BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat mengarah pada reformasi. Salah satu bentuk dari reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk medapatkan data dengan

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang. dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat.

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional

DAFTAR ISI. ABSTRAK..iv. KATA PENGANTAR. v. DAFTAR ISI..ix. DAFTAR TABEL.xiii. DAFTAR GAMBAR...xvi. 1.1 Latar Belakang Masalah...1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. PAD (Pendapatan Asli Daerah)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab warga negara dan masyarakatnya. Kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan di daerah sangat tergantung dari pendapatan asli daerah serta pengelolaan daerah itu sendiri. Hadirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah membawa perubahan yang begitu besar bagi pelaksanaan pembangunan daerah. Secara tegas undang-undang ini memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat atau dengan kata lain daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 telah diberikan Otonomi. Upaya pemerintah untuk membangun harus ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan pengarahan kepada segenap masyarakat sehingga dapat terwujud tujuan dari pembangunan itu sendiri, disamping peran serta masyarakat untuk mendukung kelancaran proses pembangunan. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah / kota lebih dituntut untuk dapat menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya, seperti; pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. Undang Undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, memperlihatkan adanya upaya untuk memperkuat struktur keuangan daerah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Pengaturan pembagian keuangan antara pusat dan daerah dalam pemerintahan yang terdesentralisasi akan menimbulkan masalah bagi harmonisasi hubungan pemerintah pusat dan daerah, apabila tidak diatur secara jelas dan adil. Untuk mewujudkan otonomi di daerah, kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu faktor penting karena sesuai dengan azas Desentralisasi daerah Kabupaten dan Kota sebagai daerah otonom berhak 1

2 mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) akan sangat menentukan sekali tingkat kemandirian suatu daerah, karena pada hakekatnya otonomi daerah itu adalah kemandirian. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pembiayaan yang paling penting dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa. Seperti halnya Kota Tanjungpinang, memiliki pos- pos pendapatan dari pajak dan retribusi daerah. Kota Tanjungpinang memiliki posisi strategis, disamping berdekatan dengan Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, juga terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, menjadi aset berharga yang turut berperan terhadap pertumbuhan perdagangan regional dan nasional. 1 Kota Tanjungpinang merupakan ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau, sebagai pusat perdagangan dan jasa, industri, pariwisata serta pusat budaya melayu. Kota Tanjungpinang terdiri dari empat Kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjugpinang Barat dan kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan letak Kota Tanjungpinang yang strategis dan disetiap Kecamatanya memiliki hotel memberikan dampak terhadap pendapatan Kota tanjungpinang sendiri, khususnya pada bidang perhotelan. Bidang perhotelan memiliki instrumen instrumen yang terkait dengan pendapatan perhotelan sendiri yaitu pajak hotel. Pajak hotel terdiri dari dari pendapatan kamar hotel yang terjual dan jasa hotel diluar dari aktivitas penginapan kamar hotel. Pendapatan pajak hotel dapat dilihat dari jumlah kamar yang terjual yaitu tingkat hunian kamar, selain itu adanya jumlah hotel dan jumlah obyek wisata. 1 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Tanjugnpinang Tahun 2013 2033, halaman 1-1

3 Dengan posisi Kota Tanjungpinag yang srtategis pada jalur perdagangan maka adanya kemungkinan terhadap pergerakan orang untuk transit di Kota ini, dimana adanya alternatif alternatif rute perjalan menuju Kota ini. Banyaknya jumlah obyek wisata juga mengindikasikan adanya dampak terhadap tingkat hunian kamar, yaitu pada tahun 2013 jumlah kamar hotel yang tersedia sebanyak 1398 kamar 2. Dilihat dari jalan sebagai bagian dari mobilitas pergerakan khusunya berkaitan dengan obyek wisata Kota Tanjungpinang memiliki panjang jalan 294,24 km 3. Pos pendpatan perhotelan di Kota Tanjungpinang dilihat dalam kurun waktu Sembilan tahun yaitu, pertumbuhan dan kontribusi pada tahun 2006 2009 cendrung mengalami kenaikan. Yaitu pada tahun 2007 pertumbuhan pajak hotel 20,4% hingga 2009 pertumbuhan pajak hotel mencapai 32,1%. Sedangkan pada tahun 2010 2014 pertumbuhan dan kontribusi dari pajak hotel cendrung mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2013 yaitu dari 41,4% menjadi 7,2%. Sedangkan kontribusi pada Pajak Hotel disetiap tahunnya juga cendrung mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2013 kontribusi Pajak Hotel lebih rendah dibandingkan dengan delapan tahun terakhir, dengan kontribusi 3,89%. Pajak Hotel pada Tahun 2013 mencapai Rp. 4,287,948,935 dan Pendapatan Asli Daerah mencapai Rp. 110,219,360,397. Hal ini dikarenakan pendapatan dari pos pos pajak dan retribusi pada Pendapatan Asli Daerah lainya mengamali laju pertumbuhan dan peningkatan kontribusi. 4 Dari uraian diatas maka dilakukan kajian mengenai peran pajak hotel dalam meningatkan Pendapatan Asli Daerah, baik secara pendapatan pajak hotel dari kamar yang terjual maupun dari jasa perhotelannya guna dijadikan pertimbangan dalam kajian peningkatan pendapatan asli daerah di Kota Tanjungpinang. 1.2 Rumusan Permasalahan Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang adalah 2 Data Dinas Pariwisata Kota Tanjungpinang 3 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Tanjugnpinang Tahun 2013 2033 4 Penyusunan Identifikasi dan Optimalisasi PAD Kota Tanjungpinang, VI 2

4 terdiri dari pajak dan retribusi daerah. Dilihat dari pertumbuhan dan kontribusinya terdapat beberapa klasifikasi 5 yang terdiri dari sektor prima, potensial, berkembang dan terbelakang. Berdasarkan kalsifiksi tersebut Pajak Hotel dari Pendapatan Asli Daerah termasuk dalam kategori berkembang, dilihat dari pertumbuhan dan perkembangannya. Permasalahan dari penelitian ini adalah sektor hotel yang belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari rata rata pertumbuhan kontribusi dari pajak Hotel sendiri adalah 5,078% dan rata rata pertumbuhan pajak hotel adalah 22,1%. 6 Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pengaruh krgiatan perhotelan Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang? 2. Bagaimana peran setiap Kecamatannya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah? 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, penelitian ini ditujukan untuk meliaht Pengaruh Kegiatan Perhotelan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tanjungpinang. 1.3.2 Sasaran Untuk mencapai tujuan penelitian diatas, maka disusun sasaran-sasaran penelitian sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi variabel yang berpengaruh terhadap kegiatan perhotelan terhadap Pendapatan Asli Daerah 2. Mengidentifikasi peran seiap Kecamatan dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang melalui Kegiatan Perhotelan. 5 Penyusunan Identifikasi dan Optimalisasi PAD Kota Tanjungpinang, halaman VII 6 6 Penyusunan Identifikasi dan Optimalisasi PAD Kota Tanjungpinang, halaman VII 4

5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi dua ruang lingkup yaitu, ruang lingkup wilayah yang menjelaskan batasan wilayah yang menjdai objek studi, dan ruang lingkup materi yang membatasi materi yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pembagian ruang lingkup tersebut dilakukan untuk membuat pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Secara geografis, wilayah Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan dengan posisi berada pada 0 0 51 sampai dengan 0 0 59 Lintang Utara dan 104 0 23 sampai 104 0 34. Secara administrasi, Kota Tanjungpinang dibagi menjadi 4 kecamatan dan 18 kelurahan dengan luas wilayah kota adalah 239,5 Km 2 atau 23.950 Ha. Kecamatan Tanjungpinang Barat teridi dari, Kelurahan Tanjungpinang Barat, Kelurahan Kemboja, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Bukit Cermin. Kecamatan Tanjungpinang Kota terdiri dari, Kelurahan Tanjungpinang Kota, Desa Penyengat, Desa Kampung Bugis dan Desa Senggarang. Kecamatan Bukit Bestari terdiri dari, Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kelurahan Tanjung Unggat, Kelurahan Tanjungayun Sakti, Kelurahan Dompak dan Kelurahan Sei jang. Kecamatan Tanjungpinang Timur terdiri dari, Kelurahan Kampung Bulang, Kelurahan Melayu Kota Piring, Kelurahan Air Raja, Kelurahan Pinang Kencana dan Kelurahan Batu Sembilan. Kota Tanjungpinang secara administratif dibatasi oleh : Sebelah utara :Teluk Bintan Kecamatan Teluk Bintan Sebelah selatan :Selat Karas, Desa Mantang Baru, Kecamatan Bintan Timur, Sebelah timur :Kecamatan Bintan Timur Sebelah barat :Selat Karas, Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan,

6 GAMBAR PETA ADMINISTRASI

7 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang Lingkup Materi yang dibahas dalam penulisan ini adalah meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Perhotelan di Kota Tanjungpinang. Batasan studi yang dilakukan adalah mengjaki kontribusi perhotelan dan perkembangan PAD serta variabel yang mempengaruhi peningkatan PAD. Kedalaman studi di dalam Pendapatan Asli Daerah hanya pada pajak perhotelan, pajak perhotelan lainnya (pajak pertmabahan nilai perhotelan), karena mempunyai konstribusi paling besar dan mempunyai potensi dalam mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. 1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian digunakan dalam studi terdiri dari pendekatan dan tahapan penelitian, pengumpulan data, dan analisis untuk mencapai tujuan dan sasaran. 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ini dilakukan melalui survei, dimana survei tersebut yaitu: Survei Sekunder Data survei diperoleh dari data-data dan literatur yang ada di instansi terkait serta buku-buku yang ada kaitannya dengan survei sekunder itu sendiri. Data ini umumnya sudah terpola sesuai dengan aturan masing-masing instansi. Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat sekurang-kurangnya dalam lima tahun terakhir. 1.5.2 Metode Pendekatan Studi Untuk mencapai maksud dan tujuan studi diatas maka perlu diadakannya pendekatan studi adalah sebagai berikut Mengidentifikasi variable bebas dan variable terikat perhotelan pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Tanjungpinang.

8 Mengidentifikasi potensi peningkatan Pendapatan Asli Daearah melalui Perhotelan di Kota Tanjungpinang Menganalisis peran setiap Kecamatan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Tanjungpinang. 1.5.3 Metode Analisis Metodologi analisis yang akan digunakan adalah metodologi penelitian deskriptif yang dilakukan dengan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan analisis yang dipergunakan di dalam penelitian tugas akhir ini terbagi ke dalam bagian-bagian sebagai berikut 1. Analisis deskriptif peningkatan Pendapatan Asli Daerah melaui perhotelan 2. Ananlisis Pengaruh dan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah memalui perhotelan 3. Analisis deskriptif peran Kecamatan dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui Perhotelan A. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk memecahkan masalah masalah yang bersifat pengukuran kuantitas (jumlah dan angka). Pendekatan ini berangkat dari data yang diproses menjadi informasi penting bagi pengambilan keputusan. Untuk mengetahui potensi peningkatan Pendapatan Asli Daerah, salah satunya bias diukur melalui potensi pajak daerah. Tabel I.1 Matriks Analisis Yang Akan Digunakan No Sasaran Metode Analisis Formula/Keterangan 1. Memperoleh variabel Metode Kuantitatif Kriteria yang berpengaruh pada Uji Regresi Berganda (Uji-F) Pendapatan Asli Daerah Uji Regresi Parsial (Uji-t) dilihat dari kegiatan Uji Heterogenitas indsutri Uji Multicoleris Y = X 1+X 2+X 3+X 4+X 5 PAD = PH+PJH+JH+PDRB+PDD

9 No Sasaran Metode Analisis Formula/Keterangan THK = JH+PJL+AK+OW+JK Keterangan : PAD Pendapatan Asli Saerah PH = Pajak hotel PJH = Pajak Jaasa Hotel PDRB = Produk Domestik Regional Bruto PDD = Penduduk THK = Tingkat Hunian Kamar PJL = Panjang Jalan AK = Akomodasi Hotel OW= Obyek Wisata JK =Jumlah Kamar 2. Memperoleh kecamatan Metode Kuantitatif Kriteria Fixed Effect yang berperan pada Uji Regresi Berganda (Uji-F) peningkatan Pendapatan Uji Regresi Parsial (Uji-t) Asli Daerah. Y = α 0 + B 1 S it + B 2 Q it + B 3 P it Tabel I.2 Matrik Variabel Penelitian No Variabel Definisi Jenis Data Symbol 1 Pendapatan Asli Daerah 2 Pajak Hotel 3 Pajak Jasa Hotel 4 PDRB Dalam satuan rupiah, dengan jenis data jutaaan. Dalam satuan rupiah, dengan jenis data jutaaan. Dalam satuan rupiah, dengan jenis data jutaaan. Dalam satuan rupiah, dengan jenis data jutaaan. Rasio Rasio Rasio Rasio 5 Jumlah Penduduk Dengan satuan jiwa Rasio X4 6 Tingkat Hunian Kamar 7 Panjang Jalan Dengan satuan rupiah per kamar Dengan satuan kilometer Rasio Rasio 8 Akomodasi Hotel Dengan satuan unit. Rasio X7 9 Obyek Wisata Dengan satuan unit. Rasio X8 10 Jumlah Kamar Dengan satuan unit. Rasio X9 Y X1 X2 X3 X5 X6

10 1.6 Kerangka Pikir Kota Tanjungpinang merupakan Kota yang terletak pada jalur sidang perdagnagan bebas yang berdekatan dengan Singapura sebagai pusat perdagnagn dunia dan kota Batam sebagai kawsan perdagangan. Dengan letak wilayah yang strategis menjadikan Kota ini dapat menjaring wisatawan domestic maupun mancanegara untuk singgah di Kota ini. Sehingga dapat memerikan masukan pendapatan dari sector perhotelannya melalui kunjungan wisatawan. Analisis Antar Waktu Analisis ruang Regresi Linier Uji t dan Uji f Fixed Effect Models Pajak Hotel Pajak Jasa Hotel Tngkat Hunian Kamar PDRB Jumlah Hotel Tingkat Hunian Kamar Jumlah Hotel Jumlah Akomodasi Hotel Jumlah Kamar Jumlah Obyek Wisata Panjang Jalan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah mealui Kegiatan Perhotelan di Kota Tanjungpinang Kesimpulan dan Saran Rekomendasi Temuan Studi

11 1.7 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Pada pendahuluan, akan dibahas mengenai latar belakang penelitian dan rumusan permasalahannya, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup wilayahdan studi dari penelitian, dan metodologi penelitian yang dipergunakan beserta tahapan studinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dibahas mengenai berbagai definisi yang diperlukan di dalam penelitian, potensi dan dampak pengembangan sector pariwisata dan ketetapan-ketetapan serta penjelasan terhadap metodologi penelitian yang akan dipergunakan pada tahap penelitian selanjutnya, yang diperoleh dari berbagai sumber literature seperti buku, jurnak, artikel, dan berita yang bersifat ilmiah. BAB III SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI KEGIATAN PERHOTELAN DI KOTA TANJUNGPINANG Pada gambaran umum, akan dibahas mengenai letak geografis, sumber Pendapatan Asli Daerah pada Perhotelan di Kota Tanjungpinang. BAB IV ANALISIS PENGARUH DAN PERAN SETIAP KECAMATAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI KEGIATAN PERHOTELN Pada analisis, akan dibahas mengenai hasil data dan informasi yang diperoleh, hasil pengolahan data dan informasi ke dalam alat analisis yang digunakan, dan deskripsi hasil analisisnya. Pada bab ini juga akan dapat dilihat keterkaitan antara studi literatur dengan analisis, yang akan disimpulkan pada bab selanjutnya.

12 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terkahir ini, akan dijelaskan kesimpulan dari hasil temuan studi, dan rekomendasinya. Pada bab ini juga akan dapat diketahui catatan pelaksanaan studi dan saran untuk studi lanjutan.