BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dari periode anak (childhood), remaja (adolescence), dan dewasa (adulthood). adalah kehidupan sekolah khususnya sekolah dasar (SD).

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

PDF Editor. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar akan bermakna ketika terdapat pembelajaran terhadap dan oleh siswa. Siswa sebagai subjek didik harus secara aktif memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat, dan perilaku. Pembelajaran berarti menerima sebuah informasi. Menurut Sagala (2012) pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan baru. Howard dalam Susanto (2015) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu aktivitas membimbing atau menolong sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, pengetahuan, dan penghargaan. Proses Pembelajaran adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh anak ketika di sekolah. Menurut Corey dalam Sagala (2003:61) 8

dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan anak turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilakan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran yang efektif menghasilkan siswa yang aktif dan fokus. Pembelajaran aktif menurut Suyono (2014) dimaksudkan dalam proses pembelajaran yaitu siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat, berdebat dan berdiskusi, berbuat dan melakukan sesuatu. Siswa sebagai subjek didik harus secara aktif memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat, dan perilaku. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang ideal. Suyono (2014) berpendapat bahwa pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan. Tujuan pembelajaran ideal yaitu agar siswa mampu mewujudkan perilaku belajar yang efektif. Perilaku Pembelajaran yang efektif dinyatakan oleh Ian James Mitchell dalam Suyono (2014) adalah sebagai berikut: 1. Perhatian siswa yang aktif dan fokus 2. Menyelesaikan tugas dengan benar 3. Menjelaskan hasil belajar 4. Siswa berani menyatakan ketidaksetujuan 5. Mampu bekerja sama Jika hal tersebut merupakan indikator pembelajaran yang efektif, maka hal-hal tersebut dibawah adalah indikator pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran yang tidak efektif (hasil belajar buruk) dan harus sedapat mungkin dijauhi guru 9

1. Siswa memberikan perhatian semu 2. Siswa cenderunng mengakhiri tugas-tugas sebelum semua tugas selesai 3. Mandeg, tidak berkembang, hanya ingin mengharapkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah. 4. Siswa memberikan perhatian implusif, hanya memberikan perhatian kepada yang disenangi saja 5. Tidak ada upaya untuk pengecekan secara sistematis terhadap instruksi yang diberikan Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa seperti membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. (Sudjana Nana, 2010: 22) a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Syah (2011) mengatakan ranah kognitif sebagai ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak adalah sumber sekaligus pengendali ranahranah kejiwaan yang lainnya yakni afektif (rasa) dan psikomotor 10

(karsa). Piaget dalam Suyono (2011) menyatakan bahwa perkembangan kognitif usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkrit dimana siswa sudah mampu berpikir secara operasional konkret. Siswa kelas satu termasuk dalam kelas rendah. Aspek kognitif dapat disebut juga dengan pemahaman konsep. Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2015) berarti kemampuan mnyerap arti dalam materi yang dipelajari. Hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep dapat diperolah dengan melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes baik secara lisan dan tertulis. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap ditafsirkan sebagai perilaku seseorang yang tampak. Untuk mengetahui hasil dari ranah afektif peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap guru kelas satu. Peneliti juga melihat catatan guru tentang perilaku siswa. Menurut Susanto (2015) perilaku yang tampak dapat diperoleh dengan memperhatikan tiga dimensi, yaitu arah perilaku (positif dan negatif), kadar yang memperhatikan kontinuitas dari lemah, sedang, atau kuat dan intensitas atau kekuatan sikap untuk menentukan kemunculan dalam perilaku. Sikap juga didapat berdasarkan perkataan seseorang, tindakan-tindakan nonverbal seperti gerakan muka atau badan 11

seseorang. Suyono (2014) juga mengungkapkan bahwa afektif semakna dengan perasaan, emosi, dan perilaku terkait dengan perilaku menyikapi, bersikap atau merasa, dan merasakan. Sikap yang dapat diamati yaitu sikap kemandirian. c. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Tipe hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini adalah tahap lanjutan dari ranah afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderunagn untuk berperilaku. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni: 1) Gerakan reflex (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Kemampuan pada gerakan-gerakan dasar 3) Kemampuan perseptual, membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain 4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai yang kompleks 6) Kemampuan komunikasi seperti gerak ekspresif dan interpretative 3. Karakteristik Pembelajaran Siswa Kelas Rendah Tingkatan kelas di SD dapat dibagi menjadi dua. Supandi dalam penelitian Kawuryan (2011) mengatakan tingkatan kelas di SD terbagi menjadi kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (kawuryan, 2011). 12

Pembelajaran di kelas satu seharusnya dilakukan seperti mengajarkan anak usia dini. Hasan (2014) juga berpendapat bahwa yang termasuk kelompok anak usia dini mencakup playgroup, TK, kelas 1, dan kelas 2 SD. Berkaitan dengan hal tersebut, proses belajar mengajar anak kelas 1 idealnya dilakukan seperti di TK, yaitu bermain sambil belajar dan belajar mengajak anak banyak bergerak. Tahap yang lebih formal dapat dilakukan di kelas 2 secara bertahap dan saat anak masuk kelas 3, sudah lebih siap menjadi pra remaja awal. Siswa SD pada masa perkembangan sudah mampu menguasai ketrampilan dasar. Yusuf (2011) mengatakan masa perkembangan dari rentang usia sekitar 7 hingga 10 atau 11 tahun adalah masa sekolah dasar. Anak pada masa ini sudah menguasai ketrampilan dasar membaca, menulis dan menghitung (calistung). Suryobroto dalam Djamarah (2008: 124) juga mengatakan masa usia sekolah dianggap sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak dapat bersekolah di sekolah dasar pada usia 6 atau 7 tahun. Pada usia ini anak telah dianggap matang untuk masuk sekolah dasar. Anak usia tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda disetiap perkembangannya. Siswa usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada perkembangan operasional konkret (teori Piaget). Tahap ini adalah tahap setelah perkembangan praoperasional dimana anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). 13

Satuan langkah berpikir kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi intuitif. Intelegensi disini bermakna proses operasional yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia. Pada rentang usia ini pikiran logis anak mulai berkembang. Anak sudah mampu menguasai pembelajaran penting. Anak seringkali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui jika membuat kesalahan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak pada masa operasional konkret mempunyai peningkatan kemampuan serta pemahaman yang lebih kompleks. Anak dapat berpikir logis dan dapat mengikuti logikanya (Syah, 2011:30-31). Siswa usia sekolah dasar memiliki tugas perkembangan. Menurut Havighurst dalam Desmita (2011), tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi: a. Menguasai ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik b. Membina hidup sehat c. Belajar bergaul dan berkerja kelompok d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai h. Mencapai kemandirian pribadi Pertumbuhan fisik siswa kelas rendah biasanya telah mencapai kematangan. Anak telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun biasanya telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, mengontrol 14

emosi, mau dan mampu berpisah dengan orang tua, serta mulai belajar tentang benar dan salah. Perkembangan kecerdasan siswa kelas rendah ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi (kemampuan untuk mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif seperti berat atau ukuran), mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu (Kawuryan, 2011) Setiap satuan kelas memiliki karakteristik yang berbeda. Alfin Jauharoti (2015) mengemukakan heterogenitas kelas menjadi salah satu keniscayaan yang harus dihadapai guru. Guru sebagai pendesain pembelajaran harus menjadikan karakteristik anak sebagai salah satu tolok ukur bagi perencaan dan pengelolaan proses pembelajaran. Kenyataan lain yang juga harus dihadapi guru adalah meski menghadapi kelompok kelas dengan umur yang relatif sama tetapi guru tidak bisa memperlakukan sama terhadap perbedaan karakteristik siswa. Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan merencakan pembelajaran sesuai dengan keadaannya. Program pembelajaran di sekolah dasar akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa yang belajar. Yusuf (2011) mengatakan bahwa proses pembelajaran yang terjadi harus dapat mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin, maka dalam mendidik guru harus memahami perkembangan siswa. Adapun aspek- 15

aspek perkembangan ini meliputi: perkembangan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama (Yusuf, 2011:101) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Proses pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan tentunya mengacu pada tahap perkembangan anak tersebut yaitu pembelajaran konkret. Pembelajaran konkret yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada peristiwa dan keadaan sebenarnya yang terjadi di lingkungan. 4. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. (Hasan, 2010: 15) Anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Dilihat dari jenjang pendidikan di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (1-3), Taman kanak-kanak, kelompok bermain dan anak masa sebelumnya (masa bayi) (Syaodih, 2005:7-8). Menurut kajian rumpun 16

ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun, sedangkan menurut pasal 28 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Pendidikan anak usia dini diperlukan untuk anak. Halimah (2010) berpendapat pendidikan anak usia dini merupakan dasar yang penting untuk keberhasilan pada jenjang studi yang selanjutnya. Setelah menyelesaikan pendidikan prasekolah di TK, seorang anak akan bersiap untuk mengikuti pendidikan formal di SD. Anak yang telah memiliki kesiapan untuk bersekolah akan memperoleh keuntungan dan kemajuan dalam perkembangan selanjutnya. Anak yang tidak memiliki kesiapan bersekolah, justru akan frustrasi bila ditempatkan di lingkungan akademis. Berbagai bentuk perilaku sebagai cerminan frustrasi ini diantaranya adalah menarik diri, berlaku acuh tak acuh, menunjukkan gejala-gejala fisik, atau kesulitan menyelesaikan tugasnya di sekolah. Tujuan pendidikan anak usia yaitu siswa mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif untuk berpikir dan belajar. Siswa yang mengikuti pendidikan sebelum memasuki SD sudah dipersiapkan untuk berkomunikasi secara efektif. Ketika siswa dapat berkomunikasi secara efektif, maka akan timbul rasa percaya diri dan keberanian. Taman kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan formal anak usia dini setelah play group. Taman kanak-kanak (TK) sudah termasuk 17

pendidikan formal dalam jajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Hanya saja, TK tetap dikategorikan sebagai prasekolah untuk anak usia dini, sehingga tidak ada mata pelajaran yang mengikat siswa, kecuali bermain dan bermain (Hasan, 2010: 355) Siswa yang sebelum masuk SD pernah bersekolah di TK akan jauh lebih siap untuk menapaki jenjang yang lebih tinggi. Sementara siswa yang langsung masuk SD tidak terlalu banyak tahu apalagi merasakan seperti apa menjadi siswa sekolah itu. Siswa memerlukan proses adaptasi yang lebih lama. Siswa perlu mengetahui bahwa di sekolah harus mengikuti norma atau peraturan, harus bisa bersosialisasi, tidak bisa seenaknya seperti di rumah. (Hasan, 2010) B. Penelitian yang Relevan Ramey (2004) melakukan penelitian dengan judul Early Learning and School Readiness: Can Early Intervention Make a Difference?. Penelitian ini menggunakan metodologi RCTs (Randomized controlled Trials) yang dirancang untuk menguji hipotesis pendidikan prasekolah. Hasil penelitian menyebutkan pengalaman anak-anak yang memasuki TK berkorelasi dengan tingkat perkembangan kognitif dan kesiapan sekolah yang diukur dengan penilaian standar kinerja kognitif dan bahasa. Pendidikan prasekolah juga berkhasiat dalam meningkatkan kinerja dalam membaca dan matematika di sekolah dasar dan menengah. 18

Duncan (2006) melakukan penelitian dengan judul School Readiness and Later Achievement. Duncan menganalisis kesiapan dan perilaku siswa yang muncul pada saat masuk sekolah. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa ketrampilan kognitif, perhatian dan ketrampilan sosioemosional perlu diukur agar mengetahui kesiapan siswa bersekolah. Duncan menyebutkan perilaku adalah masalah tertinggi anak pada awal sekolah. Perilaku tersebut juga mempengaruhi prestasi anak. Ketrampilan awal anak dinilai sangat penting ketika memasuki sekolah. Halimah (2010) melakukan penelitian dengan judul Kesiapan memasuki Sekolah Dasar Pada Anak yang Mengikuti Pendidikan TK dan yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK di Kabupaten Kudus menunjukan adanya perbedaan rerata, yaitu rerata anak yang mengikuti TK lebih besar yaitu sebesar 25,98 dan rerata anak yang tidak mengikuti pendidikan TK sebesar 11,25. Hasil analisis data menunjukan ada perbedaan sangat signifikan kesiapan sekolah anak SD yangn mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK. Dari hasil penelitian dapat dipahami pendidikan prasekolah merupakan dasar yang penting untuk keberhasilan pada jenjang studi selanjutnya. 19

C. Kerangka Pikir Anak yang memasuki sekolah dasar ada yang berasal dari PAUD (TK) dan ada yang langsung masuk sekolah dasar tanpa mengikuti jenjang PAUD (TK). Hal tersebut menjadikan kemampuan dasar siswa kelas satu yang berbeda-beda. Setiap anakpun berbeda-beda dalam menerima proses pembelajaran di kelas satu. Perlunya penelitian agar mengetahui proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas satu yang berasal dari PAUD dan NON PAUD Tidak mengikuti PAUD (TK) mengikuti PAUD (TK) Siswa SD kelas 1 Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 20