TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN TALAS (Calocasia esculenta L. Schott) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN UMBI UWI (Dioscorea alata L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI JALAR (Ipomea batatas) DENGAN PROSES FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR KULIT KETELA

PEMANFAATAN PATI GARUT(Maranta arundinaceae) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR BUAH PISANG

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

PEMANFAATAN BUAH NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN BUAH PEPAYA

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

PEMANFAATAN JAGUNG SEBAGAI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA ASAM H 2 SO 4

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN DENGAN PROSES HIDROLISA ASAM SULFAT DAN FERMENTASI Saccharomyces Cerevisiae

PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK AFKIR

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA. Oleh :

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BARAS (AIR LERI) SKRIPSI. Disusun Oleh : TOMMY

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI UBI JALAR (Ipomoea Batatas L) DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR ENZIMATIS

TUGAS MIKROBIOLOGI BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIOETANOL DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN PROSES SAKARIFIKASI FERMENTASI FUNGI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

RANCANG BANGUN TEKNOLOGI DESTILASI BIOETANOL UNTUK BAHAN BAKAR TERBARUKAN

BIOETANOL (MATERI 1 Mikrobiologi Industri) Kelompok 17, 18, dan 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. grade industri dengan kadar alkohol %, netral dengan kadar alkohol 96-99,5

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

PENGARUH KADAR GLUKOSA PADA PEMBUATAN ANGGUR DARI NANAS (Ananas comosus) Influence Of Glucose Content In Wine Making Of Pineapple (Ananas Comosus)

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI. Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM

ETANOL DARI HASIL HIDROLISIS ONGGOK ETHANOL FROM CASSAVA WASTE HYDROLYSIS

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

Nira Latifah Mukti, Wulan Aryani Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

PEMBUATA SIRUP GLUKOSA BERBAHAN BAKU JAGUNG (Zea Mays) MENGGUNAKAN ALAT REAKTOR ENZIMATIS

PENGARUH FERMENTASI EM4

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrofilia. L) UNTUK PEMBUATAN BIOETANOLSECARA HIDROLISIS ASAM

Pembuatan Bioetanol Dari Tebu Dan Ubi Jalar serta Pengujian Pada Motor Bakar Torak

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

LAPORAN AKHIR PENGARUH VARIASI RAGI TERHADAP PERSEN YIELD PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG

PEMBUATAN ETHANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI

LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN LIMBAH AMPAS SINGKONG MENJADI ETANOL DENGAN VARIASI KOMPOSISI

PROSES PRODUKSI BIOETHANOL BONGGOL PISANG

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indutri. Pemanfaat jagung dalam bidang industri selain sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL SKRIPSI

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

PEMBUATAN BIOETANOL HASIL HIDROLISA BONGGOL PISANG DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN SACCAROMYCESS CEREVICEAE

LAPORAN AKHIR PENGARUH PENAMBAHAN MASSA RAGI DAN WAKTU FERMENTASI HASIL HIDROLISA PATI BIJI DURIAN MENJADI BIOETANOL

FERMENTASI SAMPAH BUAH MENJADI ETANOL MENGGUNAKAN BAKTERI Zymomonas mobilis. FERMENTATION OF REFUSED FRUITS FOR ETHANOL USING Zymomonas mobilis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

PENGUJIAN ALAT KONVERSI SAMPAH MENJADI ETANOL

bakar, dan air, untuk keberlangsungannya. Indikasi lain, misalnya, adalah

Transkripsi:

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TALAS (Calocasia esculenta L. Schott) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL (Utilization of Taro (Calocasia esculenta L. Schott) as a Raw Material For The Manufactured of Bioethanol) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Teknik Kimia Program Diploma Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Disusun oleh : ANI SETIASIH NIM. L0C 008 022 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Intisari... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii iv vi viii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Talas... 6 2.2 Saccharomyces cereviceae... 7 2.3 Pupuk Urea... 8 2.4 Pupuk NPK... 9 2.5 Pengertian Bioetanol... 10 2.6 Prinsip Pembentukan Bioetanol... 10 2.7 Proses Fermentasi... 12 2.8 Pemurnian dengan Proses Distilasi dan Dehidrasi... 13 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT 3.1 Tujuan... 14 3.2 Manfaat... 14

BAB IV PERANCANGAN ALAT 4.1 Dimensi Alat... 15 4.2 Gambar Alat... 16 4.3 Tangki Fermentor... 20 4.4 Prosedur Percobaan... 21 4.5 Analisa Hasil... 25 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang digunakan... 27 5.1.1 Variabel Tetap... 27 5.1.2 Variabel Berubah... 27 5.1.3 Alat yang Digunakan... 28 5.2 Prosedur Percobaan... 28 5.3 Data Pengamatan... 30 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Tabel Hasil Pengamatan dan Pembahasan... 32 6.2 Grafik Hasil Pengamatan dan Pembahasan... 36 6.3 Perhitungan... 37 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 40 7.2 Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA... 42

DAFTAR TABEL Tabel 1. Kandungan Talas... 7 Tabel 2. Uji Organoleptik Bioetanol Setelah Proses Distilasi... 30 Tabel 3. Perbandingan Jumlah Tepung Talas dengan Glukosa... 30 Tabel 4. Uji Densitas dan ph Bioetanol... 30 Tabel 5. Uji Kadar Alkohol pada Bioetanol... 31

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Talas (Calocasia esculenta L. Schott)... 6 Gambar 2. Pupuk Urea... 8 Gambar 3. Pupuk NPK... 9 Gambar 4. Ragi Roti... 12 Gambar 5. Kapur Tohor... 13 Gambar 6. Rangkaian Alat Bioetanol... 16 Gambar 7. Unit Pemanas... 17 Gambar 8. Unit Distilasi double heating... 18 Gambar 9. Unit Kondensor... 19 Gambar 10. Tangki Fermentor... 21 Gambat 11. Diagram Alir Proses Penyiapan Bahan Baku... 21 Gambar 12. Diagram Alir Proses Fermentasi... 22 Gambar 13. Diagram Alir Proses Pemurnian... 24 Gambar 14. Grafik Hasil Pengamatan... 36

INTISARI Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen gula, pati, maupun selulosa. Bioetanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman keras, untuk keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan yang sedang popular saat ini adalah pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar dicampur dengan bensin yang biasa disebut gasohol. Talas (Calocasia esculenta L. Schott), merupakan tanaman umbi-umbian yang merupakan salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi, terutama kandungan karbohidratnya sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan bioetanol. Pembuatan bioetanol dengan bahan dasar talas ini melalui tiga tahapan proses yaitu proses hidrolisa, fermentasi dan distilasi. Proses hidrolisa dilakukan untuk mengurai pati menjadi gula pereduksi agar dapat difermentasi menjadi bioetanol. Proses fermentasi mengubah glukosa menjadi etanol dengan bantuan bakteri Saccharomyces cereviceae yang terkandung pada ragi roti. Proses distilasi merupakan proses pemurnian untuk meningkatkan kadar etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi. Reaktor bioetanol terdiri dari rangkaian tangki fermentasi dan rangkaian alat distilasi yang meliputi tangki distilator atau tangki pemanasan dan kondensor. Untuk bioetanol hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah glukosa yang dihasilkan semakin tinggi kadar alkohol yang diperoleh. Dari hasil percobaan pada pembuatan bioetanol dari talas dengan variabel jumlah kandungan glukosa 10%, 12%, 15%, 27% dan 39% didapatkan bioetanol dengan kadar alkohol tertinggi 53% yaitu pada variabel kelima dengan kandungan glukosa sebesar 39%. Kata kunci : bioetanol, Sacharomyces cereviceae, tepung talas

ABSTRACT Bioethanol is ethanol made from biomass containing sugar components, starch, or cellulose. Bioethanol is usually used as an ingredient for making liquor, for medical purposes, as a solvent, and that are popular today is the use of bioethanol as an alternative fuel. The use of bioethanol as a fuel mixed with gasoline is called gasohol. Taro (Calocasia esculenta L. Schott), a tuber crop that is one of non-rice food which is high enough nutritious, especially carbohydrates that can be used as an alternative feedstock for bioethanol production. Making bioethanol with the basic ingredients of this taro through three stages of the process ie the process of hydrolysis, fermentation and distillation. Hydrolysis process carried out to decompose starch into reducing sugars to be fermented into bioethanol.the process of fermentation convert glucose into ethanol with the aid of bacteria contained in cereviceae Saccharomyces yeast bread. The process of distillation is a purification process to increase the levels of ethanol produced in fermentation processes. The reactor consists of a series of bioethanol fermentation tanks and distillation equipment that includes a series of tanks or tank distilator heating and condenser. For bioethanol the experiment results, it can be concluded that the more the amount of glucose produced higher levels of alcohol obtained. From the results of experiments on the manufacture of bioethanol from the taro with a variable amount of glucose content of 10%, 12%, 15%, 27% and 39% obtained the highest alcohol content of bioethanol with 53% of the fifth variable with a glucose content of 39%. Keywords : bioethanol, Sacharomyces cereviceae, taro flour

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan Indonesia terhadap BBM impor semakin memberatkan pemerintah karena harga minyak dunia yang semakin tinggi. Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM. Walaupun kebijakan tersebut menekankan penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM, kebijakan tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM. Selain itu pemerintah juga telah memberikan perhatian serius untuk pengembangan bahan bakar nabati (biofuel) ini dengan menerbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Beberapa dari bahan bakar nabati yang sekarang ini sedang dikembangkan adalah bioetanol. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan bioetanol mengingat bahan bakar nabati ini dapat memanfaatkan kondisi geografis dan sumber bahan baku minyak nabati dari berbagai tanaman yang tersedia di Indonesia.

Bioetanol adalah etanol (C 2 H 5 OH) yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong, talas dan tetes tebu. Etanol bentuknya berupa cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang khas. Berat jenis pada 15 o C adalah 0,7937 dan titik didihnya 78,32 o C pada tekanan 76 mmhg. Sifatnya yang lain adalah larut dalam air dan eter, serta mempunyai panas pembakaran 328 kkal. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan cara hidrolisa dengan katalis asam, kombinasi asam dengan enzim, serta kombinasi enzim dengan enzim. Hidrolisa pati dengan asam memerlukan suhu yang tinggi yaitu 120 o C 160 o C. Asam akan memecah molekul pati secara acak dan gula yang dihasilkan sebagian besar adalah gula pereduksi. Hidrolisis dilakukan untuk mengurai pati menjadi gula pereduksi agar dapat difermentasi menjadi bioetanol. Hidrolisis pati dengan asam hanya akan memperoleh sirup glukosa dengan ekivalen dekstrosa (DE) sebesar 55. Jika nilai DE diatas 55 maka akan terbentuk warna pada komponen yang rasanya pahit. Hal ini terjadi pada saat pemecahan tersebut gula yang terbentuk berubah menjadi bahan yang menyebabkan warna dan rasa yang pahit. Dalam dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai pelarut, pembuatan asetaldehid, serta bahan baku farmasi dan kosmetik. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol dibagi menjadi tiga grade sebagai berikut: - Grade industri dengan kadar alkohol 90 94 % - Netral dengan kadar alkohol 96 99,5 %, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku farmasi. - Grade bahan bakar dengan kadar alkohol di atas 99,5 %.

Ketika harga BBM merangkak semakin tinggi, bioetanol diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pensubstitusi BBM untuk motor bensin. Sebagai bahan pensubstitusi bensin, bioetanol dapat diaplikasikan dalam bentuk bauran dengan minyak bensin, misalnya 10 % etanol dicampur dengan 90 % bensin (gasohol E10) atau digunakan 100 % (E100) sebagai bahan bakar. Etanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87 88. Gasohol E10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE). Pencampuran sampai dengan 24 % masih dapat menggunakan mobil bensin konvensional. Di atas itu, diperlukan mobil khusus yang telah banyak diproduksi di AS maupun Brazil. Etanol (C 2 H 5 OH) merupakan suatu senyawa kimia berbentuk cair, jernih tak berwarna, beraroma khas, berfase cair pada temperatur kamar, dan mudah terbakar. Etanol memiliki karakteristik yang menyerupai bensin karena tersusun atas molekul hidrokarbon rantai lurus. Bioetanol merupakan etanol (C 2 H 5 OH) yang dapat dibuat dari substrat yang mengandung karbohidrat (turunan gula, pati, dan selulosa). Salah satu bahan baku yang sering digunakan untuk pembuatan bioetanol adalah bahan baku yang mengandung pati sedangkan jenis tanaman yang digunakan untuk bahan baku umumnya berasal dari kelompok tanaman pangan utama seperti singkong, jagung, gandum, kentang dan ubi jalar. Selain itu, tanaman lainnya seperti talas (Colocasia esculenta (L.)

Schott.) juga dapat digunakan sebagai bahan baku karena mengandung pati yang cukup tinggi yaitu sekitar 24,5%. Talas merupakan tanaman dari jenis umbi-umbian yang merupakan salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi, terutama kandungan karbohidratnya sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan etanol. Bioetanol diproduksi dari hasil fermentasi khamir (yeast) yaitu Saccharomyces sp. yang mengkonversi glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Untuk mendapatkan glukosa, bahan baku berupa pati sebelumnya dipecah terlebih dahulu menjadi bahan yang lebih sederhana melalui proses hidrolisis. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan cara hidrolisa dengan katalis asam, kombinasi asam dengan enzim, serta kombinasi enzim dengan enzim. Pada Hidrolisa pati dengan katalis asam memerlukan suhu yang tinggi yaitu 120 o C 160 o C. Asam akan memecah molekul pati secara acak dan gula yang dihasilkan sebagian besar adalah gula pereduksi. Jenis katalisator asam yang umum dipakai adalah asam klorida (HCl). Hal ini disebabkan karena selain asam tersebut merupakan asam kuat, juga mudah diuapkan karena bersifat volatil. Hal tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang Pembuatan Bioetanol Dari Talas.

1.2 Perumusan Masalah Peningkatan kebutuhan etanol terutama sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin mendorong manusia untuk mencari bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi etanol. Pemanfaatan sumber bahan baku yang melimpah merupakan modal awal yang sangat potensial. Pada saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai pembuatan etanol dari berbagai sumber nabati seperti singkong, aren, ubi jalar, tebu dan talas. Hal ini dikarenakan sifatnya yang ramah lingkungan dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.selain itu, tanaman-tanaman tersebut merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di tanah Indonesia sehingga mudah untuk dibudidayakan. Pada kesempatan ini penelitian difokuskan pada pembuatan bioetanol dari talas. Talas merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku untuk memproduksi bioetanol karena mengandung karbohidrat. Produksi talas yang melimpah terutama di daerah Papua dan Jawa (Bogor, Sumedang dan Malang) merupakan potensi yang perlu dikembangkan, sehingga perlu untuk diteliti. Dari sinilah kami mendapatkan suatu permasalahan yang dapat kami rumuskan sebagai berikut : Bagaimana kinerja alat Bioetanol dalam menghasilkan etanol dengan bahan baku talas? Bagaimana pengaruh variabel terhadap proses pembuatan bioetanol dari talas yang didapat? Bagaimana kadar Etanol yang dihasilkan pada percobaan? Email : annnizie@rocketmail.com