BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

DAFTAR GAMBAR Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah Batas Konsistensi... 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

Keywords: shear strenght, soil stabilization, subgrade, triaxial UU, unconfined compression.

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

air tanah (drainase tanah), mengganti tanah yang buruk.

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

Karakteristik Kuat Geser Puncak, Kuat Geser Sisa dan Konsolidasi dari Tanah Lempung Sekitar Bandung Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN UJI TRIAKSIAL DAN UJI GESER LANGSUNG PADA TANAH LEMPUNG SUBSTITUSI PASIR

Hubungan Batas Cair dan Plastisitas Indeks Tanah Lempung yang Disubstitusi Pasir Terhadap Nilai Kohesi Tanah pada Uji Direct Shear

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

EFEK CAMPURAN SOIL BINDER DAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTK KUAT GESER TANAH LEMPUNG

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

I. PENDAHULUAN. berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain.

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

PENGARUH SUBSTITUSI SERBUK BATU MENYAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI KUAT GESER TANAH EKSPANSIF

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

BAB III LANDASAN TEORI

2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia konstruksi, tanah menduduki peran yang sangat vital dalam

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR STABILISASI SEMEN DAN FLY ASH PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF. The stabilization cement and fly ash of Expansive Clay Soil

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK UNTUK STABILITAS LERENG

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tanah merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lain-lain. Tanah yang akan dijadikan tanah dasar untuk sebuah proyek pembangunan harus diperhitungkan terlebih dahulu sebelum para pelaku pembangunan akan melakukan pembangunan diatasnya, agar hasil pekerjaan dapat dimanfaatkan secara optimum oleh penggunanya. Tanah yang kurang baik daya dukungnya sebaiknya harus diperhitungkan pada saat membangun suatu bangunan diatasnya, solusinya adalah perlu adanya stabilisasi tanah. Stabilisasi dapat terdiri dari salah satu tindakan dibawah ini: 1. Meningkatkan kerapatan tanah 2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi dan atau gesek yang timbul 3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau fisis dalam tanah 4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah) 5. Mengganti dengan tanah yang baik 2.2 Tanah Lempung Tanah lempung merupakan jenis tanah berbutir halus.lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopis dan submikroskopik yang berasal 5

6 dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah.(karl Terzaghi; Ralph B. Peck 1967). Plastisitas merupakan karakteristik yang penting dalam hal tanah berbutir halus. Istilah plastisitas melukiskan kemampuan tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa terjadi retakan atau remahan. Plastisitas terdapat pada tanah yang memiliki mineral lempung atau bahan organik. (Craig, 1986) Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan volume ketika kadar air berubah. Pengurangan kadar air menyebabkan lempung menyusut, dan sebaliknya bila kadar air bertambah lempung mengembang. Derajat pengembanganbergantung pada beberapa faktor, seperti: tipe dan jumlah mineral lempung yang ada didalam tanah, luas spesifik lempung, susunan tanah, konsentrasi garam dalam air pori, valensi kation, sementasi, adanya bahan-bahan organik dan sebagainya. Perubahan tanah yang besar membahayakan bangunan. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010) 2.3 Serbuk Kayu Kayu terdiri dari komposisi selulosa 50% dan lignin 10%-35%, suatu polimer silang berdimensi -3 yang kompleks.(h. Lawrence, 1984). Gray & Ohashi (1983) menunjukkan bahwa penambahan serat pada tanah kohesif akan meningkatkan kuat geser puncak dan daktilitas tanah yang dibebani secara statis. Serat berfungsi untuk memberikan kekuatan pada tanah dalam menahan gaya

7 tarik sebelum keruntuhan dan kehilangan kekuatan setelah kekuatan puncak. Serbuk kayu adalah bahan sisa dari pembuatan suatu produk rumah tangga, seperti: pintu, jendela, kusen, lemari, dan lain-lain. Serbuk kayu yang digunakan adalah serbuk kayu yang berasal dari kayu jenis damar. Serbuk kayu ini diharapkan dapat meningkatkan kekuatan geser tanah lempung karena kayu sendiri mengandung serat, dan dapat mengisi pori-pori tanah lempung dan memperbaiki kepadatan tanah lempung tersebut. 2.4 Stabilitas Tanah Stabilitas tanah adalah proses perbaikan tanah dengan metode tertentu atau dengan menambahkan suatu bahan tambah agar tanah menjadi lebih baik. Upaya stabilitas tanah sudah banyak dilakukan diantaranya menggunakan: abu batubara dan kapur, aspal, semen dan gypsum sintesis, dan lain-lain. Alasan penggunaan bahan tersebut adalah karena harganya yang murah, mudah didapat, dan kecocokan dengan jenis tanah nya. Yulianti, Fera (2006) menyatakan bahwa usaha stabilisasi tanah lempung Purwodadi dengan campuran abu batubara dan kapur pada penelitian ini terjadi gejala perbaikan sifat-sifat fisik tanah yang ditunjukan dengan penurunan batas cair dari 68.05% menjadi 39.02%, penurunan indeks plastisitas dari 34.77% menjadi 9.66%, dan adanya penurunan kadar lempung dari 92.9% menjadi 80.50%, pada pengujian CBR terjadi kenaikan nilai CBR dari 3.56% menjadi 36.19%, dan juga terjadi penurunan nilai swelling dari 2.93% menjadi 0.14%. Dari hasil tersebut menujukan adanya perbaikan dengan menstabilisasikan tanah

8 Purwodadi dengan campuran abu batubara dan kapur. Dari pengujian CBR dihasilkan nilai optimum abu batubara sebesar 3.98% dengan campuran kapur 8%. Rakhman, Yunan Arief (2002) melakukan stabilitas tanah gambut rawa pening dengan semen dan gypsum sintesis dalam penelitiannya menggumakan bahan tambah 5% semen portland dengan gypsum bervariasi yaitu 5%, 10%, dan 15% dari berat kering tanah. Agar terjadi reaksi antara tanah gambut dengan PC dan gypsum maka dilakukan masa perawatan sampel yaitu 0 hari, 14 hari, dan 28 hari. Hasil penelitian laboratorium yang dilakukan menunjukkan bahwa tanah gambut Rawa Pening batas cair turun dimana pada tanah gambut 104,37% menjadi 92,9% pada 5% PC dengan 15% gypsum pada masa perawatan 28 hari. Batas plastis pada tanah gambut 116,78% menjadi 92,64% dan indeks plastis dari 0% menjadi 0,26%. Terhadap hasil uji Proctor standar campuran 5% PC dengan gypsum menyebabkan berat kering maksimal naik yaitu dari 0,475 menjadi 0,579 dan pada kadar air optimum mengalami penurunan dari 106,25% menjadi 52,5%. Pada pengujian pengembangan secara keseluruhan mengalami penurunan dari 2,049% menjadi 0,017%. Alcan tetapi pada campuran 5% PC dengan 15% gypsum nilai pengembangan mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan campuran lainnya Hasil paling optimum adalah stabilisasi tanah gambut dengan campuran 5% PC dan 10% gypsum untuk masa perawatan 28 hari yaitu 8,17%. Nilai CBR secara keseluruhan naik dari 2,78% menjadi 8,17%, akan tetapi pada campuran 5% PC dengan 15% gypsum terjadi penurunan nilai CBR menjadi 5,80%. Secara keseluruhan nilai CBR dari stabilisasi tanah gambut dengan PC

9 dan gypsum memenuhi persyaratan Bina Marga sebagai tanah dasar, karena nilai CBR yang didapat lebih besar dari 5%. Jadi bahan semen dan gypsum dapat dijadikan bahan stabilisasi altematif untuk tanah gambut sebagai tanah dasar. Khanif aulia (2008) melakukan penelitian tentang stabilitas tanah lempung menggunakan limbah padat pabrik kertas terhadap kuat geser tanah dengan perbandingan campuran bahan stabilisasi limbah padat pabrik kertas 0%, 5%, 10%, dan 15% serta dengan masa pemeraman 0 hari, 3 hari, dan 7 hari. Penelitian ini meliputi sifat fisik dan mekanik tanah lempung ditinjau dari uji geser langsung (Direct Shear). Data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dianalisis secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk tabel dan grafik-grafik hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah lempung dari Penawangan Kabupaten Grobogan memiliki berat jenis 2,68 dengan penambahan limbah padat pabrik kertas hingga 15% mengalami penurunan batas cair sampai 58,40%, batas plastis naik sampai 44,74%, indeks plastisitas turun sampai 13,66%, batas susut naik sampai 17,16% dan fraksi lempung turun menjadi 71,40%. Penambahan limbah padat pabrik kertas sampai 15%, mengubah sistem Unified jenis tanah berubah dari kelompok H menjadi MH atau OH, sedangkan menurut sistem AASHTO jenis tanah tidak mengalami perubahan. Nilai kohesi (c) pada semua penambahan limbah padat pabrik kertas sampai 10% dengan pemeraman 7 hari mengalami penurunan sedangkan sudut geser (ϕ) mengalami peningkatan. Pada penambahan limbah padat pabrik kertas lebih dari 10% dan masa pemeraman 7 hari, nilai kohesi (c) mulai mengalami peningkatan kembali dan sudut geser (ϕ) mulai menurun kembali.

10 2.5 Batas-Batas Konsistensi Atterberg Menurut Attterberg (1911), cara untuk menggambarkan batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah. Batas-batas tersebut adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkage limit). 1. Batas Cair Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas daerah plastis. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010). 2. Batas Plastis Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010). 3. Batas Susut Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010). 2.6 Indeks Plastisitas Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis.(atterberg, 1911). Indeks plastisitas merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat

11 plastis. Karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010). Tabel 2.1 Nilai indeks plastisitas dan macam tanah PI Sifat Macam Tanah Kohesi 0 Non Plastis Pasir Non Kohesif <7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian 7-17 Plastisitas sedang Lempung Berlanau Kohesif >17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif Sumber: (Hardiyatmo, C, Hary., 2010) 2.7 Uji Tekan Bebas σ₁ σ₃ = 0 Contoh Tanah σ₃ = 0 σ₁ Gambar 2.1 Skema Uji Tekan Bebas, Sumber:(Hardiyatmo, C, Hary., 2010)

12 Pengujian ini tidak cocok untuk semua jenis tanah, seperti tanah pasir, karena sewaktu tanah diletakkan di dalam tempat pengujian seperti gambar diatas tanah tersebut akan keluar/luber sebelum diuji. Pengujian ini hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana pada pembebanan cepat, air tidak sempat mengalir keluar dari benda uji. Pada lempung jenuh, tekanan air pori dalam benda uji padaawal pengujian negative (tegangan kapiler). Tegangan aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010) 2.8 Uji Triaxial Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam (Ø) dari suatu contoh tanah. Adapun tiga macam percobaaan triaxial antara lain : 1) UU: Uncosolidated Undrained 2) CU: Consolidated Undrained 3) CD: Consolidated Drained Pada uji triaxial Uncosolidated Undrained, benda uji pada umumnya berupa lempung mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel (tegangan kekang), kemudian dibebani dengan beban normal, melalui penerapan tegangan deviator sampai mencapai keruntuhan. Pada uji triaxial Consolidated Undrained, benda uji mula-mula dibebani dengan tegangan sel tertentu dengan mengizinkan air mengalir keluar dari benda uji sampai konsolidasi selesai. Tahap selanjutnya, tegangan deviator diterapkan

13 dengan katup drainase dalam keadaan tertutup sampai benda uji mengalami keruntuhan. Pada uji triaxial Consolidated Undrained, mula-mula tegangan sel tertentu diterapkan pada benda uji dengan katup drainase terbuka sampai konsolidasi selsesai. Setelah itu, dengan katup drainase tetap terbuka, tegangan deviator diterapkan dengan kecepatan yang rendah sampai benda uji runtuh. (Hardiyatmo, C, Hary., 2010).