KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

dokumen-dokumen yang mirip
EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V.) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11 Tungau Macrochelidae yang ditemukan pada biawak kuning.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Satwa dalam mencari makan tidak selalu memilih sumberdaya yang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di dua lokasi, yakni pertama di 10 pasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

PARASIT PADA IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI DESA SAWAH KECAMATAN KAMPAR UTARA

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN KEMBUNG (Rastrelliger kanagurta) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Jenis kandang biawak ekor biru yang terdapat di PT Mega Citrindo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

K O T A P E K A N B A R U

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

2 POLA TRANSMISI PENYAKIT PADA BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN TELUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA

TUNGAU EKTOPARASIT PADA KADAL Eutropis multifasciata DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DAN KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB CUT TINA MEUTHIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA USUS IKAN BAWAL AIR TAWAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI KABUPATEN ACEH BESAR

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

RAGAM JENIS EKTOPARASIT DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BIAWAK RAYA AKBAR RAMADHAN

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

I. PENDAHULUAN. buaya, Caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar 7900 spesies

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KONDISI SOSIAL EKONOMI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

Investigasi Keberadaan Cacing Paramphistomum sp. Pada lambung sapi yang berasal dari Tempat Pemotongan Hewan di Kota Gorontalo

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

PENGENALAN KUCING CONGKOK (Prionailurus bengalensis) BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA di TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (TNWK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

Sabdi Hasan Aliambar ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

Penyisihan Osteologi Sitologi Fisiologi Agen Penyakit (Protozoa) Biologi Molekuler (Genetika Umum) Kesehatan Masyarakat Veteriner

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kukang adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

II. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

3. METODE PENELITIAN

Naskah Publikasi TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN WADER. (Rasbora argyrotaenia) DI SEKITAR MATA AIR PONGGOK KLATEN JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² ¹Mahasiswa Program S1 Biologi ²Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia maharany_elva@yahoo.com ABSTRACT This study aimed to identify and to measure the frequency of ectoparasites attendance on lizard in Pekanbaru, Riau. The study was conducted from July to October 2014. As many as 20 of lizard were collected from six districts in Pekanbaru, Riau. Each lizard was examined its ectoparasites. The result indicated that 19 out of 20 lizard were infected by ectoparasite. Frequency of ectoparasites attendance in this study was 95% and intensity was 12,84. Ectoparasites found in this study were Amblyomma sp. and Aponomma sp. Frequency of attendance of ectoparasites found in monitored lizard from six districts in Pekanbaru were range between 50%-100% and the intensity of ectoparasites were range between 5-18. The highest frequency of ectoparasites attendance based on the body part were found on legs (90%) and the lowest frequency were found on tail (45%). Frequency of ectoparasites attendance on monitored lizard in this research were categorized always. Keywords: Ectoparasites of Varanus salvator s, Amblyomma sp., Aponomma sp. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menghitung frekuensi kehadiran ektoparasit yang terdapat pada biawak yang ada di kota Pekanbaru, Riau. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli - Oktober 2014. Sebanyak 20 ekor biawak dikumpulkan dari enam kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru, Riau. Masing-masing biawak diperiksa untuk mendapatkan ektoparasit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari 20 ekor biawak yang diperiksa 19 ekor diantaranya terinfeksi ektoparasit. Frekuensi kehadiran ektoparasit dalam penelitian ini adalah 95% dengan intensitas mencapai 12,84. Ektoparasit yang ditemukan adalah Amblyomma sp. dan Aponomma sp. Frekuensi kehadiran ektoparasit pada biawak yang berasal dari enam kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru berkisar antara 50%-100%. Sedangkan intensitas ektoparasitnya berkisar antara 5-18 pada masing-masing sampel. Frekuensi kehadiran ektoparasit yang tertinggi pada organ tubuh ditemukan pada bagian kaki 90% dan terendah pada bagian Repository FMIPA 1

ekor 45%. Frekuensi kehadiran ektoparasit pada biawak dalam penelitian ini dikategorikan kedalam Always (selalu). Kata kunci : Ektoparasit pada Varanus salvator, Amblyomma sp., Aponomma sp. PENDAHULUAN Kota Pekanbaru merupakan daerah beriklim tropis basah yang memiliki keanekaragaman satwa liar yang tinggi. Keanekaragaman satwa liar di kota Pekanbaru dapat dilihat dari beranekaragamnya spesies satwa liar yang dapat dijumpai di seluruh wilayah Pekanbaru Satwa liar yang biasanya banyak ditemukan di kota Pekanbaru adalah burung, mamalia, dan reptil. Jenis reptil yang masih sering ditemukan di Kota Pekanbaru adalah biawak. Biawak merupakan jenis reptil yang masuk kedalam golongan kadal besar suku Varanidae. Biawak memiliki berbagai macam jenis, salah satu jenisnya adalah Varanus salvator, yaitu biawak yang sering ditemukan di desa dan perkotaan. Biawak banyak dimanfaatkan oleh manusia dan memiliki nilai jual tinggi. Biawak dapat di konsumsi dan dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit. Selain daging, kulit biawak juga banyak dimanfaatkan dan diekspor sehingga biawak mulai banyak diburu oleh manusia. Biawak di daerah Riau, terutama di kota Pekanbaru dapat dijumpai di pinggiran sungai atau saluran air, rawa-rawa, dan di daerah semak. Penyakit pada biawak meliputi penyakit-penyakit yang umum terjadi pada reptil. Biawak dapat mengalami gangguan kesehatan atau penyakit (Wilson 2010). Biawak sering terserang penyakit kulit yang di sebabkan oleh parasit. Penyakit pada biawak juga dapat diakibatkan oleh parasit internal diantaranya protozoa, nematoda dan trematoda. Penelitian ini dilakukan karena informasi tentang keanekaragaman ektoparasit pada biawak di kota Pekanbaru belum ada dilaporkan sebelumnya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2014 Oktober 2014. Sampel berasal dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Tampan, Kecamatan Marpoyan damai, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Bukit Raya, Kecamatan Sail dan Kecamatan Payung sekaki kota Pekanbaru, Riau. Jumlah biawak yang ditangkap sebanyak 20 ekor yang ditangkap menggunakan alat berupa pancing dan jebakan. Pengamatan dan identifikasi ektoparasit dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Pengambilan ektoparasit dilakukan secara manual, dengan mengambil dari beberapa bagian tubuh (daerah pengambilan spesimen) yang dibagi menjadi lima, yaitu kepala (leher hingga kepala), kaki (sepasang kaki depan dan kaki belakang), badan bagian Repository FMIPA 2

punggung (dorsal), perut (ventral) dan ekor. Ektoparasit yang telah diambil dimasukkan ke dalam tabung spesimen yang telah diisi dengan alkohol 70% dan di beri label sesuai dengan nomor urut tubuhnya untuk diawetkan. Buku identifikasi yang digunakan adalah Levine (1990). Identifikasi dilakukan dengan pemberian identitas pada spesimen sesuai urutan taksonominya, kemudian dilakukan penentuan pengelompokan berdasarkan subordo, famili, genus dan spesies. Analisis data perhitungan frekuensi kehadiran dan intensitas parasit dengan menggunakan rumus berikut ini (Effendie 1979). FK = Jumlah individu yang terinfeksix100% / Jumlah individu yang diperiksa dan intensitas parasit dihitung dengan menggunakan rumus : Intensitas = Jumlah parasit yang menginfeksi/jumlah biawak yang terinfeksi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ektoparasit pada biawak (Varanus salvator) Dalam penelitian ini jumlah biawak yang diperiksa sebanyak 20 ekor, terdiri dari 6 ekor jantan dan 14 ekor betina yang diambil dari 6 kecamatan di kota Pekanbaru. Biawak yang telah diperiksa memiliki ukuran panjang total berkisar antara 62 cm-140 cm. Ektoparasit yang didapat dari 20 ekor biawak adalah 244 ektoparasit. Hasil ektoparasit yang diperiksa dari 244 ektoparasit didapatkan 84 dari genus Aponomma dan 160 dari Amblyomma. Tabel 1. Jumlah biawak yang diperiksa Kecamatan Jumlah Jenis Kelamin Biawak Jantan Betina Rumbai 4 1 3 Tampan 6 2 4 Marpoyan Damai 4 2 2 Bukit Raya 3-3 Sail 2 1 1 Payung Sekaki 1-1 20 6 14 2. Frekuensi Kehadiran dan Intensitas Ektoparasit pada Biawak Presentase biawak yang terinfeksi ektoparasit dilakukan dengan cara menghitung kehadiran ektoparasit pada 20 ekor biawak. Hasil pemeriksaan menunjukkan 19 ekor diantaranya terinfeksi ektoparasit dengan frekuensi kehadiran 95%. Berdasarkan kategori kehadiran parasit oleh Williams dan Bunkley-Williams (1996) apabila presentase infeksi parasit terjadi dari 98-90% maka dapat dikatakan bahwa infeksi parasit berada dalam kategori Almost always (hampir selalu) ditemukan parasit pada setiap individu biawak. Sedangkan intensitas ektoparasit pada biawak yang terinfeksi oleh parasit mencapai 12,84 pada setiap individu biawak. Pemeriksaan ektoparasit pada biawak yang berasal dari 6 Kecamatan yang ada di kota Pekanbaru yaitu Kecamatan Rumbai (100%), Marpoyan Repository FMIPA 3

pada biawak di 6 kecamatan tersebut Damai (100%), Bukit Raya (100%), Tampan (100%), Payung Sekaki (100%) dan Kecamatan Sail (50%) menunjukkan bahwa kehadiran ektoparasit antara 50%-100%. 3. Frekuensi Kehadiran Parasit dan Intensitas pada Masing-masing Organ Tubuh Biawak (Varanus salvator) Frekuensi kehadiran parasit pada kelima organ tubuh biawak berkisar antara 45%-90%. Tabel 2. Frekuensi kehadiran dan intensitas ektoparasit pada enam (6) kecamatan di kota Pekanbaru NO Kecamatan n FK(%) I Jenis Parasit FK(%) I 1 Rumbai 4 100 14,2 Amblyomma 100 9 Aponomma 100 5,2 2 Tampan 6 100 12,8 Amblyomma 100 8 Aponomma 100 4,8 3 Marpoyan Damai 4 100 15,5 Amblyomma 100 10,7 Aponomma 100 4,7 4 Bukit Raya 3 100 5 Amblyomma 100 6 Aponomma 100 0,6 5 Sail 2 50 10 Amblyomma 50 3 Aponomma 50 7 6 Payung Sekaki 1 100 18 Amblyomma 100 12 Aponomma 100 6 Keterangan: n= jumlah biawak yang diperiksa, FK = frekuensi kehadiran, dan I = intensitas Sedangkan intensitas ektoparasit pada biawak yang ada di 6 kecamatan tersebut berkisar antara 5-18. Frekuensi kehadiran parasit Amblyomma dan Aponomma pada Kecamatan Rumbai, Tampan, Marpoyan Damai, Bukit Raya, Payung Sekaki dan Kecamatan Sail berkisar antara 50%- 100%. Sedangkan intensitas parasit Amblyomma sp. berkisar antara 3-12 dan Aponomma sp. 0,6-7. Berdasarkan dari kelima organ tubuh biawak yang terinfeksi ektoparasit frekuensi kehadiran dan intensitas tertinggi terdapat pada bagian kaki sedangkan frekuensi terendah pada bagian ekor. Faktor yang menyebabkan kaki biawak memiliki intensitas tertinggi terserang ektoparasit adalah faktor lingkungan dan faktor pada tubuh biawak itu sendiri. Menurut Subronto (2006) daerah tropis yang memiliki kelembaban tinggi dan sinar matahari Repository FMIPA 4

yang kurang mampu menembus pepohonan, merupakan faktor yang sangat cocok bagi perkembangan larva berbagai binatang termasuk parasit. Tabel 3. Frekuensi kehadiran dan intensitas parasit pada organ tubuh biawak n=20 Organ tubuh biawak FK% I Kepala 65 2,7 Kaki 90 6,2 Perut 55 3,3 Punggung 65 3 Ekor 45 2,5 Keterangan: n= jumlah biawak yang diperiksa, FK = frekuensi kehadiran, dan I = intensitas Kaki merupakan bagian paling bawah pada tubuh biawak yang bersentuhan langsung dengan tanah, selain itu juga bagian kaki memiliki banyak lipatan yang mempermudah parasit untuk menginfeksi karena parasit menyukai bagian yang tersembunyi atau bagian yang jarang terpapar sinar matahari secara langsung. Menurut Purba (2008) caplak cenderung menghindari sinar matahari. Hal ini karena tubuhnya yang cepat kering. Terdapat kemungkinan perilaku berjemur membantu biawak untuk mengurangi infestasi caplak yang ada di tubuhnya. Sedangkan bagian ekor merupakan bagian tubuh biawak yang mudah terpapar sinar matahari karena bentuknya yang pipih sehingga parasit tidak banyak ditemukan pada bagian ekor.tanah berperan penting untuk proses reproduksi caplak karena daur hidupnya diawali dari bentuk telur yang diletakkan induknya di tanah. Kondisi lingkungan yang berbeda pada 6 kecamatan yang diperiksa dapat dijadikan salah satu faktor penyebab tinggi rendahnya frekuensi kehadiran dan intensitas ektoparasit pada biawak yang ada di kota Pekanbaru. Pada 6 kecamatan yang diperiksa beberapa kecamatan masih memiliki habitat rawa dan semak yaitu pada daerah pinggiran kota. Habitat rawa dan semak disukai oleh biawak karena selain kondisi lingkungannya yang lembab pada daerah ini biawak mudah menemukan mangsanya. KESIMPULAN Ektoparasit yang ditemukan pada biawak (Varanus salvator, Ziegleri 1999) di Kota Pekanbaru berasal dari Famili ixodidae (caplak keras) yaitu Amblyomma dan Aponomma. Nilai frekuensi kehadiran dan intensitas ektoparasit pada biawak adalah 95% dan 12,84.Nilai frekuensi kehadiran dan intensitas ektoparasit pada biawak dari enam (6) kecamatan yang ada di kota Pekanbaru berkisar antara 50-100% dengan intensitas mencapai 5-18. DAFTAR PUSTAKA Effendi. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Levine, N.D. (1990). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gajah Mada University Press. Repository FMIPA 5

Purba P. 2008. Studi perilaku harian biawak komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) pada berbagai kelas umur di pulau Rinca, Taman Nasional Komodo [skripsi]. Bogor : Program Sarjana, Institut Pertanian. Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia) 1. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Subronto.2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing.Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Wilson K. A., McBride M. F., Bode M., and Possigham H. P. (2006), Prioritizing global conservation efforts, Nature, 440, 337 340. Williams EH, Bunkley-Williams. 1996. Parasites of Offsore Big Gam Fishes of Puerto Rico and the Western Atlantic.Puerto Rico Departement of Natural and Envinronmental Resources, San Juan.The University of Puerto Rico, Mayaguez Repository FMIPA 6