa pada ekstrak sarang semut 34

mengandung flavonoid, tanin, dan tokoferol. Kandungan dalam sarang semut ini berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Penelitian ini menunjukkan peningkatan morfologi spermatozoa normal pada perlakuan dengan ekstrak sarang semut setelah dipapar asap rokok, hal ini dapat dilihat pada rata-rata kontrol (-) terhadap P1 yang tidak berbeda nyata. Pemberian ekstrak Saranag semut dapat mengembalikan jumlah spermatozoa normal. Peningkatan rerata spermatozoa normal ini diduga karena kandungan yang terdapat dalam Sarang semut, dimana Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh kita adalah sebagai antioksidan. Flavonoid merupakan antioksidan alam yang mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil (*OH), superoksida (O2*-), dan radikal peroksil (ROO*) (Harun & Syari 2002 dalam Soeksmanto dkk, 2009). Selain itu juga mengandung 313 ppm tokoferol yang meredam 96% radikal bebas pada konsentrasi 12 ppm. Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman rasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan protein. Tokoferol sebagai antioksidan dapat bereaksi dengan ROS dan radikal bebas lain. Pada proses ini tokoferol berperan sebagai radikal bebas yang tidak reaktif sehingga akan berikatan dengan electron bebas dari radikal bebas reaktif lain (Quratul ainy, 2006). Senyawa yang secara kimia disebut tokoferol ini juga mempunyai kemampuan menetralisir radikal bebas dan melindungi membran sel dari serangan radikal bebas. Vitamin E, terutama tokoferol bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai (Chain-breaking-anti-oxidants) yang mencegah terjadinya tahap propagasi pada 35

aktivitas radikal dengan cara kelompok hidroksil bereaksi dengan kelompok radikal peroksil yang membentuk hidroperoksid dan tokoferoksil (Suryohudoyo 2000, dalam Anggraini, 2006). ROO* + AH ROOH + A Keterangan ROO* = Radikal Peroksil AH = Antioksidan ROOH = Hidroksiperoksid A = Tokoferoksil Ketersediaan antioksidan dalam tubuh harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menanngkal serangan radikal bebas. Serangan radikal bebas pada membran plasma spermatozoa akan menimbulkan reaksi rantai peroksidasi lipid, yang pada akhirnya menyebabkan terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa toksik terhadap sel spermatozoa. Peroksidasi lipid pada kepala dan ekor dapat menyebabkan perubahan morfologi spermatozoa (Saleh RA, Agarwal A, 2002 dalam Puspasari, 2007). Perubahan morfologi tersebut dapat dicegah dengan adanya vitamin E. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa penambahan ekstrak sarang semut meningkatkan morfologi spermatozoa normal tikus putih. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak sarang semut sebagai antioksidan berpengaruh positif dalam memelihara struktur dan perkembangan, serta fungsi sel-sel spermatogenesis, sehingga dengan adanya zat aktif tersebut maka jumlah sel-sel 36

benih yang mengalami kegagalan perkembangan, degenerasi, kematian akibat radikal bebas dapat ditekan atau dikurangi. 37