ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

dokumen-dokumen yang mirip
A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB IV ANALISIS. A. Batasan Usia dan Hukuman Penjara Bagi Anak Menurut Ulama NU. Khairuddin Tahmid., Moh Bahruddin, Yusuf Baihaqi, Ihya Ulumuddin,

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Analisis Putusan Hakim No.193/PID.B/2013/PN.Sda tentang Tindak Pidana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB II TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK. keadaan di bawah umur (minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga

BAB I PENDAHULUAN. (2010 hingga 2014) sebanyak kasus anak terjadi di 34 provinsi dan

Negeri Gresik Nomor 04/Pen Pid Sus Anak/2014/PN Gsk. sebelum memutuskan suatu perkara.

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS BATAS UMUR ANAK DAN PEMENJARAAN ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak HUKUM PERLINDUNGAN ANAK* Dr. Suparnyo, S.H., M.S.**

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM FIFIH JINAYAH DENGAN PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

Assalamu alaikum wr. wb.

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam itu menyangkut seluruh aspek kepentingan manusia. Aspekaspek

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANAK. Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana menunjuk kepada makna

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penambahan 1/3 Hukuman dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

BAB III PERANAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK SABAGAI DASAR HUKUM DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. kesamaan namun berbeda. Kesamaan dari keduanya adalah sama-sama. siapapun. Dalam suatu hukum sudah ada ketentuan-ketentuan yang

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB IV TINJAUAN HUKUM ACARA PIDANA ISLAM TERHADAP EKSEKUSI PUTUSAN PN SIDOARJO NO. 1169/Pid.B/2008/PN.SDA

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB IV PELANGGARAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA R.SOERJO DALAM PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002 A. Analisis Tentang Penyatuan Penahanan Anak Dengan Nara Pidana Dewasa menurut UU NO. 23 Tahun 2002. Penyatuan penahanan adalah penggabungan tahanan dengan tahanan lain, penyatuan penahan anak dengan dewasa adalah penggabungan tahanan anak dengan tahanan dewasa dalam satu tempat. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 pasal 17 ayat (1) yang berbunyi : Pasal 17 ayat (1): Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk: 1. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; Pasal diatassudah jelas bahwa pada point (1) memberikan aturan secara khusus bagi tahanan anak, yaitu dengan menempatkan tahanan yang terpisah dengan dewasa. Dijelaskan pada undang-undang lain yang menguatkan pada pemisahan penahanan antara anak-anak dengan dewasa, yaitu pada UU No. 3 Tahun 1997 pasal 45 ayat (3), yang berbunyi : 55

56 Pasal 45 ayat 3: Tempat tahana anak harus dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa. Undang-undang penegasan diungkapkan secara gamblang tentang aturan pemisahan anak dengan dewasa, pelaksanaan penahanan jika dilakukan dengan cara disatukan adalah suatu perbuatan melanggar undang-undang. Bagi mereka yang melawan hukum sama dengan melawan undang-undang, sebab hukum adalah undang-undang. 1 Peradilan anak memiliki aturan sendiri yang tertuang pada UU No. 11 Tahun 2012, memberikan aturan yang jelas tentang proses perjalanan perkara pidana anak, pasal ini juga menyebutkan tentang penahanan yang harus terpisah dari tahanan dewasa, yaitu pada pasal 3 point (b) yang berisikan: Pasal 3 (b): dipisahkan dari orang dewasa. Dipisahkan dari tahanan dewasa memberikan ketenangan secara psikis, yang berakar dari aturan undang-undang yang ada. Jika ketidakadilan terjadi pada tahanan anak maka UU perlindungan anak juga memberikan perlindungan pada pasal 17 point (3)yang isinya : membela diri dan memperoleh keadilan didepan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidangtertutup untuk umum. Membela diri dari ketidakadilan yang diterima tahanan anak sangat dilindungi undang-undang. Korban haruslah mendapatkan keadilan dalam 1 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Rineka Cipta, Jakarta, 2008), 140.

57 hukum dan bantuan hukum mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pada pasal 18 menyebutkan korban ataupun pelaku pidana anak berhak mendapatkan bantuan hukum: Pasal 18 : Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya. Anak-anak mempunyai hak dalam bernegara dan mendapatkan perlakuan sesuai aturan yang mengatur tentang anak dalam berperkara, undang-undang yang mengatur tentang hak-hak anak adalah dalam Undang Undang No. 23 tahun 2002 pasal 1 point (12) yang berbunyi: Pasal 1 point 12 : Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Pasal ini menjamin akan adanya keadilan dalam hak-haknya untuk dijamin keadilan hukumnya, dilindungi dari diskrimansi. Pemerintah juga turut serta dalam melindungi hak-hak yang diberikan pada pelaku pidana anak, dan jika terjadi penyatuan penahanan itu adalah bentuk ketidakadilan dalam penerapan hukum.penempatan penahan tidaklah dijadikan satu dengan dewasa, aturan penempatan penahan anak ada pada tempat khusus anak yang suasananya tidak membuat tekanan psikis para tahanan anak.perlindungan terhadap anak ditekankan, tertulis pada pasal 4 UU perlindungan anak : Pasal 4 : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

58 kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Jika penyatuan dilakukan maka diskriminasi anak pada peradilan hukum akan terjadi, tidak lain kekerasan juga memungkinkan terjadi dalam perkara ini, sehingga perlindungan yang diharapkan oleh undang-undang dalam melindungi anak sudah di langgar, UUNO. 23 tahun 2002pada pasal 3 menyebutkan tujuan dari perlindungan anak: Pasal 3 : Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Pelanggaran yang dilakukan dengan cara penyatuan tahanan akan menghancurkan tujuan undang-undang yang menginginkan generasi berikutnya sebagai generasi yang berkualitas, berakhlak mulia, dan hidup sejahtera. Penyatuan penahanan akan memberikan rasa terkekang dalam diri anak. Selama ditahan anak memiliki kebutuhan jasmani dan rohani yang harus dipenuhi, penyatuan penahanan anak dengan dewasa akan menghambat pemenuhan hak anak, Undang undang No. 11 tahun 2012 pasal 32 point 4 adalah: selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus dipenuhi.perlindungan terhadap adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat

59 dan juga pemerintah, perlindungan pemerintah terhadap anak dituangkan dalam pasal 23 point (2) yang isinya: Pasal 23 (3): Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak Jika terjadi pelanggaran dalam proses pemidanaan, maka ada sanksi tegas yang harus dipertanggung jawabkan, ada pada pasal 77 UU No. 23 Tahun 2002 yang isinya: Pasal 77 : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan: a. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau b. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pemidanaan berupa kurungan dan denda agar perlindungan terhadap anak benar-benar diperhatikan karena mengingat tujuan undang-undang untuk generasi akan datang sangat dipersiapkan. Penempatantahanan anak seharusnya ditempatkan pada LPAS (Lembaga Penampatan Anak Sementara) atau LPKS (Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial) yang merujuk pada Undang-Undang NO. 11 Tahun 2012 mengenai sistem peradilan anak: Pasal 33 ayat 4 dan 5 : (4) Penahanan terhadap Anak dilaksanakan di LPAS. (5) Dalam hal tidak terdapat LPAS, penahanan dapat dilakukan di LPKS setempat.

60 Kasus penyatuan penahanan anak pada umumnya beralasan tidak memiliki sarana khusus anak, tidak ada alasan penyatuan penahanan dikarenakan tidak memiliki gedung ataupun hal-hal lain karena pada pasal 44 ayat 6 undangundang peradilan anak No. 3 tahun 1997 menyatakan : Pasal 44 ayat 6: Penahanan terhadap anak dilaksanakan di tempat khusus untuk anak di lingkungan Rumah Tahanan Negara, Cabang Rumah Tahanan Negara, atau di tempat tertentu. Tidak ada batasan tertentu mengenai tempat penahanan anak, di area lapas dengan suasana santai tidak mencekam pun dapat digunakan jika melihat dari pasal di atas.segala bentuk penyatuan penahanan anak dengan dewasa dengan asalan apapun tidak dibenarkan dan karena melanggar undang-undang, bukan hanya UU perlindungan anak namun juga melanggar UU peradilan anak. B. Analisis tentang Penyatuan Penahanan Anak Dengan Nara Pidana Dewasa menurut Fikih Jinayah. Dijelaskan dalam kitab bidayatul mujtahid bahwasannya pelaku pidana jika anak maka yang bertanggung jawab adalah keluarganya, menurut pendapat imam abu hanifah dan jumhur ulama 2. Penyatuan penahanan dalam Fiqih Jinayah adalah penyamaan tindakan hukuman antara pelaku dewasa atau sudah aqil baligh dengan anak-anak, dalam tatanannya antara dewasa dengan anak- 2 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta; Pustaka Amani),jld 3, 549.

61 anak sangatlah berbeda, para fuqaha menyebutkan anak-anak tidak dikenai hukuman sampai dewasanya. Ini adalah bukti bahwa anak-anak masihlah lemah dan tidak mampu mempertanggung jawabkan sesuatu, maka pelaksanaan hukuman harusberbeda dengan seseorang yang sudah mampu mempertanggung jawabkan sesuatu. Aturan tentang pembedaan pelaksanaan hukuman banyak dikemukakan oleh para Alim yang dimuatnya dalam berbagai kitab klasik ataupun modern, pembedanya ini biasanya termuat dalam syarat-syarat seseorang yang akan menjalani pidana akibat dari perbuatannya, syarat syarat tentang jarimah itu sendiri dalam kitab Nihayatuzzain, pada jarimah jiwa, syarat pelaku pembunuhan ada 2 yaitu: 1. Berakal walaupun dari kafir dzimmi atau murtad, 2. Dewasa atau baligh, Baligh adalah pertimbangan awal dalam penentuan pelaksananaan suatu hukuman, apakah ditentukan hukuman atau tidak. Hukuman qisas tidak dapat dilaksanakan apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi. Wahbah Zuhaili mengemukakan ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk bisa ditetapkan hukuman qisas, syarat-syarat tersebut diantaranya adalah: 1. Pelaku harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal. Dengan demikian qisas tidak bisa dilaksananak untuk anak-anak yang masih dibawah

62 umur dan orang gila, karena keduanya tidak layak dekenai hukuman. Hal ini sesuai dengan hadist nabi yang diriwayatkan oleh ahmad dan abu dawud yang artinya: Dari A isyah ra. Ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.: Dihapuskan ketentuan hukum dari tiga hal, dari orang yang tidur sampai bangun, dari orang gila sampai ia sembuh, dan dari anak kecil sampai ia dewasa. Mutlak penyamaan hukuman antara anak dengan dewasa tidak memiliki dasar hukum yang membolehkan dalam hukum pidana islam. Jika mengacu pada tindak pidana lain yang memiliki syarat sama yaitu dewasanya pelaku, dan tidak berlaku bagi anak-anak seperti syarat pencurian pada kitab Kifayatul Akhyar karya Al Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al Husaini, dijelaskan bahwa ada beberapa syarat bagi diberlakukannya Hukuman potong tangan orang yang mencuri, yaitu: 1. Baligh, artinya telah dewasa menurut hukum syara. Anak kecil tidak dikenakan hukuman. 2. Berakal, artinya orang yang gila/secara kejiwaan tidak waras, terbebas dari hukuman. Syarat prncurian hanya kami ambil fokus pada persyaratan pelaku yaitu dewasa dan berakal, penegasan dalam syarat ini menunjukkan bahwa perbedaan

63 antara anak dengan dewasa sangatlah harus diperhatikan, tidak bisa disamakan pelaksanaan dewasa dengan anak-anak. Kejahatan itu tidak tidak akan dianggap kalau sipelaku tidak sadar dan dewasa, misalnya oleh orang yang gila dan anak kecilyang justru keduanya itu tidak mukallaf, tidak dikenai beban agama. Apa yang mereka kerjakan tidak termasuk dalam daerah hukum yang dapat dikenai sanksi hukum. Kalau pun pencurian itu dilakukan oleh anak kecil, maka si anak ini tidak dikenakan tindakan potong tangan. Hanya cukup dihukum ta zir (hukuman sekedar pengajaran). 3 Pemberian hukuman ta zir untuk memberikan efek jera pada pelaku anak agar hal serupa tidak diulanginya lagi. Seperti yang sudah penulis singgung diatas bahwa penyatuan penahanan anak dengan dewasa adalah melanggar pada aturan fikih jinayah dengan pelanggaran menyamakan antara pelaku anak dengan dewasa, syarat-syarat pelaku pidana dalam Islam menunjukkan keterangan dewasa atau aqil baligh baru bisa mendapatkan hukuman pidana Islam baik qisas ataupun potong tangan. Bagi anak anak hanyalah ta zir yang harus diberikan sebagai hukuman untuk pengajaran. 3 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat ahkam, (Bina Ilmu; Surabaya), jld 1, 500.