BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Gibson, 1996). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN CEREMAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI RESIDU EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan lebar antara 0,5-7 cm. Tangkai daun memiliki panjang 0,2-0,7 cm (Gambar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012). Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang seperti Indonesia (Stella et al, 2012). S. typhii adalah bakteri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor lain seperti mikroplasma, dan klamidia. Ada sekitar 50 spesies bakteri yang bersifat patogenik atau mampu menimbulkan penyakit. Beberapa contoh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif yang dapat menyebabkan infeksi diantaranya adalah Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri penyebab infeksi agar dapat dibunuh biasanya menggunakan obat-obatan yang mengandung antibiotik sintesis. Terapi infeksi dengan antibiotik sintesis dapat membawa masalah tersendiri, yaitu adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dan gejala-gejala yang menunjukkan adanya efek samping dengan antibiotik. Upaya mencari alternatif lain dalam pengobatan infeksi adalah dengan penggunaan obat tradisional. Senyawa alami yang berpotensi sebagai antibakteri umumnya mengandung steroid, tanin, polifenol, flavonoid (Rahman et al., 2011), alkaloid, saponin (Ahmad et al., 2008). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antibakteri alami adalah tanaman bintaro (Cerbera odollam). Bintaro adalah tanaman mangrove yang termasuk dalam famili apocynaceae dan tumbuh secara luas di daerah pesisir selatan Asia Timur dan Samudera Hindia (Cheenpracha et al., 2004). Bagian bijinya sangat beracun, karena mengandung cerberin sebagai kardenolid aktif utama (Gaillard et al., 2004; Kuddus et al., 2011). Ekstrak bintaro dapat dimanfaatkan sebagai analgesik, antikonvulsan, kardiotonik dan aktivitas hipotensi (Chang et al., 2000). Daun, buah dan kulit batang bintaro mengandung saponin, kulit batangnya mengandung tanin, di samping itu daun dan buahnya juga mengandung polifenol (Salleh, 1997; Tarmadi et al., 2007). Akar bintaro mengandung saponin, tanin, steroid, flavonoid, dan gums (Rahman et al., 2011). Ekstrak metanol biji bintaro mengandung alkaloid, tanin, dan saponin (Ahmad et al., 2008). 1

2 Penelitian Rahman et al. (2011) terhadap ekstrak metanol akar pohon bintaro mempunyai aktivitas antibakteri pada beberapa bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Zona hambat yang dihasilkan adalah 14,65 mm untuk bakteri Salmonella typhi (Gram-negatif) sedangkan zona hambat yang dihasilkan terhadap bakteri Staphylococccus aureus (Gram-positif) adalah 10,80 mm, dengan konsenterasi ekstrak 200 mg/disc. Penelitian Ahmad et al., (2008) menunjukkan ekstrak metanol biji bintaro mampu menghambat beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus saprophyticus, Streptococcus pyogenes, Salmonella typhi, Shigella flexneri, dan Shigella dysentriae. Zona hambatan terhadap bakteri Salmonella typhi sebesar 15 mm dan Staphylococcus aureus sebesar 6 mm, dengan konsentrasi ekstrak 50 µg/ml. Beberapa penelitian yang terkait membuktikan bahwa senyawa kimia pada bagian akar dan biji bintaro dapat larut dalam pelarut metanol yang merupakan pelarut polar dan juga belum ditemukannya penelitian yang menggunakan daun bintaro sebagai antibakteri. Sementara itu, kandungan bintaro adalah saponin steroid, fenolik, tanin, dan flavonoid yang dapat dimanfaatkan untuk antibakteri. Beberapa alasan inilah yang mendorong untuk dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun bintaro terhadap bakteri Staphylococcus aureus (Gram-positif) dan bakteri Salmonella typhi (Gramnegatif) dengan metode dilusi padat beserta bioautografinya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: 1. Berapa Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol daun bintaro terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode dilusi padat? 2. Golongan senyawa apa dalam ekstrak etanol daun bintaro yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode bioautografi?

3 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun bintaro terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan menentukan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan metode dilusi padat. 2. Mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun bintaro yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode bioautografi. 1. Daun Bintaro a. Deskripsi Tanaman Bintaro D. Tinjauan Pustaka A B Gambar 1. Tanaman Bintaro Pohon Bintaro (Carbera odollam) (A); Daun bintaro (B) Gambar 1 merupakan tanaman bintaro yang mempunyai banyak manfaat. Bagian dari tanaman yang sering digunakan adalah akar, kulit batang, buah dan daun. Biasanya dimanfaatkan sebagai antilarva, antinoseptik, antibakteri, diuretik, dan yang lainnya (Chang et al., 2000). Klasifikasi tanaman bintaro sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Sub Classis : Sympetalae

4 Ordo : Contortae / Apocynales Familia : Apocynacea Genus : Cerbera Species : Cerbera odollam (Tjitrosoepomo, 2007) Bintaro (Cerbera odollam) merupakan tanaman berupa pohon (Gambar 1). Batang berkayu dan bercabang rendah. Daun tunggal (Gambar 1) dengan duduk daun tersebar, bangun daun bulat telur terbalik sampai lanset, tepi rata, apex daun meruncing, basal daun runcing, warna hijau mengkilat, permukaan licin, pertulangan daun menyirip (Steenis, 2005). b. Kandungan kimia Spesies Cerbera diketahui mengandung serangkaian glikosida jantung dari jenis cardenolide. Biji berisi cardenolide berasal dari tanghinigeninaglycones dan digitoxigenin, seperti cerberin, neriifolin (Gambar 2), dan thevetin B. Cardenolide utama yang terkandung dalam kulit kayu dan akar adalah gentiobiosyl-thevetoside dan thevetosideglucosyl. Cardenolide di daun adalah neriifolin (Gambar 2) dan deacetyltanghinin (Gambar 2) (Khanh, 2001). Selain glikosida jantung, pada daun, buah dan kulit batang mengandung saponin. Daun dan buahnya juga mengandung polifenol, disamping itu kulit batangnya mengandung tanin (Salleh, 1997; Tarmadi et al., 2007). Akar bintaro mengandung saponin, tanin, steroid, flavonoid, dan gums (Rahman et al., 2011). Tanghinigenin adalah suatu glikosida jantung yang terisolasi dari biji Cerbera manghas (HuaJiao et al, 2010). Ekstrak metanol biji bintaro mengandung alkaloid, tanin, dan saponin (Ahmad et al., 2008). A B Gambar 2. Struktur Kardenolida Struktur Deacetyltanghinin (A); Struktur Neriifolin (B)

5 c. Aktivitas Tumbuhan Bintaro memiliki banyak khasiat untuk berbagai pengobatan. Bintaro dapat dimanfaatkan sebagai analgesik, antikonvulsan, kardiotonik, dan aktivitas hipotensi (Chang et al., 2000). Di Thailand, kulit kayu digunakan sebagai antipiretik, pencahar dan dalam pengobatan disuria. Bagian bunga diterapkan untuk mengobati wasir (Khanh, 2001). Penelitian Rahman et al., (2011) menyatakan bahwa ekstrak metanol akar bintaro mempunyai aktivitas antibakteri, dan diuretik. Ekstrak metanol kulit batang menunjukkan aktivitas antioksidan (Kuddus et al., 2011). Daun bintaro juga mempunyai potensi sebagai antikanker (Syarifah et al., 2010). 2. Bakteri a. Staphylococcus aureus 1) Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram-positif, tidak bergerak ditemukan satu-satu, berpasangan, berantai pendek, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung dua komponen utama yaitu asam teikhoat dan peptidoglikan. Sistematika klasifikasi Staphylococcus aureus sebagai berikut: Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria Divisi : Firmicutes Class : Bacilli Order : Bacillales Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus (Makgotiha, 2009) 2) Morfologi dan Identifikasi bakteri Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. Infeksi yang terjadi disebabkan dari golongan bakteri ini biasanya menular atau menyebar.

6 Staphylococcus aureus ini memiliki sel yang berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1 µm dan tersusun dalam kelompok tak beraturan. Biasanya bakteri ini ditemukan pada kulit dan hidung manusia (Radji, 2011). Bakteri Gram positif hampir seluruh dinding selnya terdiri dari lapisan peptidoglikan dengan polimerpolimer asam teikoat (Hart dan Shears et al., 1997) yang bersifat permeabel, sehingga bakteri rentan terhadap agen antibakteri. Selain itu bakteri Gram positif tidak memiliki selaput luar berupa lipoprotein dan lipopolisakarida yang berfungsi sebagai penghalang masuknya antibakteri (Saravanan et al., 2010), mencegah pecahnya protein periplasma, dan sebagai pelindung sel dari garam-garam empedu (Jawetz et al., 2005). b. Salmonella typhi 1) Klasifikasi Salmonella typhi Salmonella sp. adalah bakteri bentuk batang, pada pengecatan Gram berwarna merah muda (Gram-negatif). Sistematika klasifikasi Salmonella typhi sebagai berikut: Kindom : Bacteria Fillum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Salmonella Species : Salmonella typhimurium (Todar, 2005) 2) Morfologi dan Identifikasi bakteri Habitat Salmonella sp. di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan. Suhu optimum pertumbuhan Salmonella sp. adalah 37 0 C dan pada ph 6-8 (Julius et al., 1990). Salmonella sp. bersifat aerob dan anaerob dan dapat menyebabkan demam tifoid. Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri batang Gram negatif dan tidak membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini bersifat fakultatif dan sering disebut sebagai facultative intra-cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein, dan

7 lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai lapisan-lapisan (Dzen, 2003). Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous flagella sehingga bersifat motil. Salmonella typhi membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannosa. Bakteri ini tahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (Brooks et al., 2005). Sel penyusun bakteri Gram negatif adalah lapisan peptidoglikan dan membran yang membungkus peptidoglikan pada dinding selnya. Komponen-komponen yang menyusun membran yaitu lipoprotein, fosfolipida, dan lipopolisakarida. Membran inilah yang berfungsi sebagai penghalang masuknya antibakteri ke dalam sel bakteri tersebut (Radji, 2010). 3. Antibakteri Antibakteri adalah zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Definisi ini kemudian berkembang menjadi senyawa yang dalam konsentrasi tertentu mampu menghambat bahkan membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme (Jawetz et al., 2005). Senyawa alami yang biasanya berpotensi sebagai antibakteri adalah steroid, tanin, dan flavonoid (Rahman et al., 2011) saponin dan alkaloid (Ahmad et al., 2008). Target dari antibakteri adalah sebagai berikut: a. Dinding Sel Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku, disebut dinding sel yang dapat mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma di bawahnya (Jawetz et al., 2001). Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya. Antibiotik yang bekerja pada daerah ini adalah golongan penisilin (Pelczar & Chan, 1988) b. Perubahan Permeabilitas Sel Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel (Pelczar & Chan, 1988).

8 c. Molekul Protein dan Asam Nukleat Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan asam nukleat sehingga sel dapat diperbaiki lagi. Salah satu antimikroba kimiawi yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran sel adalah fenolat (Pelczar & Chan, 1988). d. Enzim Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Penghambatan ini banyak mengakibatkan terganggunya metabolisme. Sulfonamid merupakan zat kemoterapeutik sintesis yang bekerja dengan cara bersaing dengan PABA (asam p-aminobenzoat) di dalam reaksi, karena molekul PABA dan sulfonamid hampir sama, sehingga dapat menghalangi sintesis asam folat yang merupakan koenzim esensial yang berfungsi dalam sintesis purin dan pirimidin, dengan demikian karena tidak adanya koenzim, maka aktivitas seluler yang normal akan terganggu (Pelczar & Chan, 1988). e. Asam Nukleat dan Protein DNA, RNA dan protein memegang peranan penting dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar & Chan, 1988). 4. Uji Aktivitas Antibakteri Tujuan utama dari aktivitas antibakteri yaitu untuk menentukan potensi suatu zat yang diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap suatu bakteri tertentu (Jawetz et al., 2005). Metode dilusi dilakukan dengan cara mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) (Pratiwi, 2008). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dilusi padat. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri konsentrasi kemudian ditambahkan suspending agent lalu ditambahkan dengan media MH, setelah memadat ditambahkan suspensi bakteri dan diratakan dengan ose. Kadar terkecil

9 yang dapat menghambat bakteri disebut Kadar Hambat Minimum (KHM). Kemudian tabung yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri dilakukan subkultur pada media padat. Media yang tidak terlihat adanya pertumbuhan disebut dengan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Keuntungan dari metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba (Pratiwi, 2008). 5. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan antar zat-zat yang analitanalitnya terdapat dalam sampel yang terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Peralatan yang digunakan juga lebih sederhana dibandingkan jenis kromatografi yang lain. Kromatografi lapis tipis adalah salah satu jenis dari bagian kromatografi (Rohman, 2009). Optimasi fase gerak yang dilakukan Kuddus et al., (2011) untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berada di dalam bintaro dengan menggunakan toluen:etilasetat (85:15) yang digunakan untuk memfraksi dan mengisolasi senyawa-senyawa aktif. 6. Bioautografi Bioautografi dibagi menjadi tiga metode, yaitu bioautografi langsung, bioautografi overlay, dan bioautografi kontak. Bioautografi yang digunakan adalah bioautografi kontak. Bioautografi kontak dilakukan dengan meletakkan lempeng kromatografi hasil elusi senyawa yang akan diuji diatas media padat yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji. Adanya senyawa antimikroba ditandai dengan adanya daerah jernih yang tidak ditumbuhi mikroba (Kusumaningtyas et al., 2008). E. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data ilmiah tentang efek antibakteri ekstrak etanol daun bintaro terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode dilusi padat serta mengetahui senyawasenyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri beserta bioautografinya.