BAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT REPLACEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh. Penyakit kanker sangat. kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kanker.

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce,

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI PADA KLIEN DENGAN AMPUTASI DI WILAYAH KARISIDENAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat persalinan. Di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

Obat Herbal Diabetes Kering

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup lainya kapanpun diabetes bisa menyerang tanpa kita sadari. Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Potter & Perry, 2010). Perkembangan dan pengelolaan konsep diri dimulai pada usia muda dan terus berlangsung sepanjang masa kehidupan. Dilaporkan ada kecenderungan bahwa pria memiliki harga diri lebih tinggi dibanding wanita (Birndof et al dalam Potter & Perry, 2010). Data menunjukkan bahwa rasa diri sering mempengaruhi secara negatif pada masa usia lanjut karena intensitas emosional dan perubahan fisik berhubungan dengan penuaan (Robins et al dalam Potter & Perry, 2010). Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori kehilangan menggambarkan bagaimana individu beradaptasi dengan kehilangan dan memahami kematian dari orang terdekat (Kubler-Ross dalam Potter & Perry, 2010). Salah satu peristiwa kehilangan yang mempengaruhi konsep diri : harga diri adalah Amputasi. Peristiwa amputasi yang terjadi dari tahun ke tahun membuat orang yang bersangkutan menjadi kurang percaya diri. Meningkatnya angka kejadian amputasi membuat kita tahu betapa beratnya beban yang dirasakan 1

2 oleh penderita amputasi selama ini, menurunnya kesehatan mental adalah hal paling berat. Masalah amputasi sangat banyak terjadi baik karena osteomielitis, diabetes mellitus, dan trauma (kecelakaan, fraktur, maupun luka bakar yang parah). Salah satu penyebab amputasi adalah osteomielitis. Menurut Syahputra (2011) osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada sumsum tulang. Secara klinis osteomielitis disebut juga suatu infeksi tulang yang dimulai dari kavitas medula dan sistem Havers, melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar ke dalam tulang kortikal dan akhirnya mencapai periosteum tulang. Invasi bakteri ke tulang kanselus, yang dikarenakan oleh inflamasi dan oedema pada rongga sumsum tulang, sebagai akibatnya terjadi tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah sehingga terjadi gangguan suplai darah di dalam tulang. Terjadinya kegagalan mikrosirkulasi pada tulang kanselus merupakan faktor utama terjadinya osteomielitis, karena daerah yang terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrose dan akhirnya terjadi sequester yang merupakan tanda umum dari osteomielitis. Selain osteomielitis, diabetes mellitus juga merupakan penyebab amputasi. Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO, dalam Lanywati, 2011) lebih kurang 2% dari total penduduk dunia, merupakan penderita penyait kencing manis. Menurut Lanywati (2011) gangren-gangren yang tidak tersembuhkan pada penderita diabetes merupakan penyebab utama komplikasi-komplikasi

3 seperti infeksi dan amputasi. Pemborokan adalah pemicu tunggal yang paling umum terjadinya amputasi dan telah diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya amputasi tungkai bawah. Amputasi sendiri akan berpengaruh besar pada konsep diri klien, karena amputasi adalah tindakan memotong anggota tubuh. Menurut Hurlock (1999) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Sedangkan menurut Brook (dalam Rakhmat, 2001) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenal diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Diantara sekian banyak tindakan medis, amputasi merupakan tindakan yang mempengaruhi kesehatan mental. Kehilangan anggota tubuh dengan cara amputasi adalah beban dalam kehidupan bermasyarakat. Anggapan tidak lengkapnya anggota tubuh klien sangat berpengaruh pada harga diri. Kejadian amputasi yang terjadi di Jawa Tengah khususnya di Wilayah Karesidenan Surakarta cukup banyak, data ini didapatkan dari Rekam Medik Rumah Sakit Ortopedi Surakarta dan Rumah Sakit Daerah Dr. Moewardi Surakarta, pada tahun 2009 terdapat 89 orang yang mengalami amputasi, tahun 2010 terdapat 85 kejadian amputasi, dan tahun 2011 jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 107 kejadian amputasi.

4 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, klien dengan amputasi memiliki respon antara lain menarik diri, tidak mampu saling menatap mata saat berkomunikasi, berusaha menghindar pada saat ditanya tentang kejadian amputasi yang menimpa dirinya, merasa tidak berharga, bahkan menyalahkan anggota keluarga. Oleh karena itu penting untuk diteliti Gambaran Konsep Diri : Harga Diri pada Klien dengan Amputasi di Wilayah Karesidenan Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut. Bagaimanakah gambaran konsep diri : harga diri pada klien dengan amputasi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri : harga diri pada klien dengan amputasi di Wilayah Karesidenan Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui respon klien yang berhubungan dengan tanda dan gejala gangguan konsep diri : harga diri pada klien dengan amputasi. b. Mengetahui konsep diri : harga diri pada klien dengan amputasi.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Instansi RS Sebagai data tambahan yang dapat digunakan oleh Rumah Sakit untuk acuan pemberian asuhan keperawatan sehingga mampu meningkatkan pelayanan Rumah Sakit khususnya pada klien dengan amputasi. 2. Instansi Pendidikan Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang gambaran konsep diri : harga diri pada klien dengan amputasi serta program pendidikan dan pengembangannya. 3. Perawat Sebagai informasi dan masukan dalam peningkatan dan pedoman untuk melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan amputasi. 4. Penelitian Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada klien terutama klien dengan amputasi dan bahan untuk melalukan penelitian berikutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Sitorus (2011) dengan judul Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Amputasi di Poliklinik Bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pringadi Medan. Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden (53.8%) gambaran citra tubuh pasien paska amputasi adalah negatif.

6 Hal yang membedakan dalam penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dan lokasi penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah masalah konsep diri : harga diri. Lokasi yang digunakan adalah Wilayah Karesidenan Surakarta. 2. Hasibuan (2010) dengan judul Penyesuaian Diri Penderita Komplikasi Diabetes Mellitus Setelah Amputasi. Hasil penelitian ini adalah subjek I menunjukkan gambaran penyesuaian diri yang efektif, karena memiliki lima karakteristik penyesuaian diri yang efektif. Sedangkan subjek II tidak menunjukkan gambaran penyesuaian diri yang efektif, karena hanya memiliki tiga karakteristik penyesuaian diri yang efektif. Hal yang membedakan dalam penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dan lokasi penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah masalah konsep diri : harga diri. Lokasi yang digunakan adalah Wilayah Karesidenan Surakarta. 3. Anggraini (2011) dengan judul Konsep Diri pada Penyandang Cacat Fisik Pasca Amputasi di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi umum, dan observasi diri (behavioral checklist). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyandang cacat fisik pasca amputasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta memiliki konsep diri yang pada awalnya merasa kekurangan secara fisik yang menimbulkan rasa kurang/tidak percaya diri, malu, minder serta cenderung menghindar.

7 Hal yang membedakan dalam penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dan lokasi penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah masalah konsep diri : harga diri. Lokasi yang digunakan adalah Wilayah Karesidenan Surakarta.