BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah kajian tentang meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAHASA INDONESIA XII IPA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FILM DOKUMENTER PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

PSB PSMA. Rela berbagi Ikhlas memberi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah karya yang bersifat imajinatif yang mengandung nilai

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Disusun Oleh: WIDAYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MANAIKA PADA MATERI PARAFRASE PUISI SISWA KELAS 6 B SDN SEMBORO 01 JEMBER

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984).

Strukturalisme Genetik

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah kajian tentang meningkatkan kemampuan menentukan tema dan amanat syair melalui pembelajaran kooperatif type jigsaw pada siswa kelas 9 SMP Negeri 6 Gorontalo tahun 2007/2008 yang diteliti oleh Mintje Dubaili (2008). Permasalahan yang dikemukakan adalah apakah pembelajaran kooperatif type jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menentukan tema dan amanat syair pada siswa kelas 9 SMP Negeri 6 Gorontalo? Hasil penelitian menunjukkan : (1) Kompetensi siswa dalam menetukan tema dan amanat pada siswa kelas 9 SMP Negeri 6 Gorontalo pada siklus I belum optimal, karena masih banyak kekeliruan dalam kemampuan tersebut, (2) Kegiatan pembelajaran dalam siklus II sudah meningkat dan siswa memperoleh hasil di atas standar ketuntasan minimal (SKM), (3) pembelajaran kooperatif type jigsaw diterapkan pada penyajian materi menentukan tema dan amanat syair dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 9 SMP Negeri 6 Gorontalo. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan hasil belajar siswa yang dikenai tindakan sebanyak 30 orang dan 30 orang atau 91,3% dinyatakan tuntas belajar. Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Dubaili adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif type jigsaw dan lebih mefokuskan pada unsur tema dan amanat syair. Penelitian yang dilakukan peneliti yakni Kemampuan Menganalisis Unsur-Unsur Syair yang Diperdengarkan Pada Siswa Kelas IX 3 SMP Negeri 13 Gorontalo. Objek penelitian ini memfokuskan pada tes kemampuan siswa menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan. Selain itu, perbedaannya dapat dilihat dari sumber data yang berbeda.

2.2 Hakikat Syair Syair merupakan salah satu jenis puisi lama. Puisi Lama ialah sebagian daripada kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama (Sultan Takdir Alisjabanah, 2009:46). Berbeda dengan puisi baru adalah karya sastra yang sudah tidak dipengaruhi adat kebiasaan masyarakat sekitarnya, lebih cenderung dipengaruhi oleh sastra dari barat. Ciri-cirinya (a) bersifat dinamis (mengikuti perkembangan zaman), (b) ceritanya berkisar kehidupan masyarakat, (c) mencerminkan kepribadian pengarangnya, dan (d) selalu diberi nama sang pembuat karya sastra. Hal ini berbeda dengan puisi lama. Puisi lama adalah karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Jadi, mengenali puisi lama, maka pertama sekali mestilah kita mengenali kebudayaan dan masyarakat lama itu. Masyarakat lama merupakan suatu persatuan yang lebih rapat, lebih padu, tidaklah terpecah belah seperti masyarakat modern. Antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain saling menyatu. Mereka sama-sama mendiami suatu daerah yang boleh dikatakan tertutup dengan masyarakat asing. Masyarakat dan kebudayaan lama tidak pernah berubah-ubah, tidak pernah mendapat pengaruh dari luar. Syair termasuk dalam bentuk puisi lama yang oleh masyarakat lama dianggap sebagai miliknya sendiri. Kata syair berasal dari bahasa Arab: sya ara (menebang atau bertembang); sya ir (penembang); sya ra (syair atau tembang). Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa kata syair berasal dari kata syur ur atau syi ir (juga bahasa Arab) yang artinya perasaan. Dengan demikian, ada yang mendefinisikan syair sebagai tembang (puisi) yang penuh curahan perasaan. Meskipun demikian, bentuknya bukan puisi Arab. Syair merupakan jenis puisi yang berasal dari kesusastraan Arab. Menurut sejarahnya, syair sudah ada dalam kesusastraan Arab sebelum turunnya agama Islam. Oleh karena itu, dalam

kesusastraan Arab dikenal syair zaman Jahiliah dan syair zaman Islam. Bentuk syair zaman Jahiliah tidak jauh beda dengan bentuk syair pada zaman Islam, namun jiwa yang mengihlami sangat jauh berbeda. Syair pada zaman Islam sangat kental dengan muatan religi dan keimanan terhadap keesaan Allah SWT. Menurut Sadikin (2011:43) Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Orang yang menulis syair disebut penyair. Namun pengertian penyair pada masa sekarang ini telah bergeser menjadi orang yang menulis puisi. Pada zaman kesusastraan Indonesia modern, syair tidak lagi mendapat perhatian. Para penyair berpendapat bahwa bentuk syair telah beku oleh berbagai ikatan dan konvensi. Menurut Alisjahbana (2009:47) syair kurang disukai orang bukan karena ikatan-ikatan yang ada di dalamnya tidak lagi sesuai dengan zaman, melainkan semata-mata karena orang yang membuat syair (penyair) pengetahuannya kurang dan lemah getar jiwanya. Mereka tidak dapat membuat syair yang hidup dan berjiwa, ikatan syair dapat dihidupkan kembali di tengah-tengah puisi modern. Terlepas dari pendapat di atas syair merupakan bentuk puisi yang menempati posisi penting pada zaman kesusastraan Indonesia (Melayu) klasik, di samping pantun. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita memberi perhatian dan apresiasi terhadap bentuk puisi lama. Menurut Soenaryo dkk (tt: 11) Syair berarti pula sajak (puisi), karena penyair adalah penggubah sajak. Kata syair berasal dari kata syu yur yang berarti perasaan. Dalam kesusastraan Indonesia, syair banyak digunakan sebagai pengubah cerita atau mengungkapkan

suatu kisah. Selain untuk mengubah cerita, syair juga digunakan sebagai media untuk mencatat kejadian dan sebagai media dakwa. Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa syair merupakan puisi lama yang berbentuk sajak dan terikat oleh setiap bait ada empat baris yang bersajak a a a a. Syair merupakan cerita yang panjang-panjang yang berupa nasehat-nasehat yang dibacakan secara berlagu. 2.3 Ciri-Ciri Syair Menurut Sugiarto (2007:31) ciri-ciri syair adalah sebagai berikut: a. Terdiri atas empat larik (baris) tiap bait. b. Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan. c. Semua baris merupakan isi (dalam syair tidak ada sampiran). d. Sajak akhir tiap baris selalu sama (aa-aa). e. Jumblah suku kata tiap baris hampir sama (biasanya 8-12 suku kata). f. Isi syair berupa nasehat, petuah, dongeng, cerita dan sebagainya. Menurut Alisjahbana (2009:46) syair dilukiskan dengan bentuk yang panjang-panjang, misalnya lukisan suatu cerita atau suatu nasehat. Dalam syair semua isi mengandung makna yang hendak disampaikan, karena syair tidak bersampiran. Syair tidak selesai dalam satu bait, karena syair biasanya untuk bercerita. Empat baris syair merupakan satu bait adalah satu kesatuan sintaksis yang mengandung satu makna yang berkesinambungan. Biasanya makna syair ditentukan oleh bait-bait berikutnya mirip dengan alinea-alinea dalam sebuah cerita. 2.4 Unsur-Unsur Syair

Menurut Waluyo (1987:70) secara garis besar unsur-unsur puisi terbagi atas dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin. Sebagai salah satu bentuk puisi lama, unsur-unsur syair sama dengan unsur-unsur puisi. 2.4.1 Unsur Fisik Unsur fisik menurut Waluyo (1987: 71-101) meliputi hal-hal sebagai berikut ini. a. Diksi (Pemilihan Kata) Kata-kata yang digunakan dalam syair merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Katakata merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya. b. Pengimajinasian Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Menurut Kosasih (2012: 100) dalam menentukan imaji, pembaca atau pendengar seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan katakata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah (1) Mendengarkan suara (imajinasi auditif), (2) Melihat benda-benda (imajinasi visual), atau (3) Meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil). c. Kata Konkret

Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus dikonkretkan atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair. d. Bahasa Figuratif ( Majas ) Majas ( figuratif language) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan keadaan ombak, penyair menggunakan majas personifikasi berikut. Risik risau ombak memecah Di pantai landai Buih berderai Dalam menentukan majas dapat dilihat dari cara penyair mempergunakan persamaan, perbandingan, dan kata-kata kias yang lain. Penyair mempergunakan aneka ragam majas untuk memperjelas maksud serta imajinasi itu (Tarigan, 2000:32). (1) Yang menggunakan majas metafora, antara lain: Menekan bahu, bahu lemah! Kaki sakit, badan penat! (2) Yang menggunakan perbandingan Hidupnya hidup ayam Menantu pilihan ladang mati (3) Yang menggunakan persamaan e. Rima Aku ini binatang jalang Dari kumpulan yang terbuang

Rima adalah pengulangan bunyi dalam syair. Dengan adanya rima suatu syair menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya lebih kuat. Di samping rima, dikenal pula istilah ritme, yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi. Berbicara tentang ritme maka mau tak mau kita harus pula menyebut-nyebut istilah foot atau kaki sajak dan yang terpenting diantaranya adalah: 1) Jambe : u - / u 2) Anapes : uu - / uu 3) Troche : - u / - u 4) Dactylus : - uu / - u u - Berarti arsis (keras) u berarti thesisi (lunak) Untuk menentukan rima, maka harus mengetahui kaki-sanjak yang terdapat pada setiap larik atau bait sebuah syair. Setelah kita mendengarkan atau membaca syair tersebut (Tarigan, 2000:35). Selanjutnya, kita megenal beberapa jenis rima, antara lain menurut posisinya rima awal dan rima akhir. a) Rima awal Bagaikan banjir gulung-gemulung Bagaikan topan seruh-menderuh Demikian rasa Datang semasa Mengalir, menimbun, mendesak, mengepung Memenuhi sukma, menawan tubuh

b) Rima akhir Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Hilang kembali aku padamu Seperti dulu Menurut susunannya rima itu dapat pula dibagi atas: 1) Rima berangkai, dengan susunan atau rumus: aa, bb, cc, dd Dimata air, didasar kolam Kucari jawab teka teki alam Dikawan awan kian kemari Disitu juga jawabanya kucari Diwarna bunga yang kembang Kubawa jawab, penghalang bimbang Kepada gunung penjaga waktu Kutanya jawab kebenaran tentu 2) Rima berselang, dengan rumus: abab, cdcd Duduk dipantai waktu senja, Naik dirakit buaian ombak, Sambil bercermin diair-kaca, Lagi diayunkan lagu ombak Lautan besar bagai bermimpi Tiada gerak, tetap berbaring Tapi pandang kurang ditepi Disana ombak memecah nyaring

3) Rima berpeluk, dengan rumus: abba, cddc Perasaan siapa takkan nyala Melihat anak berlagu dendang Seorang sahaja ditengah padang Tiada berbaju buka kepala Dalam kebun ditanah airku Tumbuh sekuntum bungah teratai Tersembunyi kembang indah permai Tiada terlihat orang yang lalu f. Tata Wajah (Tipografi) Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi (syair) dengan prosa dan drama. Larik-larik syair tidak berbentuk paragraf, melainkan berbentuk bait dalam puisi-puisi kontemporer seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata. 2.4.2 Unsur Batin Menurut Waluyo (1987:102-131) ada empat unsur batin syair, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intetion). a. Tema Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam syairnya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam syairnya. Tema itulah yang menjadi kerangka pengembangan sebuah syair. Jika landasan awalnya tentang ketuhanan, maka keseluruhan struktur syair itu tidak lepas dari ungkapan-ungkapan atas eksistensi Tuhan. Demikian halnya yang dominan adalah dorongan cinta dan kasih sayang, maka yang ungkapan-ungkapan asmarahlah yang akan lahir dari syair itu.

Secara umum, tema-tema dalam syair dikelompokkan sebagai berikut. (1) Tema ketuhanan Syair-syair dengan tema ketuhanan biasanya akan menunjukkan religius experience atau pengalaman religi penyair. (2) Tema kemanusiaan Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. (3) Tema patriotisme/kebangsaan Syair bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa dan tanah airnya. Syair ini mungkin melukiskan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. (4) Tema kedaulatan rakyat Dalam syairnya, penyair mengungkapkan sensitivitas dan perasaannya untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa. (5) Tema keadilan sosial Syair yang bertema keadilan sosial menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesengsaraan rakyat. b. Perasaan atau Rasa Syair merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau sang Khalik. Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam, maka sebagai

sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas serta diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan alam. Jika ekspresinya merupakan kegelisahan dan kerinduan kepada sang Khalik, maka bahasa yang digunakan cenderung bersifat perenungan akan eksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan. Menurut Kosasih (2012: 108) cara menentukan perasaan dapat dilihat bagaimana seorang penyair mengekspresikan bentuk-bentuk perasaannya antara lain, dapat dilihat dalam penggalan syair berikut. Diriku lemah anggotaku layu Rasakan cinta bertalu-talu Kalau begini datangnya selalu Tentulah kakanda berpulang dahulu Larik-larik syair di atas merupakan kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu dengan sang suami. Kerinduan dan kegelisahannya itu diekspresikannya melalui kata layu, cintah, datangnya, dan berpulang. c. Nada dan Suasana Dalam menulis syair, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada. Adapun suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca syair itu. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh syair itu terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana syair saling berhubungan. Nada syair menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati

pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusuk. Tarigan (2000:18) mengemukakan bahwa dalam menentukan nada dapat dilihat pada tema dan rasa atau perasaan sajak atau syair. Hal ini disebabkan oleh nada berkaitan dengan tema dan rasa atau perasaan syair. Menurut Semi (1988:118) dalam menentukan suasana hati yang riang dilukiskan dengan bunyi-bunyi yang ringan. Suara vokal e dan i terasa kecil, ringan, dan lembut. Sementara bunyi vokal a, o, dan u, terasa berat dan rendah. Konsonan p, t, k, s, f lebih ringan dari konsonan b, d, g, z, v, dan w. Bunyi yang ringan tentu lebih cocok untuk melukiskan suasana yang senduh, sedangkan bunyi-bunyi yang berat lebih cocok untuk melukiskan perasaan jiwa tertekan, yang gelisah. d. Amanat Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada syair itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan syairnya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan. 2.5 Fungsi Syair Menurut Sadikin (2011:43) fungsi syair adalah untuk menyampaikan cerita dan pengajaran dan digunakan juga dalam kegiatan-kegiatan yang berunsur keagamaan. Syair tertulis yang tergolong tua adalah karya-karya Hamzah Fanzuri, seorang penyair mistik dari Aceh pada abad ke 17, seperti Syair Bidasari Lahir. Syair berfungsi untuk menghibur, karena syair

dinyanyikan untuk menghibur masyarakat. Syair biasanya dilantukan pada upacara perkawinan pada masyarakat lama. Syair-syair yang dilagukan pada masa lalu mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Melayu tradisional. Secara langsung dipaparkan nilai-nilai keagamaan, nasihat, pengajaran, kasih-sayang, budi pekerti, tolong-menolong dan sebagainya. Fungsi syair adalah sebagai hiburan, media komunikasi dalam jenis-jenis kesenian, menyampaikan pengajaran, menggambarkan daya kreativitas dalam penciptaan keindahan, dan menggambarkan word-view masyarakat Melayu (Http. Fatiha 606. Blogspot. Com/2012/06/Fungsi Syair). a. Hiburan Dalam masyarakat dahulu syair menjadi wadah hiburan yang penting. Syair dilagukan dalam majelis-majelis tertentu seperti dalam pesta perkawinan, menyambut kelahiran bayi, Maulud dan sebagainya. Hal demikian berlaku karena pada ketika itu media hiburan belum banyak. Syairsyair yang dilagukan inilah yang menjadi hiburan kepada masyarakat ketika itu. Keistimewaannya jelas terletak pada penggunaan kata-kata, apalagi bila dilagukan. Irama-irama dari syair yang dilagukan inilah yang menimbulkan suasana tertentu kepada khalayak pendengar (Ismail, 1994:98). b. Media Komunikasi dalam Jenis-Jenis Kesenian Selain sebagai hiburan, syair juga menjadi media komunikasi dalam pelaksanaan adatistiadat. Syair mempunyai pesan yang disampaikan kepada pendengar syair juga berisi pujipujian. c. Menyampaikan Pengajaran

Biasanya isi dan tema syair ialah nasihat dan pengajaran. Ini ditujukan terutama kepada anak-anak agar menjadi anak yang baik, taat, berbakti dan membalas budi kepada ibu bapak. d. Menggambarkan Daya Kreativitas dalam Penciptaan Keindahan Hal yang membedakan antara syair dengan bentuk-bentuk lain ialah daya penariknya, terutama sekali melalui penggunaan irama, pola irama dan bahasanya. Kesan dan kekuatan bahasa dalam masyarakat Melayu memang terkenal. Kata dianggap mempunyai kuasa bagi melaksanakan maksud dan menyampaikan kesannya. Di sinilah letaknya kreativitas penyair yaitu melahirkan keindahan dalam syair melalui penggunaan kata-kata. Unsur bunyi dalam puisi lisan, dapat memikat pendengaran, ia dianggap mempunyai nilai estetik serta magis. Isi sebuah syair dan keahlian penyair boleh menentukan sejauh mana kata-kata yang enak boleh digunakan (Salleh, 1987:130). e. Menggambarkan world-view Masyarakat Melayu Umumnya, puisi dan cerita-cerita tradisional menggambarkan tentang falsafah hidup dan mencerminkan nilai-nilai serta sikap sesuatu masyarakat pada masa dahulu. Menurut Shaari dan Kuntum (1984:18) bahwa cara hidup dalam masyarakatnya cukup banyak dalam bentuk puisi. Dalam hal ini, syair juga memainkan peranan yang penting sebagai wadah bagi masyarakat dahulu melahirkan nilai-nilai dan sikap mereka. Ini menggambarkan kepekaan masyarakat terhadap kehidupan sekitaranya, mementingkan nilai, budi pekerti dan adat istiadat. Berdasarkan fungsi-fungsi yang dijelaskan, ternyata syair tidaklah semata-mata sebagai media hiburan tetapi ia turut digunakan sebagai alat untuk menggerakkan dan menyadarkan masyarakat. Selain mengutarakan isi yang berbentuk nasihat, juga soal-soal ilmu pengetahuan, budi pekerti manusia yang disandarkan kepada ajaran Islam dengan tujuan untuk memupuk semangat keislaman dan kesadaran di kalangan orang Melayu.

2.6 Jenis Syair Sugiarto (2007:31) menyatakan syair berdasarkan isinya dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) syair yang berisi cerita, (2) syair yangmengisahkan kejadian, dan syair yang berisi ajaran agama. a. Syair yang berisi cerita adalah syair-syair yang menceritakan tentang raja-raja. Contoh syair Abdul Muluk. Berhentilah kisah raja Hindustan, Tersebutlah pula suatu perkataan, Abdul Hamid Syah paduka sultan, Duduklah baginda bersuka-sukaan. Abdul Muluk putera baginda, Besarlah sudah bangsawan muda, Cantik menjelis usulnya syada, Tiga belas tahun umurnya ada. b. Syair yang mengisahkan kejadian adalah syair yang mengisahkan suatu peristiwa. Contohnya syair singapura dimakam api. Serta terpandang api itu menjulang Rasanya arwahku bagaikan hilang Dijilatnya rumah-rumah dan barang-barang Seperti anak ayam disambar lang Seberang menyebrang rumah habis rata Apinya cemerlang tidak membuka mata Bunyi gempar terlalulah gempita Lemahlah tulang sendi anggota c. Syair yang berisi ajaran agama adalah syair yang mengajarkan keagamaan. Contohnya syair Sidang Ahli Suluk

Sidang Faqir empunya kata, Tuhanmu Zahir terlalu nyata. Jika sungguh engkau bermata, lihatlah dirimu rata-rata. Selain isi syair, Soenaryo dkk (tt:11) berpendapat isinya syair dapat dibedakan: (a) syair yang merupakan dongeng, (b) syair yang berisi kiasan atau sindiran, (c) syair yang berisi citraa atau hikayat, (d) syair yang menceritakan kejadian, dan (e) syair ajaran agama atau budi pekerti.