I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

II. KAJIAN PUSTAKA. ukur dalam pelaksaaan penelitian. Teori yang dimaksud adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

I. PENDAHULUAN. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad-abad

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA KIAS DALAM TRADISI LISAN PESTA TUPPING DI KALIANDA DAN PENYUSUNAN BAHAN AJAR BAHASA LAMPUNG DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinteraksi, bekerja sama, maupun untuk. mengidentifikasikan diri. Didalam tindak komunikasi itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan bentuk atau wujudnya karya sastra terdiri dari aspek isi dan aspek bentuk. Aspek isi merupakan pengalaman tentang hidup manusia. Aspek bentuk merupakan hal-hal yang terkait cara pemakaian, cara pengarang memanfaatkan bahasa untuk mewadahi isi dari karya sastra tersebut. Berdasarkan pengertian dari aspek bentuk atau wujudnya, sastra dapat disampaikan secara lisan dan tulisan. Penyampaian sastra secara lisan, langsung diungkapkan dari mulut ke mulut sedangkan penyampaian sastra secara tulisan diungkapkan melalui bahasa tulis. Sastra lisan merupakan bagian kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sastra lisan merupakan milik bersama, bersifat anonim pada suatu daerah tertentu. Sastra lisan adalah salah satu gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan yang belum terpelajar. Ragamnya pun sangat banyak dan masing-masing ragam mempunyai variasi yang banyak pula. Isinya mungkin mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau kebudayaan masyarakat pemilik sastra tersebut (Finnegan dalam Armina, 2012:1).

2 Kehidupan sastra lisan di masyarakat mengalami perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat pemiliknya. Ada sebagian sastra lisan di Indonesia yang telah hilang sebab tidak sempat didokumentasikan. Sastra lisan yang masih ada, baik yang diselamatkan melalui penelitian masa dahulu dan masa kini maupun yang belum diteliti, ada yang masih bertahan tetapi ada pula yang mengalami perubahan. Ada contoh bentuk sastra lisan yang masih dipertahankan terus tanpa perubahan, tetapi tidak kurang contoh yang membuktikan bahwa sastra lisan yang telah berubah karena dinamika intrinsik ataupun akibat pengaruh sastra asing (Teeuw, 1984:330). Telah dikatakan pula bahwa di Indonesia sastra lisan pun dari dahulu terus berubah walaupun beberapa ragam dasar barangkali bertahan lama. Perubahan itu bisa terjadi karena pengaruh perkembangan masyarakat dalam berbagai segi seperti pendidikan, ekonomi, politik, soial, dan kepercayaan. Keberadaan sastra lisan perlu dipertimbangkan dari hal-hal yang menyangkut geografi, sejarah, kepercayaan dan agama, serta semua aspek kebudayaan lain (Finnegan dalam Armina, 2013:2). Selain itu, pengaruh teknologi modern juga mengakibatkan perubahan-perubahan dalam segala segi kehidupan. Salah satu dari perubahan tersebut tercermin pada perubahan pandangan masyarakat yang menganggap sastra lisan dahulu sebagai hal yang kuno/tradisional (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1998:4). Hal ini perlu diantisipasi agar keberadaan sastra lisan tidak punah. Usaha melestarikan sastra lisan sebagai kekayaan budaya perlu dilaksanakan karena perubahan dan hilangnya ragam sastra lisan tidak pernah akan berhenti. Hal

3 tersebut dapat mengakibatkan punahnya sastra lisan di suatu daerah. Bersamaan dengan punahnya sastra lisan itu maka kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya akan punah pula. Sastra lisan dapat diungkapkan dari segi bentuk dan isinya untuk memperkaya khasanah kebudayaan bangsa Indonesia. Pengungkapan sastra-sastra lisan di Indonesia itu mempunyai keuntungan, yaitu dapat memperlihatkan keanekaragaman kekayaan budaya dan menimbulkan saling memahami antarsuku bangsa di Indonesia melalui nilai-nilai yang terdapat dalam sastra lisan tersebut. Sastra lisan di suatu daerah berfungsi sebagai sarana pengungkapan tata nilai sosial budaya dan kehidupan di daerah tersebut (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1998:1). Sastra lisan merupakan salah satu bentuk kreativitas masyarakat yang sayang jika diabaikan keberadaannya. Berbagai nilai kehidupan seperti nilai kemanusiaan, keindahan, moral, budaya, pendidikan, sejarah, ekonomi, dan politik dapat diungkapkan melalui sastra lisan sehingga penting untuk dilakukan penelitian yang terkait dengan sastra lisan tersebut. Dengan dilakukannya penelitian, hasil penelitian sastra lisan dapat bermanfaat untuk melestarikan sastra lisan tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga bermanfaat untuk perkembangan dan pelestarian sastra lisan yang sudah ada. Masyarakat Lampung Pepadun merupakan salah satu masyarakat di Indonesia yang memiliki bahasa dan adat budaya tersendiri yang memiliki sastra lisan. Sastra lisan Lampung Pepadun mempunyai peran penting dalam peradatan, pandangan hidup, pergaulan, dan lain-lain. Banyak nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

4 Nilai-nilai ini belum terungkap secara mendalam dalam suatu kegiatan penelitian. Kurangnya kegiatan penelitian yang dilakukan dapat membuat perubahan bahkan hilangnya sastra lisan Lampung Pepadun. Gejala perubahan dan penghilangan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya juga terjadi dalam pertumbuhan sastra lisan Lampung Pepadun. Terdapat tiga situasi dan kondisi yang meyebabkan hal itu terjadi, yaitu (a) ada ragam yang terancam punah. Ragam semacam ini kehilangan perannya dalam kehidupan masyarakat karena pergeseran fungsinya. Pergeseran fungsi ragam tersebut dipengaruhi oleh pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang selalu mengikuti perkembangan. Misalnya, karena kemajuan pendidikan maka masyarakat tidak lagi terikat pada berbagai dogma yang tidak sesuai. Akibatnya, ragam sastra yang berhubungan dengan dogma tersebut mulai ditinggalkan. Sebagai contoh, orang tidak lagi menggunakan ragam sastra yang waktu mengambil kayu dari hutan dan menanam padi karena mereka telah menggunakan alat-alat pengangkut dan pupuk penyubur tanah; (b) beberapa ragam tidak mengalami perubahan secara drastis atau sangat lambat perubahannya. Ragam-ragam seperti ini erat hubungannya dengan peradatan. Karya-karya ragam ini diteruskan secara asli melalui penghapalan dari seorang tokoh adat kepada penerusnya. Kalimat dan kata-katanya dipertahankan sebab dipandang mengandung nilai yang tidak boleh diubah. Contoh-contoh ragam ini adalah puisi perkawinan, penyambutan, penobatan gelar adat, dan penerimaan tamu yang dihormati. (c) Ragam sastra yang lain berubah secara dinamis tetapi tidak terancam punah. Dari ragam tersebut timbul kreasi-kreasi baru yang menimbulkan variasi. Kreasi baru muncul bersamaan dengan munculnya penutur dan pencerita muda. Selain faktor kemudaan penutur, terdapat pula faktor suasana,

5 faktor tempat, dan keahlian penutur turut memengaruhi munculnya kreasi dan versi baru. Setiap penceritaan (pertunjukan atau penampilan) dalam situasi tertentu menimbulkan ciptaan baru sebagai tanda kreativitas pencerita (A. B. Lord dalam Armina, 2013:5). Ketiga hal itu menjadi sebuah alasan mengapa sastra lisan Lampung Pepadun harus dikaji secara ilmiah atau dilakukan penelitian. Kegiatan penelitian bertujuan agar kreativitas masyarakat Lampung Pepadun khususnya sastra lisan tidak punah. Kehilangan salah satu ragam sastra lisan berarti kehilangan sumber sejarah, sumber struktur, dan pandangan hidup yang baik. Ragam sastra lisan yang berhubungan dengan peradatan perlu dilestarikan melalui penelitian agar menjadi pedoman bagi generasi yang akan datang. Sastra lisan Lampung Pepadun terdiri dari lima jenis, yaitu Sesikun/Sakiman (peribahasa), Seganing/teteduhan (teka-teki), Memang (mantra), Warahan (cerita rakyat), dan puisi. Puisi Lampung Pepadun dibagi lagi menjadi lima jenis puisi, yaitu (1) paradinei/paghadini adalah puisi yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan juru bicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan; (2) pepaccur/pepaccogh/ wawancan adalah salah satu bentuk puisi yang lazim digunakan dalam adat untuk menyampaikan pesan atau nasihat pada upacara pemberian gelar adat (adek/adok); (3) pantun/segata/adi-adi adalah puisi yang digunakan dalam acara-acara yang sifatnya bersukaria, misalnya pengisi acara muda-mudi nyambai, miyah damagh, kedayek; (4) bebandung adalah puisi yang berisi petuah-petuah atau ajaran yang

6 berkenaan dengan agama Islam; (5) wayak adalah puisi yang lazim digunakan sebagai pengantar acara adat, pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, pelengkap acara tarian adat (cangget), pelengkap acara muda-mudi (nyambai, miyah damagh, kedayek), senandung saat meninabobokkan anak, dan pengisi waktu bersantai. Dari beberapa jenis puisi di atas, dipilih pepaccur/pepaccogh/wawancan sebagai objek kajian yang akan diteliti lebih lanjut. Pepaccur/pepaccogh/wawancan adalah salah puisi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar adat (adek/adok). Istilah pepaccur dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek O sedangkan di lingkungan masyarakat Lampung berdialek A dikenal dengan istilah pepaccogh dan istilah wawancan dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek A Sebatin. Tempat penelitian dilakukan pada masyarakat Pepadun berdialek O, maka istilah pepaccur lah yang akan digunakan. Pepaccur merupakan salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar adat. Salah satu adat istiadat dari masyarakat lampung adalah pemberian gelar adat. Pemberian gelar adat dilakukan pada saat bujang dan gadis meninggalkan masa remajanya atau pada saat mereka berumah tangga. Prosesi gelar adat dilakukan dari klan bapak dan klan ibu, dilakukan di tempat mempelai pria maupun di tempat mempelai wanita. Pemberi gelar adat dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ngamai adek/ngamai adok (jika dilakukan di tempat mempelai wanita) sedangkan jika dilakukan di tempat mempelai pria dikenal dengan istilah nandekken adek dan inai adek/ nandokkon

7 adok ghik ini adok. Adapun pemberian gelar dilakukan di lingkungan masyarakat Lampung Sebatin dikenal dengan istilah butetah/kebaghan adok/nguwaghkon adok (Sanusi, 1999: 70). Pertimbangan pemilihan pepaccur sebagai objek kajian penelitian ialah pepaccur merupakan hasil kebudayaan masyarakat Lampung Pepadun yang sampai saat ini masih digunakan namun penggunanya hanya terbatas pada kalangan generasi tua. Hal inilah yang juga melatarbelakangi pemilihan pepaccur sebagai objek kajian. Dengan adanya penelitian tentang pepaccur, diharapkan para generasi muda akan memiliki semangat untuk mempelajari pepaccur sehingga dapat dilestarikan. Penelitian tentang sastra lisan yang terkait dengan pembelajaran sastra belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Armina (2013) dalam disertasinya meneliti tentang pantun Wayak yang ada di Lampung Barat. Subjek penelitian adalah sastra lisan pantun Wayak yang ada di Lampung Barat. Hasil penelitiannya berupa deskripsi pantun Wayak yang ada di Lampung Barat. Dari deskripsi di atas menunjukkan bahwa penelitian mengenai pantun yang diteliti Armina (2013) terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Hal tersebut nampak pada penelitian peneliti yang meneliti tentang pepaccur dalam pemberian gelar adat masyarakat Lampung Pepadun, sedangkan Armina (2013) meneliti tentang pantun Wayak dari Lampung Barat. Penelitian tentang sastra lisan yang lain telah pula dilakukan oleh Malik (2012). Penelitian tersebut berjudul Lohidu sebagai Ragam Pantun pada Masyarakat Gorontalo. Hasil penelitian Malik (2012) menemukan bahwa lohidu memiliki kemiripan struktur dengan pantun melayu. Lohidu merupakan sastra lisan berupa

8 pantun yang berasal dari Gorontalo. Dari deskripsi tersebut menunjukkan bahwa penelitian mengenai pantun yang diteliti Malik (2012) terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Hal tersebut nampak pada penelitian peneliti yang meneliti tentang pepaccur dalam pemberian gelar adat masyarakat Lampung Pepadun sedangkan Malik (2012) meneliti tentang lohidu yang berasal dari Gorontalo. Atas dasar pemikiran tersebut, kajian tentang pepaccur dalam pemberian gelar adat masyarakat Lampung Pepadun dilakukan. Nilai-nilai yang muncul dalam pepaccur dapat dijadikan sebagai bahan referensi siswa SMP guna merefleksi sikap dan perilaku dirinya dalam lingkungan masyarakat. Proses pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk kepribadian mereka sehingga dapat berinteraksi dengan sesamanya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang pepaccur penting untuk dilakukan dalam rangka membentuk karakter siswa yang lebih baik melalui ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam pepaccur. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Ismayanti, tanpa tahun:7). Sesuai dengan standar kompetensi 5 (Memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengarkan syair) maka diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif materi pembelajaran sastra di SMP.

9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah struktur pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O? 2. Bagaimanakah fungsi pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O? 3. Bagaimanakah penjenisan pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O? 4. Bagaimanakah nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O? 5. Bagaimanakah kelayakannya sebagai materi pembelajaran sastra di SMP? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan struktur pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O. 2. Mendeskripsikan fungsi pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O. 3. Menjelaskan jenis-jenis pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O. 4. Mendeskripsikan nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O. 5. Mendeskripsikan kelayakan pepaccur pada masyarakat Lampung Pepadun dialek O sebagai materi pembelajaran sastra di SMP.

10 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil baik untuk pendidik maupun peserta didik. 1. Manfaat bagi Pendidik Bagi pendidik diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para tenaga pendidik atau guru dalam pembenahan proses pembelajaran, terutama menyangkut materi pembelajaran sastra di SMP. 2. Manfaat bagi Peserta Didik a. Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di bidang sastra. b. Meningkatkan peran siswa dalam mengapresiasi syair. c. Mengenal budaya sastra lisan yang merupakan budaya lokal yang ada di daerahnya.