BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi semakin tajam dan ketat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan termasuk dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Program komputer merupakan bagian dari teknologi komputer yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengupayakan pembangunan nasional di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengupayakan pembangunan nasional di berbagai bidang, salah

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aura Santika Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa dan negara yang sedang berkembang dan

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maju sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini manusia dihadapkan pada suatu kehidupan masyarakat yang

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enggis Kartikawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena. sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh maju mundurnya Bangsa itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan disengaja untuk mengembangkan

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia terus menerus dilakukan dalam segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang memegang peranan sangat penting

2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas. (SDM). Salah satu SDM yang diharapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Sebagaimana tercantum dalam Undangundang RI No 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional BAB II pasal 3 tentang tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas menekankan pada upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, kreatif, mandiri dan professional. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia berdasarkan sistem pendidikan nasional direalisasikan melalui 3 jalur yaitu jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang ditempuh secara resmi di lembaga-lembaga sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, mencakup pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan pendidikan yang dilaksanakan untuk menyiapkan peserta didik, dalam memasuki pendidikan pada jenjang tinggi dan memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Ruang lingkup pendidikan

2 menengah umum lebih mengutamakan terhadap pengetahuan peserta didik, sedangkan pendidikan menengah kejuruan lebih mengutamakan pengembangan kemampuan peserta diklat untuk melaksanakan pekerjaan dalam bidang tertentu, sehingga siap memasuki lapangan kerja. SMK termasuk ke dalam pendidikan menengah kejuruan yang bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan keahliannya. Tujuan SMK dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (2004:7), yaitu : 1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. 2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan giat dalam berkompetensi beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya. 3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun jenjang lebih tinggi. 4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih. SMK Negeri 9 Bandung sebagai salah satu sekolah kejuruan, menyiapkan tenaga terampil tingkat menengah salah satunya adalah bidang keahlian Tata Busana. Tujuan Program keahlian Tata Busana sesuai dengan Kurikulum SMK (2004) yaitu : Program keahlian Tata Busana merupakan program keahlian SMK yang membekali peserta diklat dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten dalam membuat busana mulai dari mengukur, membuat pola, menjahit dan menyelesaikan busana; memilih bahan tekstil dan bahan pelengkap secara tepat; menggambar macam-macam busana sesuai kesempatan; menghias busana sesuai desain; dan mengelola usaha di bidang busana.

3 Peserta diklat SMK Negeri 9 Bandung dibekali sejumlah mata diklat yang harus dicapai, salah satunya adalah mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi. Tujuan pembelajaran mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi sesuai dengan Kurikulum SMK (2004:39) adalah : Setelah mengikuti proses pembelajaran Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi diharapkan peserta diklat dapat mengetahui pengertian pola busana teknik konstruksi, cara mengambil ukuran badan, alat untuk menggambar pola, tanda-tanda pola, terampil menggambar pola dasar badan, memahami bagian-bagian busana wanita, dan terampil mengubah pola dasar sesuai model. Tujuan mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi sebagaimana dikemukakan di atas memberikan gambaran bahwa kompetensi yang diharapkan dapat dicapai dari proses kegiatan belajar tersebut adalah peserta diklat memiliki kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam membuat pola busana dengan teknik konstruksi. Tujuan mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi tersebut dapat dicapai dengan adanya pelaksanaan kurikulum yang tepat dan proses belajar mengajar yang maksimal. Hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi merupakan penguasaan kemampuan peserta diklat terhadap materi Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi. Penguasaan kemampuan ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta diklat setelah melalui kegiatan belajar mengajar yang mencakup 3 kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan kognitif meliputi penguasaan tentang pengetahuan mengenai alat-alat gambar pola, pengetahuan mengenai tanda-tanda pola, pengetahuan mengenai cara mengambil ukuran badan, pengetahuan mengenai cara membuat pola dasar, pengetahuan mengenai cara

4 membuat pola detail-detail busana bagian atas seperti garis leher, kerah, lengan, dan garis hias, serta pengetahuan tentang pecah pola berbagai busana. Kemampuan afektif meliputi ketelitian, kecermatan, disiplin, sikap, dan motivasi dalam membuat pola busana dengan teknik konstruksi. Kemampuan psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan peserta didik dalam membuat pola busana dengan teknik konstruksi meliputi cara mengembangkan pola dasar yaitu pembuatan blus, dan pembuatan pola garis leher, kerah, lengan sesuai dengan desain busana. Peserta diklat yang telah memiliki kemampuan tersebut di atas sebagai hasil belajar mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi diharapkan dapat mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, khususnya dalam pembuatan pola busana sebagai kesiapan uji level. Jenis busana yang diujikan dalam uji level mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi adalah pembuatan blus. Blus adalah Busana luar wanita bagian atas. Panjang blus umumnya sampai panggul atau lebih pendek, baik dipakai dimasukkan ke dalam rok maupun di luar rok. Blus dapat dikenakan dengan celana atau pun rok, tergantung dengan keinginan pemakai dan situasi serta kondisi. Uji level merupakan jenis evaluasi yang digunakan untuk mengukur kompetensi yang dimiliki peserta diklat pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam mata diklat secara terpadu. Tujuan dari uji level seperti yang tercentum dalam DIKNAS 2004 (http//www.puskur.net) adalah Menyiapkan peserta diklat agar dapat bekerja di industri dengan level qualifikasi operator jahit

5 dan mendapat sertifikasi dari industri sesuai dengan kompetensi yang dimiliki peserta diklat. Uji level diselenggarakan pada tiap tingkat, khusus di tingkat XI terdapat 3 mata diklat yang diujikan yaitu Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi, menggambar busana, dan membuat hiasan pada busana. Uji level membuat pola busana dengan teknik konstruksi dilaksanakan pada setiap akhir semester, yang wajib diikuti oleh peserta diklat setelah menempuh mata diklat membuat pola busana dengan teknik konstruksi. Uraian di atas menjadi dasar pemikiran bagi penulis untuk mengadakan penelitian tentang Kontribusi Hasil Belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah diperlukan untuk merumuskan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan jelas. Rumusan masalah menurut Mohamad Ali (1987:36) yaitu Rumusan masalah pada hakekatnya adalah generalisasi deskripsi ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi, dan analisis variabel yang tercakup di dalamnya. Rumusan masalah sesuai dengan kutipan di atas adalah sebagai berikut : Berapa besar kontribusi Hasil Belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level? Program keahlian Tata Busana yang dikembangkan dalam kurikulum SMK terdiri dari beberapa mata diklat, salah satunya yaitu mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi. Tujuan pembelajaran mata diklat

6 Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi sesuai dengan Kurikulum SMK (2004:39) adalah : Setelah mengikuti proses pembelajaran Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi diharapkan peserta diklat dapat mengetahui pengertian pola busana teknik konstruksi, cara mengambil ukuran badan, alat untuk menggambar pola, tanda-tanda pola, terampil menggambar pola dasar badan, memahami bagian-bagian busana wanita, dan terampil mengubah pola dasar sesuai model. Hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi merupakan gambaran penguasaan 3 kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Keberhasilan peserta diklat dalam mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi dapat dilihat dari keterampilan peserta diklat dalam membuat pola berbagai model busana. Hasil belajar mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kesiapan uji level kepada peserta diklat khususnya dalam pembuatan pola blus. Uji level merupakan jenis evaluasi yang digunakan untuk mengukur kompetensi yang dimiliki peserta diklat pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam kompetensi Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi. Tujuan dari uji level ini adalah mempersiapkan peserta diklat agar dapat bekerja di industri dengan level qualifikasi operator jahit dan mendapat sertifikasi dari industri sesuai dengan kompetensi yang dimiliki peserta diklat khususnya dalam Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi. Pada pelaksanaan uji level Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi, materi yang di ujikan adalah pembuatan pola blus.

7 Pembatasan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang sangat luas. Pembatasan masalah menurut Winarno Surakhmad (1993:13) bahwa: Pembatasan masalah diperlukan untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah, untuk menetapkan lebih dahulu sesuatu yang perlu dipecahkan dengan dibatasi oleh keadaan, waktu, tenaga, kecakapan dan untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada : a. Hasil belajar peserta diklat yang ditinjau dari : 1) Kemampuan kognitif meliputi penguasaan tentang pengetahuan mengenai alat-alat gambar pola, pengetahuan mengenai tanda-tanda pola, pengetahuan mengenai cara mengambil ukuran badan, pengetahuan mengenai cara membuat pola dasar, pengetahuan mengenai cara membuat detail-detail busana bagian atas seperti garis leher, kerah, lengan, dan garis hias, serta pecah pola berbagai busana. 2) Kemampuan afektif meliputi ketelitian, kecermatan, disiplin, sikap dan motivasi dalam kegiatan membuat pola busana dengan teknik konstruksi. 3) Kemampuan psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan dalam membuat pola busana dengan teknik konstruksi meliputi keterampilan dalam mengembangkan pola dasar yaitu pembuatan blus, dan pembuatan pola garis leher, kerah, lengan sesuai dengan desain busana. b. Pembuatan pola blus yang meliputi pembuatan pola dasar, pembuatan pola detail-detail blus seperti garis leher, kerah, lengan, dan garis hias sebagai kesiapan uji level.

8 c. Kontribusi hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. d. Besarnya kontribusi hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. C. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman antara pembaca dan penulis dalam menafsirkan istilah yang terkandung dalam judul penelitian: Kontribusi Hasil Belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Hasil Belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi a. Hasil Belajar Hasil belajar adalah Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Nana Sudjana, 2005:22). b. Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi Pola busana yang dibuat sesuai dengan ukuran tubuh seseorang dan dikerjakan di atas tempat datar.(s. Larasati 2005;10) Pengertian hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi dalam penelitian ini mengacu pada pengertian yang telah dikemukakan di atas yaitu kemampuan yang dimiliki oleh peserta diklat setelah mempelajari mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi yaitu Pola busana yang dibuat sesuai dengan ukuran tubuh seseorang dan dikerjakan di atas tempat datar.

9 2. Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level a. Pembuatan Pembuatan adalah Kegiatan yang menghasilkan sesuatu (W.J.S Poerwadarminta 1985:155 ) b. Pola Pola adalah Pattern atau pola bidang jahit dimaksudkan suatu potongan kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju pada saat kain digunting. Potongan kain atau kertas tersebut mengikuti ukuran bentuk badan/model tertentu (Djati Pratiwi 2001:3) c. Blus Blus adalah Busana luar wanita bagian atas, yang umumnya panjangnya sampai panggul atau lebih pendek, baik dipakai dimasukkan ke dalam rok atau celana maupun di luar rok atau celana (Arifah A Riyanto,2003:4) d. Kesiapan Kesiapan yaitu Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons / jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2003:113) e. Uji level Uji level adalah Alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik DIKNAS 2004 dalam http//www.puskur.net ) Pengertian Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level mengacu pada pengertian di atas yaitu suatu kondisi yang membuat peserta diklat siap untuk

10 membuat pola blus sebagai suatu proses untuk mengukur kompetensi yang dimiliki oleh peserta diklat. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh data tentang kontribusi hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh data tentang : a. Hasil belajar peserta diklat yang ditinjau dari : 1) Kemampuan kognitif meliputi pengetahuan mengenai alat-alat gambar pola, pengetahuan mengenai tanda-tanda pola, pengetahuan mengenai cara mengambil ukuran badan, pengetahuan mengenai cara membuat pola dasar, pengetahuan mengenai cara membuat detail-detail busana bagian atas seperti garis leher, kerah, lengan, dan garis hias, serta pecah pola berbagai busana. 2) Kemampuan afektif meliputi ketelitian, kecermatan, disiplin, sikap dan motivasi dalam kegiatan membuat pola busana dengan teknik konstruksi. 3) Kemampuan psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan dalam membuat pola busana dengan teknik konstruksi meliputi keterampilan dalam mengembangkan pola dasar yaitu pembuatan blus, dan pembuatan pola garis leher, kerah, lengan sesuai dengan desain busana.

11 b. Pembuatan pola blus yang meliputi pembuatan pola dasar, pembuatan pola detail-detail blus seperti garis leher, kerah, lengan, dan garis hias sebagai kesiapan uji level. c. Kontribusi hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. d. Besarnya kontribusi hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai pihak terutama dalam rangka pengembangan disiplin ilmu, peningkatan mutu pendidikan, dan untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Peneliti sebagai calon pendidik Penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam melakukan penelitian tentang kontribusi hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level, disamping itu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar (KBM) pada kompetensi Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi. 2. Peserta Diklat Hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan dan motivasi bagi peserta diklat untuk meningkatkan kemampuan membuat pola busana dengan teknik konstruksi, dalam upaya mempersiapkan diri mengikuti uji level.

12 3. Guru mata diklat Membuat Pola Busana dengan Teknik Konstruksi Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan pembelajaran mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi, agar pembelajaran dapat mudah dipahami oleh peserta diklat. F. Asumsi Asumsi dalam suatu penelitian diperlukan sebagai pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan atau yang menjadi titik tolak dalam suatu masalah, serta dapat memberikan arah dalam penelitian dan penganalisaan data baik teoritis maupun praktis. Asumsi merupakan kebenaran yang tidak diragukan atau tidak perlu diuji lagi. Winarno Surakhmad (1994:58) mengemukakan: Asumsi adalah suatu yang dianggap konstan. Asumsi dalam penelitian ini mengacu pada pengertian di atas, yaitu: 1. Hasil belajar peserta diklat dalam belajar mata diklat Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi, merupakan gambaran keberhasilan peserta diklat dari pengalaman belajar kompetensi tersebut yang berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Nana Sudjana (2005:3) mengemukakan: Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris 2. Kemampuan Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level merupakan kemampuan nyata dari hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi yang ditunjukkan oleh peserta diklat dalam pelaksanaan uji level. Anggapan dasar ini sesuai dengan pendapat Abin Syamsudin Makmun (2005:54) bahwa:

13 Kecakapan nyata atau aktual, yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil usaha atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya. 3. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor pada pembuatan pola blus yang dimiliki oleh peserta diklat, dapat diukur dengan berbagai jenis dan alat evaluasi secara komprehensif atau terpadu di dalam kompetensi Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi, kemampuan ini salah satunya dapat diuji dalam mengikuti uji level. Asumsi ini sesuai dengan pengertian uji level oleh DIKNAS 2004 dalam http//www.puskur.net bahwa : Uji level merupakan jenis evaluasi yang digunakan untuk mengukur kompetensi yang dimiliki peserta didik pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara terpadu. G. Hipotesis Hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) dapat diartikan sebagai: Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan, sampai teruji melalui data yang terkumpul. Pendapat tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk menetapkan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Terdapat sumbangan yang positif dan signifikan antara variabel X yaitu hasil belajar Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi terhadap variabel Y yaitu Pembuatan pola blus sebagai kesiapan uji level.

14 H. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket), dan dianalisis dengan teknik analisis statistik. I. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah SMK Negeri 9 yang bertempat di Jl. Soekarno-Hatta KM 10 Bandung. Alasan penentuan lokasi dalam penelitian ini karena permasalahan yang diteliti terdapat di SMK Negeri 9 Bandung dan peserta diklat sebagai responden penelitian ini tercatat sebagai peserta diklat di sekolah tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta diklat tingkat XI SMK Negeri 9 Bandung yang telah menempuh kompetensi Pembuatan pola busana dengan teknik konstruksi yang berjumlah 40 orang.