BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pesat. Bahkan keberadaan bank syari ah saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan memiliki fungsi yang penting dalam

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya. Perbankan Syariah dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. xii 2 Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah, Februari 2017, h. 4.

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan prinsip-prinsip dalam agama Islam. Masyarakat sudah mulai. kepastian dan sistem yang jelas pada sistem syariah.

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi seputar praktik bunga bank yang dilakukan pada bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dalam bidang perbankkan syariah. Pemberlakuan UU Perbankkan No.

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya mengatur ibadah ritual,

BAB I PENDAHULUAN. akhibat krisis moneter yang melanda pada pertengahan Penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan perekonomian dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat. Hal ini terutama karena fungsi Bank sebagai perantara (intermediary) antara pihak-pihak kelebihan dana (surplus of funds) dan pihak yang memerlukan dana (lack of funds). Sebagai agent of development, Bank merupakan alat pemerintah dalam membangun perekonomian bangsa melalui pembiayaan semua jenis usaha pembangunan, yaitu sebagai financial intermediary (perantara keuangan) yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. 1 Menurut jenisnya bank dapat digolongkan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Pembagian jenis bank ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menampung dan mengantisipasi perkembangan usaha perbankan saat ini terutama dalam menghadapi era globalisasi perekonomian yang lebih mengarah kepada generalisasi perbankan. Dengan pembagian tersebut diharapkan di dalam perkembangan deregulasi dan globalisasi perekonomian dewasa ini, bank dapat lebih cepat tanggap dan mampu menyesuaikan usaha sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu diperlukan lagi bank-bank yang sifatnya spesifik seperti bank pembiayaan dan bank tabungan. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3 1

BPRS adalah Bank Perkreditan Rakyat yang sistem operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam. Sedangkan Usaha BPRS meliputi penyediaan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.72 tahun 1992 tanggal 30 Oktober 1992 (Martono, 2007:109). Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat syariah berdasarkan laporan OJK tahun 2015 secara kuantitas, pencapaian Bank Perkreditan Rakyat syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami perkembangan. Jika pada tahun1998 hanya ada 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Januari 2015 (berdasarkan data statistik yang dipublikasikan oleh OJK) jumlah bank perkreditan rakyat syariah telah mencapai 171 unit. (www.ojk.go.id). Keberadaan BPRS diharapkan mampu mewujudkan pemerataan pelayanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan masyarakat melalui pembiayaan dan pemberian kredit kepada para pedagang atau pengusaha kecil di pedesaan melalui dana yang dihimpun dari masyarakat berupa tabungan dan deposito. Pembiayaan yang disalurkan besarnya tidak dapat lepas dari berapa besar dana dari pihak ketiga yang didapat atau dihimpun dari masyarakat, karena pembiayaan yang disalurkan juga merupakan salah satu pendapatan bagi bank. Di dalam UU No.21 2008 diatur kegiatan usaha BPRS meliputi: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: a. Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. b. Investasi berupa Deposito atau Tabungan berwujud lain yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari ah. 2

2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: a. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah. b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad murabahah, salam atau istishna. c. Pembiayaan berdasarkan akad qardh d. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahya bittamlik dan e. Pengambil alihan hutang berdasarkan akad hawalah. 3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadi ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari ah. 4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS 5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia Melihat ruang lingkup kerja yang dimiliki BPRS akan menjadi alternative penyimpanan dana dan pembiayaan yang tepat bagi kalangan pengusaha di luar bank-bank konvensional di saat krisis ini. BPRS menawarkan bagi hasil yang pengembaliannya bagi Pengusaha lebih ringan daripada BPR konvensional. Dalam mengatasi masalah sulitnya 3

mencari BPRS yang menjanjikan, PT. BPRS PNM Binama tampil dengan memberikan penawaran produk pembiayaan diantaranya pembiayaan mudharabah, murabahah, dan ijarah. Dari beberapa produk pembiayaan yang ditawarkan oleh PT. BPRS PNM Binama, pembiayaan murabahah merupakan salah satu pembiayaan yang banyak diminati oleh para nasabah. Murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah.bank syari ah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang memesan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syari ah dan nasabah. Murabahah merupakan salah satu produk yang cukup mendominasi di antara produk-produk yang lain. Hal ini dikarenakan karakternya yang profitable, mudah dalam penerapan, serta dengan risk factor yang ringan, akan tetapi dalam prakteknya, kadang dijumpai cidera janji yang dilakukan oleh pihak nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap BPRS sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumya.entah karena keadaan memaksa (overmace) secara sengaja ataupun tidak sengaja, dan itu merupakan salah satu penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang memastikan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil. Berdasarkan Laporan Break Down Kolektibilitas PT BPRS PNM Binama per Desember 2015, jumlah pembiayaan Rp 18.496.051.000,00 dengan total jumlah nasabah pembiayaan yaitu 756 nasabah. Sedangkan rincian kategori yaitu lancar sebanyak 662 nasabah dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp 17.663.728.710,00, kurang lancar sebanyak 33 nasabah dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp 295.936.820,00, 4

diragukan sebanyak 7 nasabah dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp 92.480.260,00, dan macet sebanyak 54 nasabah dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp 443.905.220,00. Untuk memudahkan deskripsi tersebut bisa dilihat tabel dibawah ini : Laporan Break Down Kolektibilitas Per Desember 2015 Kolektibilitas Jumlah Nasabah Baki Debet Persentase Lancar 662 Rp 17.663.728.710,00 95,5% Kurang Lancar 33 Rp 295.936.820,00 1,6% Diragukan 7 Rp 92.480.260,00 0,5% Macet 54 Rp 443.905.220,00 2,4% Jumlah 756 Rp 18.496.051.000,00 100% NPF 94 Rp 832.322.300,00 4,5% Tabel 1.1 Laporan Kolektibilitas PT BPRS PNM Binama Berdasarkan tabel laporan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pembiayaan murabahah bermasalah atau NPF (Non Performing Financing) sebesar 4,5%. Ini menandakan bahwa tingkat NPF di PT BPRS PNM Binama masih tergolong sehat karena tingkat NPFnya kurang dari 5%.Meskipun tergolong kategori sehat, akan tetapi angka tersebut terbilang cukup fantastis yang mana harus ditangani dengan sebaikbaiknya agar tidak mempengaruhi kinerja perputaran roda investasi pembiayaan. Hal ini perlu disadari sedini mungkin guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Maka berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang metode penanganan pembiayaan murabahah bermasalahdi PT. BPRS PNM Binama yang kemudian akan penulis bahas dalam Tugas Akhir ini yang berjudul PROSEDUR PENYELESAIAN 5

PEMBIAYAAN BERMASALAH (Studi Kasus pada Produk Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS PNM Binama Semarang) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan murabahah di PT. BPRS PNM Binama Semarang dan apa penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah? 2. Bagaimanakah prosedur penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah di PT. BPRS PNM Binama Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari permasalahan yang telah dilakukan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui prosedur pengajuan pembiayaan murabahah pada PT. BPRS PNM Binama Semarang. b. Untuk mengetahui upaya bank dalammenyelesaikan pembiayaan murabahah bermasalah yang terjadi di BPRS PNM Binama Semarang. 2. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : a. Dapat dikaji materi-materi yang berhubungan dengan perjanjian pembiayaan, terutama yang berkenaan dengan pengetahuan masyarakat terhadap perjanjian pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tersebut, khususnya pembiayaan murabahah; 6

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan lembaga perbankan pada khususnya. D. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian tugas akhir ini, penulis bukanlah yang pertama yang membahas tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah. Adapun beberapa penelitian yang dapat penulis pakai sebagai rujukan untuk mendukung dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu: 1. M. Khasan Asy ari dalam tugas akhirnya yang berjudul Analisa Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada PT. BPRS Asad Alif Kantor Pelayanan Kas Bergas 2 Apabila sampai terjadi pembiayaan bermasalah, maka harus melakukan upaya-upaya mengatasi kredit bermasalah sampai tidak ada alternatif lainnya, serta melakukan penghapusan kredit dan pengelolaan kredit yaitu telah dihapus bukukan. Penyelamatan kredit bermasalah tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya. b. Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut maksimum saldo kredit. c. Penataan kembali (Restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi reschedulling, reconditioning. 2 M. Khasan Asy ari, Analisa Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada PT. BPRS Asad Alif Kantor Pelayanan Kas Bergas, Tugas Akhir, Salatiga: Perpustakaan IAIN Salatiga, 2011, h. 62, t.d. 7

Dalam hal ini BPR Syariah Asad Alif melakukan penanganan dengan cara: 1. Melakukan pendekatan secara kekeluargaan. 2. Melakukan akad uang. 3. Eksekusi jaminan. 4. Pengalihan akad. 5. Memberi solusi untuk mengembalikan. 2. Rachmawati Pertiwi Anggraini dalam tugas akhirnya yang berjudul Analisa Rescheduling Dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus di BMT Al Hikmah Cabang Ungaran) 3. Dalam menangani dan menyelesaikan pembiayaan bermasalah KSPS BMT Al Hikmah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a. Rescheduling (Penjadwalan Kembali) Pihak KSPS BMT Al Hikmahakan merubah syarat pembiayaan yang menyangkut pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang dan perubahan besaran anggsuran dan bagi hasil/mark up yang harus dibayar anggota. b. Liquidation pihak KSPS BMT Al Hikmah menyita barang jaminan milik anggota sebagai salah satu jalan keluar karena anggota memiliki kelalaian dalam mengembalikan pembiayaan yang dipinjamnya. 3. Arif Yulianto dalam skripsinya yang berjudul Faktor Internal- Eksternal yang Mempengaruhi Kredit Macet pada Nasabah PD. BPR BKK Wonosobo Kabupaten Wonosobo 4 menyimpulkan bahwa faktor internal nasabah yang relatif besar kontribusinya terhadap terjadinya 3 Rachmawati Pertiwi Anggraini, Analisa Rescheduling Dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus di BMT Al Hikmah Cabang Ungaran), Tugas, Akhir, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2014, h. 54, t.d. 4 Arif Yulianto, Faktor Internal-Eksternal yang Mempengaruhi Kredit Macet pada Nasabah PD. BPR BKK Wonosobo Kabupaten Wonosobo, Skripsi, Semarang: Perpustakaan Fakultas Ekonomi Unnes, 2011, h. 91, t.d. 8

kredit macet di PD. BPR BKK Wonosobo yaitu aspek pengaturan keuangan dan aspek teknis. Aspek lainnya meliputi aspek pemasaran, aspek dana, dan aspek manajemen. Sedangkan factor eksternal nasabah terdiri dari faktor kebijakan pemerintah dan factor perkembangan teknologi. Faktor perkembangan teknologi mempunyai kontribusi yang lebih besar pengaruhnya daripada faktor kebijakan pemerintah terhadap kredit macet pada PD. BPR BKK Wonosobo. Pada penelitian ini, penulis lebih terfokus pada tahap apa saat proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT. BPRS PNM Binama Semarang yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, dan apa prosedur yang dilakukan oleh bank jika pembiayaan bermasalah terjadi. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari segi metodologis, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Yang dimaksud penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Lexy J. Moleong adalah : Suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh) 5. Metode penelitian kualitatif juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) 6 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan pengamatan penulis terhadap fenomena-fenomena, data-data, bahan kajian 5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. XVII, hlm. 3. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung : CV. Alfabeta, 2008, Cet. IV, hlm. 14. 9

penelitian terdahulu, serta jurnal-jurnal ilmiah yang terkait dengan judul yang diteliti, yang terdiri dari: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber obyek penelitian dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Data tersebut diperoleh langsung dari personil dan dapat pula berasal dari lapangan. Adapun data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui wawancara dengan manager dan para karyawan PT BPRS PNM Binama, dan observasi langsung terhadap proses penangan pembiayaan bermasalah, dan data-data langsung dari bank. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor, buku-buku (kepustakaan), atau pihak lain yang mempunyai data yang terkait erat dengan obyek dan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah studi terhadap karya tulis ilmiah, jurnal, dan dokumen yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti, ataupun obyek peniltian yakni BPRS PNM Binama. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian in, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan, masalah, dan hipotesis penelitian. 7 Dalam wawancara ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data-data yang diperlukan adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah 7 Moh. Pabandu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006 hal. 62 10

disusun secara sistematis dan analistis. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan langsung dalam wawancara yang mendalam dengan pimpinan PT BPRS PNM Binama dan karyawan yang bersangkutan. b. Dokumentasi Merupakan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabelvariabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 8 Dalam hal ini peneliti memanfaatkan arsip atau data-data yang berhubungan dengan sejarah berdiri, struktur organisasi, visi misi PT BPRS PNM Binama dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai landasan teori dan penggunaan data yang akurat dalam menunjang penelitian. 4. Analisa Data Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Yaitu metode yang menggambarkan secara obyektif dan kritis dalam rangka memberikan perbaikan, tanggapan, dan tawaran serta solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang. 9 Dengan menggunakan metode ini penulis bermaksud untuk memberikan gambaran tentang fenomena-fenomena serta situasi tertentu tentang obyek yang diteliti yang penulis peroleh melalui data-data dan hasil wawancara. F. Sistematika Penulisan Untuk mendeskripsikan penelitian dengan jelas dan mudah dipahami, maka penulis menggunakan sistematika penullisan sebagai berikut: 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penanganan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1986, hal. 231 9 Ibid. Hal. 234 11

Bab Pertama : Berisi pendahuluan yang mengemukakan tentang halhal mengenai Latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab Kedua : Berisi pembahasan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dalam penulisan ini. Dalam hal ini penulis akan mengemukakan pengertian pembiayaan murabahah, dasar hukum serta syarat dan rukun pembiayaan murabahah, konsep pembiayaan murabahah, dan teori dan karakteristik pembiayaan bermasalah. Bab Ketiga : Berisi tentang gambaran umum objek penelitian. Pada bab ketiga ini berisi profil BPRS PNM Binama yakni sejarah singkat berdirinya BPRS, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Produk dan jasa yang ditawarkan. Bab Keempat : Berisi tentang hasil penelitian. Bab ini membahas tentang prosedur pengajuan pembiayaan murabahah di BPRS PNM Binama Semarang, faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah, serta prosedur penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah. Bab Kelima : Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan penutup. 12