PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN MINAT BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA BELLA PRAWILIA

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

KARYA TULIS ILMIAH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG ANAK PEROKOK DINI. Di RW 01 Dusun Kidul Kali Desa Purbosuman Kec Ponorogo Kab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN

PENELITIAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI. Di Desa Baosan Kidul dan Desa Cepoko Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA PUTUS SEKOLAH TERHADAP BAHAYA MEROKOK. Oleh : MEISYARAH KHAIRANI

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

SKRIPSI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN EDUKASI TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA USIA TAHUN

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

SKRIPSI HUBUNGAN CHILD ABUSE DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 10 SUNGAI SAPIH KOTA PADANG TAHUN Penelitian Keperawatan Anak

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Merokok di SMA Negeri 1 Medan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

INDONESIAN YOUTH AND CIGARETTE SMOKING

ABSTRAK. Kata Kunci: susu formula dalam botol, indeks karies, anak usia 3 4 tahun

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

Perbedaan Perilaku Cuci Tangan antara Anak SD Perkotaan dengan Anak SD Pedesaan. Oleh : FINA FADILA MAYASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

ABSTRAK HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT TRADISIONAL DI APOTEK AULIA BANJARMASIN.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP/MTs DI KECAMATAN MOJOAGUNG, KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK PADA REMAJA DI SMP NEGERI 3 KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

PERBEDAAN PERSEPSI MEROKOK ANTARA SISWA PUTRA SD (KELAS IV-VI) DENGAN ORANG TUA MEROKOK DAN TIDAK MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BIOSFER: JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB) 2016, Volume 9 No 2, ISSN:

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANGGOTA SEKAA TERUNA TERUNI TENTANG PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI DESA KESIMAN

OLEH : DARIUS HARTANTO

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru.

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DIKALANGAN MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ARTIKEL PENELITIAN. yang berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014

PENGARUH LABEL PERINGATAN BERGAMBAR DAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP NIAT BELI KEMBALI PRODUK ROKOK DI SURABAYA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ATLET BASKET PUTRA UNIVERSITAS X DI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

PERBEDAAN NILAI TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI NADI ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK. Oleh : HEERASHENE SITHASIVAM

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) PADA 7 KAWASAN YANG DIATUR DI KOTA BATAM

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 1 MANADO TENTANG DAMPAK MEROKOK BAGI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KANTOR KELURAHAN KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK PADAA SEKOLAH ALAM BENGAWAN SOLOO DENGAN SEKOLAH REGULER KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

Evi Nur Faidah* Supratman**

Anita Apriany,Siti Romadoni Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang

Transkripsi:

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443 PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK) Risti Dwi Arfiningtyas 1 Trixie Salawati 1 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang : Perokok usia dini usia 10-14 tahun semakin meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan karakteristik tempat tinggal perokok di daerah pedesaan memiliki presentase lebih tinggi dari daerah perkotaan, prevalensi perokok usia dini di pedesaan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anak sekolah dasar mengenai bahaya rokok di perkotaan dan pedesaan. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah komparatif dengan variabel bebas adalah daerah perkotaan dan pedesaan dan variabel terikat adalah persepsi bahaya rokok. Sampel dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SDN Bintoro 1 dan SDN Donorojo 2 Demak diambil dengan teknik proporsional random sampling dengan jumlah responden sebanyak 56 responden. Analisis data menggunakan uji beda dua mean (T Independent). Hasil : Hasil ujit Independentmenunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara anak sekolah dasardi perkotaan dan pedesaan mengenai bahaya rokok. Anak sekolah dasar di perkotaan memiliki persepsi positif lebih banyak (56,7%) dari anak sekolah dasar di pedesaan (53,8%). Anak sekolah dasar di perkotaan mempunyai persepsi positif tentang bahaya rokok bagi kesehatan, Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan mitos rokok. Anak sekolah dasar di pedesaan mempunyai persepsi negatif tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tembakau kunyah, bahaya rokok bagi gigi, iklan rokok, dan mitos rokok. Simpulan : Ada perbedaan persepsi anak sekolah dasar di perkotaan dan pedesaan mengenai bahaya rokok dengan p = 0,000.Kata Kunci : persepsi, bahaya rokok, anak sekolah dasar, pedesaan dan perkotaan PERCEPTION OF CHILD PRIMARY HAZARDS OF CIGARETTES (STUDIES IN PRIMARY SCHOOL CHILDREN IN URBAN AND RURAL AREAS IN DEMAK) ABSTRACT Background : Smokers early ages 10-14 years of age is increasing from year to year. Basedon the characteristics of smokers living in rural areas have a higher percentage of urban areas, the prevalence of early age smokers in rural areas has increased each year. This study aims to determine the perceptions of elementary school children about the dangers of smoking in the urban and rural. Method : This type of research is comparative with the independent variable is the urban and ruralareas and the dependent variable is the perception of the dangers of smoking. The samples in this study were primary school children in grade 4 and 5 at SDN Bintoro 1 and SDN Donorojo 2 Demak taken with proportional random sampling technique with a number of respondents was 56 respondents. Analysis of the data using two different test mean (T Independent).Results : Results of Independent T test shows there is a difference between the perceptions of primary school children in urban and rural areas about the dangers of smoking. Primary school children in urban areas have more positive perceptions (56,7%) of primary school children in rural areas (53,8%). Primary school children in urban areas have a positive perception about the dangers of smoking to health, No Smoking Area, and the myth of cigarettes. Primary school children in rural areas have a negative perception about No Smoking Area, chewing tobacco, cigarettes danger to the teeth, cigarette advertising, and the myth of cigarettes. Conclusion : There are differences in the perception of primary school children in urban and rural areas about the dangers of smoking with p = 0.000.Keywords : perception, the danger of smoking, primary school children, rural and urban 58

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 PENDAHULUAN Perilaku merokok merupakan hal yang umum bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2008, Tobacco Free Initiative (TFI) WHO wilayah Asia Tenggara merilis survey pemakaian rokok di Indonesia jumlah perokok per hari di Indonesia sekitar 63,2% dari seluruh laki-laki perokok dan 4,5% perokok wanita dewasa. 1 Rokok di Indonesia pada saat ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa atau remaja. Saat ini anak-anak kecil pun sudah mulai mengkonsumsi rokok. Kelompok umur paling muda adalah berusia 5-9 tahun. 2 Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010, terjadi kecenderungan peningkatan usia mulai merokok pada usia yang lebih muda. Pada tahun 2007 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,3%, pada usia 10-14 tahun sebesar 3 10,5%. Selanjutnya menurut data Riskesdas tahun 2010 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%. 4 Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Propinsi Jawa Tengah tahun 2007, persentase pertama kali merokok/mengunyah tembakau paling muda pada usia 5 9 tahun sebesar 12,9 %, 10-14 tahun sebesar 51,6 %. Di kota Demak presentase pertama kali merokok/mengunyah tembakau pada usia 5-9 tahun sebanyak 1,1 %, usia 10-14 tahun sebanyak 9,9%. 5 Berdasarkan karakteristik tempat tinggal maka prevalensi perokok di pedesaan meningkat dari 36,6% pada tahun 2007 menjadi 37,4% pada tahun 2010. Prevalensi perokok di perkotaan 31,2% tahun 2007 meningkat menjadi 32,3% pada tahun 2010. 4 Hal ini menyatakan bahwa angka perokok di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Pada data diatas menunjukkan bahwa perokok pemula usia muda semakin meningkat bahkan angka perokok di daerah pedesaan lebih tinggi dari daerah perkotaan. Selain membahayakan, merokok memberikan dampak buruk bagi siapapun yang melakukannya, pada anak-anak rokok dapat menghambat pertumbuhan jasmani, kecerdasan, dan tingkat kemahirannya. 6 SDN Bintoro 1 merupakan sekolah daerah perkotaan karena letak sekolah yang berada di pusat kota Demak berdekatan dengan akses layanan kesehatan, dan sarana pendidikan lainnya. SDN Bintoro 1 yang merupakan salah satu SD berprestasi memiliki fasilitas yang sangat memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga memungkinkan siswa untuk mengakses dan mendapatkan informasi lebih banyak. SDN Donorojo 2 merupakan sekolah di daerah pedesaan karena letak sekolah jauh dari pusat kota Demak, jauh dari jangkauan akses layanan kesehatan, pendidikan dan sarana prasarana lainnya. Fasilitas di sekolah tersebut juga sangat terbatas dan belum dapat menunjang berjalannya proses kegiatan belajar dengan baik, karena letaknya yang jauh dari pusat kota dan sarana prasarana yang menunjang lainnya maka informasi yang didapatkan siswapun terbatas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif karena penelitian ini membandingkan persamaan atau perbedaan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti. 7 Dengan metode pendekatan penelitian adalah metode cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 yang diambil dari kedua sekolah dasar tersebut yaitu sebanyak 56 siswa. Di SDN Bintoro 1 sebanyak 30 siswa dan di SDN Donorojo 2 sebanyak 26 siswa. Sampel dihitung menggunakan rumus lemeshow dan teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik proporsional random sampling. Prosedur pengambilan sampel adalah dengan cara undian. Variabel terikat adalah persepsi bahaya rokok, variable bebas adalah daerah perkotaan dan pedesaan. Pengambilan data menggunakan kuesioner, analisis 59

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443 data menggunakan uji beda dua mean independen (T-Independent). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Juni 2014 di dua tempat. Lokasi pertama SDN Donorojo 2 dengan sasaran 26 responden yang diambil dari 2 kelasmasing-masing 13 responden. Lokasi kedua SDN Bintoro 1 dengan sasaran 30 4 responden, yang diambil dari 2 kelas masing-masing 15 responden. Responden diberikan kuesioner oleh peneliti yang berisi tentang persepsi mengenai bahaya rokok. 1. Karakteristik Responden pengumpulan data pada SDN Bintoro 1 terdapat 2 responden yang pernah mencoba rokok, tetapi mereka hanya sekedar mencoba. Sedangkan pada SDN Donorojo 2 terdapat 2 responden yang pernah mencoba rokok, 1 responden hanya sekedar mencoba dan 1 responden sudah menjadi perokok aktif. 2. Persepsi bahaya rokok pada anak sekolah dasar Menurut hasil pengumpulan data yang dilakukan pada responden di perkotaan dan pedesaan diperoleh hasil yang disajikan dalam Tabel 1. Responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan rata-rata berusia 11 tahun. Berdasarkan hasil Tabel 1. Persepsi Bahaya Rokok Anak Sekolah Dasar T Persepsi a Tentang Rokok Kota Desa Terendah b 47 34 Tertinggi e 67 65 Rerata l 59,90 49,23 Simpangan Baku 5,416 6,831 Berdasarkan Tabel 1. Pengumpulan data yang dilakukan pada responden di sekolah dasar di perkotaan diperoleh hasil nilai terendah 47, nilai tertinggi 67, rerata 59,90, dan simpangan baku sebesar 5,416. Pada sekolah dasar pedesaan diperoleh hasil nilai terendah 34, nilai tertinggi 65, rerata 49,23, dan simpangan baku 6,831. 3. Kategori persepsi bahaya rokok anak sekolah dasar Persepsi tentang bahaya rokok dikategorikan menjadi positif dan negatif, adapun kategori tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Menunjukkan persepsi positif tentang bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan memiliki presentase sedikit lebih besar dari pedesaan yaitu sebesar 56,7% dan pedesaan sebesar 53,8%. 60

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Bahaya Rokok Anak SekolahDasar PersepsiBahaya Kota Desa Rokok n % n % Positif 17 56,7 14 53,8 Negatif 13 43,3 12 46,2 Jumlah 30 100,0 26 100,0 4. Perbedaan persepsi mengenai bahaya rokok pada anak sekolah dasar diperkotaan dan pedesaan Pada tabel 3. Diketahui rerata pada daerah perkotaan 59,90 dan rerata pada daerah pedesaan 49,23 dengan simpangan baku untuk daerah perkotaan 5,416 dan 6,831 untuk daerah pedesaan. Hasil uji statistik menggunakan uji beda Tindependent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada responden diperkotaan dan pedesaan tentang persepsi bahaya rokok, dengan nilai p value = 0,000 (<0,05) Tabel 3. Perbedaan persepsi mengenai bahaya rokok pada anak sekolah dasar di perkotaan dan pedesaan Daerah Rerata Simpangan Baku P Kota 59,90 5,416 0,000 Desa 49,23 6,831 0,000 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan hasil pada anak sekolah dasar di daerah perkotaan sebanyak 17 responden (56,7%) mempunyai persepsi positif dan 13 responden (43,3%) mempunyai persepsi negatif mengenai bahaya rokok. Untuk sekolah dasar di pedesaan diperoleh hasil sebanyak 14 responden(53,85%) mempunyai persepsi positif dan 12 responden (46,2%) mempunyai persepsi negatif mengenai bahaya rokok. Responden di perkotaan mempunyai persepsi positif tentang bahaya rokok bagi kesehatan, Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan mitos rokok. Responden di pedesaan mempunyai persepsi negatif tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tembakau kunyah, bahaya rokok bagi gigi, iklan rokok, dan juga mitos rokok Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan menggunakan uji TIndependent terdapat perbedaan persepsi mengenai bahaya rokok pada anak sekolahdasar di perkotaan dan pedesaan dengan p = 0,000 (<0,05). Perbedaan persepsi antara daerah perkotaan dan pedesaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kemudahan mendapatkan informasi, perbedaan situasi lingkungan, dan keadaan sosial antara daerah pedesaan dan perkotaan. Perbedaan persepsi antara 61

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443 daerah perkotaan dan pedesaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan responden tentang rokok karena minimnya informasi yang didapat di daerah pedesaan. Semakin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. 8 Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi seberapa banyak informasi yang diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh kecepatan seseorang dalam menerima informasi yang diperoleh, sehingga semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baiklah pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. 9 Sekolah dasar di pedesaan belum banyak memberikan informasi kepada para siswa tentang rokok dan bahayanya. Materi tentang rokok belum banyak dimasukkan ke dalam materi pelajaran. Hal berbeda terjadi pada sekolah dasar di perkotaan, guru banyak memberikan informasi kepada para siswa tentang rokok dan bahayanya. Materi tentang rokok sudah banyak disampaikan di berbagai mata pelajaran sehingga siswa di daerah perkotaan sudah banyak tahu mengenai bahaya rokok. Selain faktor kemudahan mendapatkan informasi, berbedanya situasilingkungan daerah perkotaan dan pedesaan membuat perbedaan individu dalam 7memandang suatu hal. Situasi lingkungan di SDN Bintoro 1, sekolah terletak di tengah kota dengan banyaknya akses informasi yang mudah didapat dan diakses oleh siswa, sedangkan situasi lingkungan di SDN Donorojo 2 sekolah terletak di pedesaan dengan akses informasi yang minim karena jauhnya lokasi sekolah. Lingkungan akan membentuk sikap, nilai-nilai serta kepercayaan individu akan suatu objek, seorang individu akan memilik kepribadian yang berbeda apabila dibesarkan dalam situasi lingkungan yang berbeda. Setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda sehubungan dengan dimana lingkungan tempat tinggal mereka. 8 Keadaan sosial pada masing-masing daerah juga mempengarui persepsi individu akan suatu hal. Keadaan sosial yang berbeda antara daerah pedesaan dan perkotaan menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi pada kedua daerah tersebut. Penelitian tentang analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan menyebutkan bahwa masyarakat pedesaan memiliki status ekonomi lebih rendah dari masyarakat perkotaan, dikarenakan ketidakmampuan biaya itulah masyarakat pedesaan biasanya memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga masyarakat pedesaan memiliki pengetahuan yang rendah pula dan minim mendapatkan informasi. 10 KESIMPULAN Anak sekolah dasar di perkotaan mempunyai persepsi positif tentang bahaya rokok lebih banyak 56,7% dari anak sekolah dasar di pedesaan 53,8%. Responden di perkotaan mempunyai persepsi positif tentang bahaya rokok bagi kesehatan, Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan mitos rokok. Responden di pedesaan mempunyai persepsi negatif tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tembakau kunyah, bahaya rokok bagi gigi, iklan rokok, dan juga mitos rokok. Ada perbedaan persepsi mengenai bahaya rokok antara anak sekolah dasar diperkotaan dan pedesaan 62

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 dengan p = 0,000 Diharapkan kepada guru sekolah dasar di pedesaan agar lebih banyak memberikan informasi dan pengetahuan tentang rokok dan bahayanya kepada para siswa dengan cara memasukkan materi tentang rokok ke dalam materi pelajaran. Orang tua dapat memberikan pengetahuan dan contoh yang baik tentang merokok agar putra putri mereka mempunyai persepsi negatif tentang rokok. Seperti tidak sering memperlihatkan perilaku merokok di depan anak agar anak tidak mempunyai persepsi positif tentang merokok Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai persepsi bahaya rokok terutama persepsi tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tembakau kunyah, bahaya rokok bagi gigi, iklan rokok, dan mitosmitos rokok dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi. DAFTAR PUSTAKA 1. Jaya, M. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta. Rizma. 2009 2. Asrorudin, M. Rokok dan Ancaman Kepunahan Generasi. Diunduh dari http://asrorudin.com/journal/ite m/31. Diunduh pada tanggal 20 april 2014 3. Riskesdas2007Diaksespadatangg al9desember2013. http://www.k4health.org/sites/de fault/files/laporannasional%20r iskesdas%202007.pdf 4. Riskesdas 2010 diakses pada tanggal 9 desember 2013 http://www.litbang.depkes.go.id /sites/download/buku_laporan/l apnas_riskesdas20 10/Laporan_riskesdas_2010.pdf 5. Riskesdas Propinsi Jawa Tengah diakses pada tanggal 22 Desember 2013 http://www.dinkesjatengprov.g o.id/download/mi/riskesdas_jat eng2007.pdf 6. Hamzah, kariman. Islam Berbicara Soal Anak. Gema Insani. 2007 7. Moh, Nazir. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. 2005. 8. Sutaryo, Dr. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran. 2005 9. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 10. Basrowi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1. Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat desa srigading, kecamatan labuhan maringgai, kabupaten lampung timur. 2010 63