KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII SMPN 1 LIMBUR KABUPATEN BUNGO

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS VIII E SMPN 2 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA LAPORAN WAWANCARA YANG DITULIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 TERAS. Diajukan Oleh: Ana Maria A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

oleh/by: Shintia Dwi Alika

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh perilaku sosial. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BICARA SANTUN DAN KEBERHASILAN KOMUNIKASI. FX. Sumarna, M.Pd Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

III. METODE PENELITIAN. kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA ANAK KOS RIZKY DI DESA DUKUH WALUH KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS BULAN MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7).

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian terhadap tindak tutur komisif penjual dan pembeli cabai di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

Transkripsi:

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII SMPN 1 LIMBUR KABUPATEN BUNGO Sudaryono, Irma Suryani, Kasmini Putri* ABSTRACT FKIP Universitas Jambi This article is the result of research on language politeness in learning in class VIII SMPN 1 Limbur Bungo distrct. The purpose of this study is to descrilbe language politeness in class VIII SMPN 1 Limbur Bungo district. Language can not be separated from human life, even the language is always used in all activities si that it can be said that the learning process will not work without language. Approach and type of research is descriptive qualitative. Instrumen this research is the researcher itself. The technique of data collection itself using techniques refer to this technique is based on tapping techniques to tap the conversation of the students with teachers and the students themselves. The result of this research is that there are polite and who violate the principles of Leech courtesy. The maxim pf obedience includes the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of praise, the maxim of humility, maxim of agreement and the maxim being violated. The conclusion of research on language in the class of VIII SMPN 1 Limbur bungo district shows the language politeness of students with teacher who are often violated is maxim sympathy and which is often used maxim generosity and maxim praise and politeness among students who are often violated is maxim praise and maxim of agreement that is often used maxim of humility. Keywords : Language politeness, learning process, teachers and students. PENDAHULUAN

Konteks Penelitian Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah bahasa. Dengan demikian fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh guru dan siswa untuk saling berinteraksi. Melalui kegiatan berkomunikasi yang baik akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peran bahasa dalam pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena interaksi belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya fungsi bahasa. Menurut Chaer dan Agustina (2004:11) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi setiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada mitra tutur. Komunikasi yang terjadi harus berlangsung secara efektif dan efesien, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang efektif dan efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila bahasa yang digunakan oleh penutur tidak mampu dipahami oleh mitra tutur. Dengan demikian, untuk mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh penutur harus bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.

Dalam ilmu pragmatik, ada yang dikenal dengan istilah kesantunan berbahasa. Kesantunan (politiness), kesopansantunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut tatakrama. Berdasarkan pengertian tersebut, kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia sangat menjunjung kesantunan dalam berbahasa. Maksud yang akan disampaikan tidak hanya berhubungan dengan pemilihan kata, tetapi juga cara penyampaiannya. Sebagai contoh, pemilihan kata yang tepat apabila disampaikan dengan cara kasar akan tetap dianggap kurang santun. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa budaya suatu masyarakat itu akan tercermin dari kesantunan yang diterapkannya, termasuk kesantunan dalam berbahasa. Apalagi setiap masyarakat selalu ada hierarkhi sosial yang dikenakan pada kelompok-kelompok anggota mereka. Hal ini terjadi karena mereka telah menentukan penilaian tertentu, misalnya, antara tua muda, majikan buruh, murid, guru kaya miskin, dan status lainnya, ada perbedaan dalam tata cara berbahasa. Bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua tentu akan berbeda dengan bahasa yang digunakan ketika kita berbicara dengan anak kecil. Selain itu, faktor konteks juga menyebabkan kesantunan perlu diterapkan. Suasana formal atau resmi sangat menekankan kesantunan ini. Di lingkungan sekolah sering ditemukan bagaimana para siswa mengucapkan kata-kata kasar ketika berbicara dengan guru ataupun teman sebayanya. Salah satu kegiatan yang penulis temukan adalah tuturan yang diucapkan oleh siswa SMPN 1 Limbur kabupaten Muara Bungo. Temuan tersebut berupa panggalan beberapa kalimat yang merupakan realisasi

kesantunan berbicara oleh siswa kepada guru ataupun dengan siswa lainnya. Fenomena kebahasaan yang terjadi di lingkungan sekolah SMPN 1 limbur tersebut tidak jarang kurang menggunakan kesantunan dalam berbahasa dengan baik. Hal ini terlihat dari penggunaan kata kasar, penggunaan pronomina persona yang sembarangan maupun kalimat yang mengandung unsur celaan. Alasan peneliti memilih kelas SMPN 1 Limbur kabupaten Muara Bungo sebagai latar penelitian karena berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan peneliti menemukan bahwa latar yang cukup strategis dan lebih mudah dijangkau peneliti hal ini bertujuan agar penelitian akan lebih efektif, kesantunan berbahasa sering dipengaruhi dari segi sosial dan lingkungan tempat mereka bergaul, dan dengan siapa mereka berteman. Maka kelas yang menjadi sasaran penelitian dibatasi pada kelas VIII dan menjadikan sebagai subjek penelitian ini. Peneliti juga menemukan belum pernah dilakukan penelitian sejenis di sekolah tersebut, kedekatan peneliti dengan lokasi penilitian serta adanya latar belakang keluarga yang beragam dari para siswa. Berdasarkan konteks tersebut diketahui bahwa peneliti memilih judul penelitian tentang Kesantunan Berbahasa dalam Proses Pembelajaran Bidang Studi Bahasa Indonesia di Kelas VIII SMP Negeri 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kesantunan berbahasa para siswa dengan guru dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa indonesia di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo? 2. Bagaimanakah kesantunan berbahasa antarsiswa dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo?

Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kesantunan berbahasa para siswa dengan guru dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. 2. Mendeskripsikan kesantunan berbahasa antarsiswa dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.manfaat Teoritis yang diperoleh dari hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian tentang kesantunan berbahasa dilingkungan sekolah serta memberikan sumbangan mengenai kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca guna menambah pengetahuan tentang prinsip sopan santun Leech. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang pragmatik khususnya dalam bidang kesantunan berbahasa. Selain itu, temuan penelitianpun diharapkan dapat menjadi masukanbagi para siswa dan guru untuk memakai kesantunan di lingkungan sekolah. Pragmatik

Leech (1993:8), pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat. Hal ini berarti bahwa makna dalam pragmatik adalah makna eksternal, makna yang terkait konteks, atau makna yang bersifat triadis (Wijana, 1996 :1-2). Makna-makna yang demikian itu kiranya dapat disebut sebagai maksud yaitu maksud penutur. Levinson (1983: 177) mendefenisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari hubungan bahasa dengan konteks pemakaiannya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Kesantunan Kesantunan (politeness) atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus prasyarat yang disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut tatkrama Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dinamakan kesantunan adalah kehalusan dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), kesopan santunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan berlaku dalam masyarakat. Secara umum santun merupakan hal yang lazim dapat diterapkan santun tidak santun bukan makna obsolute sebuah bentuk bahasa. Ada kalimat secara santun atau tidak santun, yang menentukan kesantunan bentuk bahasa adalah konteks ujaran atau hubungan antara penutur dan mitra tutur. Kesantunan sebagai maksim percakapan dan sebagai sebuah upaya penyelamatan muka (face-saving), yakni penyelamatan muka itu merupakan meninfestasi penghargaan terhadap individu anggota atau masyarakat.

Tujuan kesantunan berbahasa adalah membuat suasana berinteraksi menyenangkan tidak mengancam muka dan efektif. Setiap kali berbicara dengan orang lain, penutur dan mitra tutur akan membuat keputusankeputusan menyangkut apa yang ingin dikatakan dan bagaimana menyatakannya. Hal ini tidak menyangkut tipe kalimat atau ujaran apa dan bagaimana saja, tetapi juga meyangkut variasi atau tingkat bahasa. Jenis Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa (bertutur) mencerminkan dalam tatacara berkomunikasi secara verbal. ketika berkomunikasi, Kesantunan secara verbal merujuk kepada percakapan lisan dan penuturan. Kesantunan verbal perlu dijaga, terutama pada saat berkomunikasi dengan orang lain, ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya menyampaikan ide yang pikirkan. Ketika berkomunikasi, sesorang juga harus memperhatikan tatacara berbahasa yang sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam komunikasi. Apabila tatacara berbahasa sesorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka ia akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai seseorang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya. Penyebab Ketidaksantunan Ketidaksantunan terjadi ketika penuturnya tidak mampu mengendalikan yang dituturkannya sehingga bahasa yang ia gunakan menjadi tidak santun. Pranowo (melalui Chaer,2010: 69) menyatakan bahwa ada beberapa faktor atau hal yang menyebabkan sebuah pertuturan itu menjadi tidak santun. Penyebab ketidaksantunan itu antara lain: Kritik secara langsung dengan kata-kata kasar, Dorongan rasa emosi penutur, Protektif terhadap pendapat, Sengaja menuduh lawan tutur, Sengaja memojokkan

mitra tutur Dari kelima penyebab ketidaksantunan tersebut mencerminkan ketidaktahuan penutur akan kaidah kesantunan berbahasa yang merupakan kebiasaan hasil budaya dan sifat bawaan atau karakter penutur yang memang tidak santun. Ciri Kesantunan Berdasarkan keenam maksim kesantunan Leech (1993: 206), Chaer (2010,: 56-57) memberikan ciri kesantunan sebuah tuturan sebagai berikut. Semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap santun kepada lawan tuturnya. Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung, lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Memerintah dengan kalimat berita atau kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingkan dengan kalimat perintah (imperatif). Dalam sebuah tuturan juga diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kesantunan sebuah tuturan, khususnya diksi. Kesantunan berbahasa dapat dilakukan deengan cara pelaku tutur mematuhi prinsip sopan santun berbahasa yang berlaku di masyarakat pemakai bahasa itu. Jadi, diharapkan pelaku tutur dalam bertutur dengan mitra tuturnya untuk tidak mengabaikan prinsip sopan santun. Hal ini untuk menjaga hubungan baik dengan mitra tuturnya Prinsip Sopan Santun Leech (1993: 206-207) mengemukakan prinsip sopan santun meliputi enam maksim. Keenam maksim tersebut adalah maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpatisan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan menghindari yang tidak sopan.

Maksim-maksim ini dimasukkan ke dalam kategori prinsip kesopanan. Dari prinsip-psrinsip tersebut, terdapat empat maksim yang melibatkan skala berkutub dua, yakni skala untung-rugi dan skala puji-kecaman. Keempat maksim tersebut adalah maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, dan maksim kesederhanaan. Sedangkan dua maksim lainnya (maksim kesepakatan dan maksim simpatisan) melibatkan skala-skala yang hanya satu kutubnya, yaitu skala kesepakatan dan skala simpati. Walaupun skala yang satu dengan yang lain ada kaitannya, setiap maksim berbeda dengan jelas, karena setiap maksim mengacu pada sebuah skala penilaian yang berbeda dengan skala penelitian maksim-maksim lainnya. Aspek-aspen Non-Linguistik yang Mempengaruhi Kesantunan Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya menyampaikan ide kita yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam komunikasi. Apabila tatacara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka ia akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai seseorang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya. Karena tatacara berbahasa selalu dikaitkan dengan penggunaan bahasa sebagai sistem komunikasi, maka selain unsur-unsur verbal, unsur-unsur nonverbal yang selalu terlibat dalam berkomunikasi pun perlu diperhatikan. Unsur-unsur nonverbal yang dimaksud adalah unsur-unsur paralinguistik, kinesik, dan proksemika. Pemerhatian unsur-unsur ini juga dalam rangka pencapaian kesantunan berbahasa. METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini mengamati kata-kata yang digunakan dalam percakapan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang lain yang mengandung kesantunan berbahasa. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan apa adanya hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti. Jenis penelitian deskriptif ini dipilih oleh peneliti karena dapat memberikan gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan bahasa, gejala atau kelompok tertentu. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Limbur Muara Bungo pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang jumlah siswa terdiri dari 60 siswa, 31 terdiri dari siswa kelas 8a dan 29 terdiri dari kelas 8b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Limbur kabupaten Muara Bungo. Sekolah tersebut terletak di Jl. Simpang Empat Desa Renah Sungai Ipuh kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang kabupaten Muara Bungo. Siswa SMP Negeri 1 ini mayoritas berasal dari kebudayaan Bungo, namun siswa di sekolah ini banyak juga dari warga pendatang dari etnis melayu berbahasa yang berbeda. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena kehadiran peneliti sangat diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Kehadiran peneliti dalam aspek kerja yakni sebagai perencana, mengumpul data, penafsir data dan melapor hasil penelitian. Sehingga keterlibatan peneliti sangat diperlukan, keterlibatan peneliti dapat dilakukan dengan berkerjasama dengan informan. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah data verbal. Data verbal berupa tuturan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang mengandung tuturan santun dan tidak santun, dengan pilihan kata, intonasi, tempo, mimik, konteks, gerak tangan, anggukan kepala, kedipan mata, dan ekspresi wajah ketika murung dan senyum, serta pelanggaran prinsip sopan santun Leech. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data yang berupa informan yaitu guru dan siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Bungo dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia, latar yang dijadikan sumber data adalah di kelas, pada saat proses pembelajaran. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak atau penyimakan dengan menyimak pada saat siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat yang termasuk kategori santun dan tidak santun. Teknik dasar metode simak adalah teknik sadap. Dengan teknik itu peneliti menyadap percakapan antara informan primer dan sekunder, yaitu siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Hasil simak itu langsung dicatat ke dalam catatan lapangan sebagai teknik lanjutan. Catatan lapangan berupa coretan-coretan yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata intii, frase, pokok-pokok isi pembicaraan,

peneliti mencatat semua yang didengar, seteliti mungkin, tanpa sepengetahuan subjek yang diteliti. Observasi Observasi partisipan bertujuan agar peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, selain akan diperoleh pengalaman langsung, peneliti juga dapat melihat hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain. Simak Disebut teknik simak atau penyimakan karena berupa penyimakan dilakuakan dengan menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini peneliti melakukan penyimakan langsung terhadap penggunaan bahasa yang berkaitan dengan penggunaan kesantunan berbahasa yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Catatan Lapangan Hasil pengamatan itu langsung dicatat ke dalam catatan lapangan sebagai teknik lanjutan. Peneliti mencatat semua yang dilihat, didengar, seteliti mungkin, tanpa sepengatahuan subjek yang sedang diamati. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses pencarian dan mengatur secara sistematis bahan-bahan atau data yang telah dikumpulkan guna mempermudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Pada tahap ini, penulisan menggunakan metode padan pragmati dengan prinsip sopan santun Leech dan tuturan ketidaksantunan. Berikut ini langkah-langkah dalam mengolah data: Mentrankskripsikan data yang diperoleh,

mengidentifikasikan dan mengklarifikasikan data, menganalisis kartu data, menganalisis kartu data dengan menggunakan analisis pragmatik, dan terakhir menyimpulkan. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penelitian ini digunakan triangulasi, tringulasi dapat berupa membandingkan (1) data hasil observasi dengan hasil menyimak, (2) membandingkan hasil analisis dengan hasil penelitian sejenis yang relavan dengan penelitian ini. Dari perbandingan itu didapatkan hasil yang terbaik inilah yang dijadikan sebagai data. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tahap Pralapangan Pada tahap ini peneliti menyusun rencana penelitian yang berupa proposal penelitian tentang kesantunan berbahasan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Negeri 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti memahami latar penelitian dan selanjutnya langsung berperan serta secara lengkap sambil mengumpul data. Pada inilah pengumpulan data tentang tuturan-tuturan yang mengandung unsur kesantunan maupun pelanggaran terhadap prinsip sopan santun Leech dengan cara mengamati dan mencatat. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap ini diadakan seleksi data setelah seluruh data terkumpul. Kemudian peneliti mengelompokkan data berdasarkan bentuk dan penerapan. 4. Tahap Laporan Penelitian

Pada tahap ini peneliti menuliskan dan menyusun data dari hasil penelitian yang telah dilakukan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai kesantunan bahasa dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMPN 1Limbur Kabupaten Muara Bungo tahun ajaran 2016/2017 berupa (1) pematuhan dan pelanggaran maksim kesantunan antara siswa dengan guru di kelas VIII SMPN 1 Limbur Muara Bungo (2) pematuhan dan pelanggaran maksim kesantunan antara siswa dengan siswa di kelas VIII SMP N 1 Limbur Muara Bungo. Dalam penyajian ini sekaligus dilakukan pembahasan terhadap masing-masing hasil penelitian. Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kesantunan Antara Siswa Dengan Guru di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. Pematuhan Maksim Kesantunan Antara Siswa Dengan Guru Leech (1993) mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak santun. Menurut Leech, ada enam jenis maksim yang meliputi maksim kearifan (tact maxim), maksim pujian (approbatton maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim). Adapun maksim kesantunan Leech yang dipatuhi oleh siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo meliputi maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pelanggaran Maksim Kesantunan Antara Guru dengan Siswa

Leech (1993) mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak santun. Menurut Leech, ada enam jenis maksim yang meliputi maksim kearifan (tact maxim), maksim pujian (approbatton maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim). Adapun maksim kesantunan Leech yang dilaggarkan oleh siswa dengan guru di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo meliputi maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kesantunan Antara Siswa Dengan Siswa di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kesantunan Antara Siswa Leech (1993) mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak santun. Menurut Leech, ada enam jenis maksim yang meliputi maksim kearifan (tact maxim), maksim pujian (approbatton maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim). Adapun maksim kesantunan Leech yang dipatuhi oleh antara siswa dengan siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo meliputi maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pelanggaran Maksim Kesantunan Antara Siswa dengan Siswa Leech (1993) mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak santun. Menurut Leech, ada

enam jenis maksim yang meliputi maksim kearifan (tact maxim), maksim pujian (approbatton maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim). Adapun maksim kesantunan Leech yang dilaggarkan oleh siswa dengan siswa di kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo meliputi maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pembahasan Hasil penelitian kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo. sesuai dengan tujuan yang telah diuraikan sebelumnya, yakni mendeskripsi kesantunan bahasa antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya ditinjau dari prinsip sopan santun Leech. Proses memperoleh data dilakukan melalui tahap pencatatan tuturan dalam proses belajar mengajar dibidang studi bahasa Indonesia kelas VIII di SMPN 1 Limbur kabupaten Muara Bungo yang mengandung tuturan yang santun maupun yang tidak santun dengan lawan tuturnya. Selanjutnya tersebut diklasifikasikan serta dianalisis dengan menggunakan teori-teori kesantunan Leech. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa dalam kesantunan berbahasa terdapat maksim-maksim yang terkadang dipatuhi dan dilanggar oleh peserta tutur baik disadarinya ataupun tidak disadarinya. Kenyataan membuktikan tuturan yang ada di SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara bungo siswa kelas VIII sering ditemukan pelanggaran terhadap prinsip sopan santun Leech. Pelanggaran maksim sopan santun sering terjadi pada siswa dengan guru serta siswa dengan siswa lainnya. Pelanggaran terjadi disebabkan penutur sengaja menuduh lawan tutur, sengaja berbicara tidak sesuai konteks, protektif terhadap pendapat,

berbicara secara langsung, dorongan rasa emosi, penutur sengaja memojok lawan tutur, kritik secara langsung dengan kata kata kasar, dan saling menghina atau mengejek. Dorongan rasa emosi (penutur sering menunjukan rasa marah, penutur menyombongkan diri, dan penutur menggunakan nada tinggi dalam bertutur) dapat menyebebkan tuturan tidak santun karena tuturan yang dihasilkan penutur dengan dorongan rasa emosi yang berlebihan akan menimbulakan kesan bahwa penutur marah kepada lawan tuturnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip sopan santun siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur kabupaten Muara Bungo dan setelah melakukan analisis terhadap tuturan langsung siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur kabupaten Muaro Bungo, peneliti menyimpulkan pemakaian prinsip sopan santun yang sering digunakan antara siswa dengan guru kelas VIII SMPN 1 Limbur Muara kabupaten Bungo adalah maksim kedermawan dan maksim pujian. Maksim kedermawanan sering digunakan karena adanya rasa saling menghoramti antara siswa dengan guru. Maksim yang sering dilanggar adalah maskim simpati. Adapun pematuhan terhadap prinsip sopan santun yang sering digunakan oleh siswa dengan siswa lainnya di kelas VIII SMPN 1 Limbur Muara Bungo adalah maksim pujian dan maksim kesepakatan karena banyaknya siswa yang suka memuji meskipun terkadang terlihat nadanya sinis, kalau maksim kesepakatan karena siswa sering sepakat dalam hal bantu membantu dalam proses belajar mengajar. Maksim yang sering dilanggar adalah maksim kerendahan hati karena banyaknya siswa yang tidak suka dihina dan diejek meskipun ucapan itu mengandung fakta.

Saran Bagi pembaca penggunaan bahasa siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur Kabupaten Muara Bungo banyak yang menyimpang dari prinsip sopan santun. Bagi yang melanggar prinsip sopan santun ini agar dapat menghindari pelanggaran prinsip sopan santun dan hendaknya dalam berbicara penting diperhatikan kaidah-kaidah yang mengatur percakapan. Bagi peneliti, penelitian tentang penyimpangan prinsip sopan santun dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMPN 1 Limbur Muara Bungo ini masih memilki keterbatasan. Untuk peneliti selanjutnya disarankan supaya dapat mengkaji lebih luas tidak hanya terbatas pada siswa kelas VIII saja, tetapi bisa keseluruhan kelas VII dan kelas XI. DAFTAR RUJUKAN Anwar, K. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Emzir. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuatitatif dan Kualitatif. Jakarta. PT. Grafindo Persada Kridalaksana, H. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Umum. Leech, G. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M D D. Oka. Jakarta. Universitas Indonesia Meleong, J.L. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Rosdakarya. Bandung. PT. Remaja Nadar, F.X. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta. PT. Bumi Aksara

Ngalimun, Fitrah, Y. 2014. Belajar Berbahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta. Aswaja Pressindo Patilima, H. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Rahardi, R. K. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga Soemanto, W. 2014. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta. Bumi Aksara Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta. Duta Wacana University Press Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Tarigan, H.G.1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung. Angkasa Wiryotinoyo, M. 2013. Implikatur Percakapan Anak Usia Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.