BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini. 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN TABUNG PINTAR di TK NEGERI PEMBINA LUBUK BASUNG. Ramaini ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional. 1. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kata bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri. pengetahuan alam. (Trianto, 2011 : 136)

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT PAKULI

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TK. Tut Wuri Handayani Jalan Pagar Alam Komplek

III. METODELOGI PENELITIAN. melakukan suatu penelitian dengan melalui metode-metode ilmiah. Penelitian ini

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

SKRIPSI. Disusun Oleh : PERDANI SEPTIANA RAHAYU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA DAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH SEDAYU JUMANTONO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-5 MELALUI MEDIA POHON HITUNG PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN SANTA MARIA KEDIRI TAHUN AJARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR KONGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program studi PG PAUD FKIP UNP Kediri.

BAB II KAJIAN TEORI. Salah satu kegiatan yang harus diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak adalah

BAB II LANDASAN TEORI

(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung) Oleh: Devi Nawang Sasi

PENGARUH PERMAINAN KARTU ANGKA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B3 RA DEPAG 1 PALU BARAT

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN BERMAIN PLASTISIN TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh RENI PUSPITA SARI ( )

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT SUMARI

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

Langsat Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2017

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertimbangan sebagai berikut: tempat mengajar. b. Taman Kanak-Kanak tersebut sudah lama berdiri

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN LINGKARAN ANGKA DI TAMAN KANAK- KANAK QATRINNADA KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebenarnya tidak dikenal. Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati, 2005: 15)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini 1. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Zacks & Tversky (dalam Santrock 2010:352), konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Apabila kita tidak memiliki konsep, kita akan kesulitan untuk merumuskan problem yang sepele dan bahkan tak bisa memecahkannya. Konsep juga membantu proses mengingat, membuatnya lebih efisien. Ketika anak mengelompokkan objek untuk membentuk konsep, mereka bisa mengingat konsep tersebut, kemudian mengambil karakteristik konsep itu. Anak memahami konsep melalui pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam dunia mereka, anak juga membentuk konsep melalui pengalaman dengan simbol (sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain). Menurut Ormrod (2009:327), konsep adalah cara mengelompokkan dan mengkategorikan secara mental berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu. Orang di berbagai disiplin ilmu telah mengembangkan konsep yang beraneka ragam untuk membantu mereka memahami secara lebih baik fenomena yang mereka pelajari. Menurut Santrock (2010:404), pendapat umum bahwa orang terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan 7

8 memformulasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen. Tahap awal pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan konsep penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas, sebagai seorang peneliti mungkin mengurutkan urutan eksperimen. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah mengklasifikasikan objek dan peristiwa yang sama membuat kehidupan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami karena konsep itu inti dari pemikiran kita. Menurut Solso dkk (2007:403), pembelajaran konsep adalah: a. Menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan respon yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep b. Non penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidek tepat dari sebuah stimulus (contohnya lingkaran merah) dengan respons untuk mengidentifikasikan sebagai konsep. Tinjauan mekanistis seperti ini hanya memisahkan ruang kecil untuk konsep yang lazim di antara teori kognitif moderen dari struktur internal yang memilih, mengorganisir dan mengubah bentuk informasi.

9 Dari beberapa pendapat dari beberapa ahli diatas, pemahaman konsep juga bagian dari perkembangan kognitif karena dalam hal ini pengembangan pemahaman konsep, anak dituntut untuk mampu mengingat dan mengklasifikasikan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum sama seperti pendapat dari Zacks & Tversky (dalam Santrock 2010:352). 2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Menurut Yusuf LN (2010:155), perkembangan kognitif pada anak usia dini ditandai pula oleh kemampuan mengembangkan imitasi, memori berpikir, mempersiapkan ketajaman objek, yaitu objek-objek itu akan tetap ada meskipun tidak ada lagi dalam lapangan persepsinya dan bergerak dari kegiatan yang bersifat reflek ke aktivitas yang mengarah kepada tujuan. Menurut Dariyo (2007:43), perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan dan bakat. Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada bayi maupun anak-anak. Seorang anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun kepala secara sadar, setelah syaraf-syaraf maupun otot-otot bagian organ-organ tersebut sudah berkembang secara memadai. Artinya kemampuan kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis, sehingga perkembangan kognitif makin baikdan koordinatif. Menurut Piaget (dalam Saputra 2005:162), perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual. Tahapan-tahapan

10 sensorimotorik, praoprasional, oprasional kognkrit dan format oprasional selalu dialami oleh setiap anak, dan tidak akan pernah ada yang dilewatinya meskipun tingkat kemampuan anak berbeda-beda. Tahapan ini meningkat lebih kompleks dari pada masa awal dan kemampuan kognititf bertambah. Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang dia sebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interprestasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan keberadaan struktur pikiran dengan sejumlah pengalaman baru. Anak akan memodifikasi pendekatan untuk menguasai perilaku anak dan memahami masa lalu. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan perkembangan kognitif adalah pendekatan psikologi yang menyatakan anak akan mampu mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru, tidak hanya sekedar menerima informasi dari lingkungan. Terhadap dua hal penting dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan, yaitu asimilasi dan akomodasi.

11 3. Pengertian kognitif Menurut Desmita, (2010:103), perkembangan kognitif berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Piaget (dalam John W. Santrock 2009:44), anak-anak membangun secara aktif dunia kognititf mereka sendiri; informasi tidak sekedar dituangkan kedalam pikiran mereka dari limgkungan. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pikiran mereka untuk mencakup gagasan baru, karena informasi tambahan memajukan pemahaman. Menurut Patmonodewo (2003:27), kognitif sering diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk koordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbafai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan. Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai teori dan berbagai peristilahan. Pandangan aliran tungkah laku (behaviorise) berpendapat bahawa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi yang semakin bertambah. Selanjutnya dikemukakan bahawa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan

12 merancang, meningkatkan dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi Menurut Susanto (2011:47), perkembangan kognitif merupakan kemampuan individu untuk menghubungkan, nilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang memadai seseorang dengan bebagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan kognititf adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkin seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan merencanakan masa depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangakan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. B. Bermain Membuat Sate 1. Pengertian Metode Bermain Menurut Rogers C.S dan Sawyers (dalam departemen pendidikan 2005:85), bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap pengembangan, dan lewat bermain pula didapat

13 pengalaman yang penting dalam dunia anak, hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan berimajinasi, mengenali potensi diri atau bakat yang muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktifitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu,dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun hal-hal yang baru. Menurut Yus (2011:134), bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk menggunakannya sebagai area bermain dan permainan. Joan dan Utami (dalam anita yus 2011:134),bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Dengan demikian, bermain merupakan sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu perkembagan anak. Bermain merupakan cara yang tepat dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran. Menurut Hurlock, (1978:320), Bermain (paly) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang.

14 Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakuakn untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan scara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Menurut Santrock, (2009:272) permainan (play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Dari pendapat pakar-pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui bermain akan menimbulkan rasa senang dan dilakukan secara sukarela karena itu anak akan mengeksplor kemampuan perkembangannya melalui kegiatan bermain. 2. Karakteristik Bermain Menurut Seri Ayah Bunda (dalam sofia hartati 2005:91), bagi anak-anak bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial didalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Selain itu bermain juga menjadi sarana penyalur energi yang sangat baik bagi anak. Oleh karena itu kegiatan bermain pada anak hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut : bermain dilakukan secara sukarela bukan paksaan, bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan. Bermain dilakukan tanpa iming-iming apapun kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan, bermain lebih mengutamakan aktifitas daripada tujuan karena tujuan bermain itu sendiri adalah aktifitas itu sendiri. Bermain

15 menuntut partisipasi aktif, baik secara fisik maupun psikis. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya. Bermain itu secara spontan, sesuai dengan yang diinginkannya saat itu. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan sipelaku, yaitu anak itu sendiri yang sedang bermain 3. Kegiatan Membuat Sate Permainan membuat sate merupakan permainan yang dilakukan secara berkelompok maupun individual yang menuntut ketelitian dan konsentrasi anak. Permainan ini merupakan modifikasi dari pembuatan sate ayam atau kambing pada umumnya yang biasanya dilakukan orang dewasa, bedanya adalah kegiatan membuat sate disini dilakukan oleh anak usia dini dengan media atau bahan yang bisa langsung dimakan tanpa dibakar atau dipanggang terlebih dahulu. Dalam satu tusuk sate tersebut dapat fariasikan isi atau bahan yang digunakan. Dalam penelitian ini, anak diharapkan dapat lebih bisa berkonsentrasi serta dapat memahami apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh guru serta mengasah perkembangan kognitifnya.

16 4. Langkah-langkah Permainan Membuat Sate : Tabel 2.1 langkah-langkah permainan membuat sate 1. Guru mejelaskan cara bermain membuat sate dengan konsep AB-AB 2. Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan serta memperingatkan kepada peserta didik tentang alat dan bahan yang akan digunakan. 3. Sebelum kegiatan membuat sate dilakukan, anak diminta untuk menyebutkan bahan buah-buahan apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran. 4. Kemudian guru mencotohkan cara menusukkan buah-buahannya. Konsep AB-AB disini diterapkan yaitu dengan contoh jeruk melon-jeruk melon. 5. Guru menyiapkan bahan/alat/bahan yang akan digunakan. 6. Anak menyebutkan buah-buahan apa saja yang dipergunakan saat itu untuk membuat sate, dari tusukan pertama dan tusukan ke empat yaitu terakhir. 7. Setelah selesai anak menyebutkan buah-buahan apa saja yang telah mereka buat untuk membuat sate. 8. Guru mengefaluasi hasil kerja siswa apakah sudah sesuai harapan atau belum. 9. Siswa boleh memakan sate yang telah mereka buat dengan makan bersamasama 10. Anak melakukan kegiatan membuat sate sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru 5. Media dalam pembelajaran permainan membuat sate adalah : a. bahan buah-buahan : semangka, papaya, apel, jeruk, melon, dll b. tusuk sate 6. Manfaat metode permainan membuat sate Metode permainan membuat sate dengan buah-buahan dapat melatih pemahaman konsep AB-AB anak, yaitu dengan cara anak dilatih untuk berkonsentrasi dengan cara menusukkan buah-buahan yang berbeda, yang telah dipersiapkan guru ke dalam tusuk sate. Memasukan

17 buah-buahan tersebut juga harus secara perlahan dan hati-hati karena tusuk sate agak runcing. Anak juga belajar mengenai suatu hal yang ada di dalam lingkunagn sekitar yaitu jenis buah-buahan mengenal berbagai rasa makanan. Dalam permainan ini anak akan saling berpartisipasi ke dalam apa yang telah ditugaskan oleh guru untuk memainankan permainan membuat sate ini dan rasa menghargai dan kepada teman akan muncul dalam kegiatan ini. Yang paling penting adalah anak diajarkan untuk saling bekerjasama dalam setiap kegiatan yang dibagi secara berkelompok agar menjadikan hasil yang optimal dan memuaskan. Anak bisa mengenal berbagai macam buah-buahan contohnya yakni: apel, mangga,pir, semangka, melon, nanas, buah naga dll. C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian Menurut Sudjana (2010:3), penilaian adalah proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hail-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Menurut Tyler (dalam Anita Yus, (2010:39), merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidkan sudah tercapai.

18 Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004: 50), penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistemati, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah di capai oleh anak didik melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran. Cara mencatatan hasil penilaian harian di laksanakan sebagai berikut: o : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang di harapkan : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan. : Anak yang perilakunya melebihi dengan yang di harapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru. Prosedur penilaian harian menurut pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Dorektorat Pembina TK (2010) Catatan hasil penilaian harian perkembangan anak di cantumkan pada kolom pada penilaian di RKH, sebagai berikut: Anak yang belum berkembang ( BB ) Sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang. Anak yang sudah mulai berkembang ( MB ) sesuai dengan indikator sesuai yang di harapkan RKH mendapat tanda dua bintang.

19 Anak yang sudah berkembang sesuai harapan ( BSH ) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang. Anak yang berkembang yang sangat baik ( BSB ) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang. Menurut Depdiknas ( 2004: 6) cara penilaian hasil penilaian harian dilaksanakan sebgai berikut : o : Dapat digunakan juga untuk meninjukan bahwa anak melakukan/menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru. : Artinya Kemampuan anak cukup. : Dapat digunakan juga untuk menunjukan bahwa anak mampu melakukan/ menyelesaikan tanpa bantuan guru. Dari beberapa pendapat prosuder penilaian diatas peneliti menggunakan penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktor Pembinaan TK (2010) yaitu menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut : Anak yang belum berkembang ( BB ) Sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang Anak yang sudah mulai berkembang ( MB ) sesuai dengan indikator sesuai yang di harapkan RKH mendapat tanda dua bintang

20 Anak yang sudah berkembang sesuai harapan ( BSH ) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang. Anak yang berkembang yang sangat baik ( BSB ) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang. 2. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar disesuaikan dengan kurikulum/program pembelajaran yang ada. Indikator yang akan dikembangkan disesuaikan dengan Standar Kompetensi (AK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada setiap aspek pengembangan Anak Usia Dini. Pengembangan pemahaman konsep AB-AB dengan metode bermain membuat sate dengan buahbuahan pada anak kelompok B TK Khoirun Nida Kawunganten, Cilacap Semester Genap Tahun Ajaran 2013-2014. Adapun kemampuan kognitif anak dalam kurikulum TK (2004 : 45) adalah : Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar Hasil Belajar Hasil Belajar Indikator Anak mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Anak dapat memahami bentuk dan jenis buahbuahan. Anak dapat memahami konsep-konsep matematika sederhana 1. Mengelompokkan benda atau buahbuahan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan guru dan sesuai dengan konsep AB-AB (jeruk apel-jeruk apel) 2. Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dari dua pola yang berurutan (dua pola berurutan yaitu awal pola jeruk apel dan yang kedua juga jeruk apel lagi). 3. Meniru pola dengan berbagai buahbuahan yang sudah disediakan guru sebelumnya.

21 D. Kerangka Berfikir Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, untuk mengambil data anak maka peneliti megumpulkan data melalui dokumentasi dan observasi, karena pada kondisi awal didapati kemampuan kognitif anak masih sangat rendah maka peneliti menetapkan penelitian tindakan kelas tersebut dengan menggunakan 2 siklus dengan masing-masing siklus 3 kali pertemuan, pada siklus I kemampuan kognitif anak belum meningkat, maka dilanjutkan pada siklus II, pada siklus II kemampuan kognititf anak sudah meningkat maka peneliti tindakan kelas dihentiakn sampai siklus II dan dapat digambarkan sebagai berikut Dalam bagan kerangka berpikir dibawah ini dalam penelitian tindakan kelas peneliti berasumsi bahwa metode dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui Pemahaman Konsep AB-AB Dengan Metode Bermain Membuat Sate Dengan Buah-buahan Pada Anak Kelompok B TK Khoirun Nida Kawunganten, Cilacap Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014.

22 Bagan Alur Berpikir Gambar 2.1 Bagan Alur Bepikir KONDISI AWAL (Identifikasi Masalah) Pemahaman konsep AB-AB Siswa melalui kegiatan membuat sate PERENCANAAN Perbaikan dengan Kegiatan membuat sate dengan bahan buah-buahan REFLEKSI / Diskusi Hasil Siklus 1 (Hasil belum maksimal) PERENCANAAN 2 OBSERVASI Evaluasi Pemahaman Konsep AB-AB Siklus I PELAK. SIKLUS I Dilakukan Kegiatan Membuat sate 3 Kali Pelak. Siklus II Dilakukan Kegiatan Membuat sate 3 Kali OBSERVASI/ Evaluasi PeMAHAMAN Konsep AB-AB Siklus 2 REFLEKSI Hasil Siklus 2 Selesai Berdasarkan bagan kerangka berfikir penelitian tindakan kelas di atas, peneliti berasumsi untuk meningkatkan pemahaman konsep AB-ABmelalui metode dermain Dengan Buah-buahan Pada Anak Kelompok B TK Khoirun Nida Kawunganten, Cilacap Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. Catatan : Bila refleksi hasil Siklus 2 ternyata belum maksimal maka perlu dilakukan tindakan pada siklus 3.

23 E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir diatas, diasumsikan bahwa melalui kegiatan bermain membuat sate dengan buah-buahan dapat meningkatkan Pemahaman Konsep AB-AB pada Anak Kelompok B TK Khoirun Nida Kawunganten, Cilacap Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014.