HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

Dedy Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjary Banjarmasin dayah_ibnu92@yahoo.co.id ISSN : 2086-3454 Abstrak Latar Belakang : AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrom) merupakan penyakit menular yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Saat ini HIV/AIDS telah menyebarluas di seluruh bagian dunia. Berdasarkan data DinKes Provinsi Kalimantan Selatan terhitung sejak tahun 2002 sampai dengan Desember 2015 telah ditemukan dan dilaporkan sebanyak 1237 kasus HIV dan AIDS dengan rincian adalah HIV sebanyak 664 Kasus (53,7%) dan AIDS sebanyak 573 Kasus (46.3%) dengan penderita terbanyak berada di usia 15-29 tahun yaitu sebanyak 503 kasus. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan sumber informasi dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin. Metode Penelitian : penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan total sampling yaitu sebanyak 51 orang. Hasil : Hasil penelitian dari 51 orang remaja komunitas anak jalanan bahwa pengetahuan remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori cukup dengan jumlah 25 orang (49%). Untuk sikap remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori sikap positif dengan jumlah 31 orang (60,8%). Sumber informasi remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori cukup dengan jumlah 20 orang (39,2%). Untuk upaya pencegahan HIV/AIDS terbanyak pada kategori mencegah dengan jumlah 29 orang (56,9%). Dari hasil analisis uji chi Square didapatkan hasil pengetahuan dengan upaya pencegahan p value = 0,000 <α (0,05). Hasil analisis sikap dengan upaya pencegahan didapatkan hasil p value = 0,000 <α ( 0,05), sedangkan hasil analisis sumber informasi p value = 0,000 <α (0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan sumber informasi dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016. Diharapkan agar instansi yang memberikan pembinaan pada anak jalanan agar mengadakan kerjasama dengan instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan bagi para anak jalanan tentang bahaya dan upaya pencegahan HIV/AIDS. Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Sumber Informasi, Upaya Pencegahan. 272

PENDAHULUAN AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrom) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya dan harus diwaspadai di mana penyebarannya sangat cepat keseluruh dunia (Notoatmodjo, 2011). Saat ini HIV/AIDS telah menyebarluas di seluruh bagian dunia. Berdasarkan laporan WHO tahun 2015, 940 ribu sampai 1,3 juta orang meninggal karena HIV/AIDS. Ada sekitar 36,7 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2015 dengan 2,1 juta orang baru terinfeksi HIV secara global. Menurut data Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, menyebutkan secara kumulatif jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia dimulai dari 1 April 1987 sampai dengan 30 September 2014, jumlah kasus HIV dan AIDS dilaporkan sebanyak 150.296 kasus HIV dan 55.799 kasus AIDS yang tersebar dari 300 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi. Riskesdas 2010 melaporkan sebesar 75% remaja umur 15-24 tahun pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Untuk melihat kecendrungan hasil tahun 2007 dan 2010 dilakukan reanalisis data SDKI dan SKRRI 2007 dengan menggunakan empat variabel yang sama dalam Riskesdas 2010 yaitu 2 variabel dari persepsi salah tentang penularan HIV/AIDS melalui makan sepiring dengan orang yang terkena virus HIV/AIDS dan melalui gigitan nyamuk, lalu 2 variabel tentang cara pencegahan HIV/AIDS melalui berhubungan seksual dengan satu pasangan saja dan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel tahun 2015 diketahui bahwa terhitung sejak tahun 2002 sampai dengan bulan Desember 2015 telah ditemukan dan dilaporkan sebanyak 1237 kasus HIV dan AIDS dengan rincian adalah HIV sebanyak 664 Kasus (53,7%) dan AIDS sebanyak 573 Kasus (46.3%) dengan penderita terbanyak berada di usia 15-29 tahun yaitu sebanyak 503 kasus. HIV/AIDS pertama kali di temukan dan dilaporkan pada tahun 2002, yaitu sebanyak 4 kasus HIV. Selama 13 Tahun pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Kalimantan Selatan sudah ditemukan dan dilaporkan secara kumulatif sebanyak 1237 kasus HIV dan AIDS. Selama tahun 2015 telah ditemukan dan dilaporkan sebanyak 223 Kasus HIV dan AIDS. Hal ini berarti bahwa setiap bulannya ada 18 19 kasus HIV AIDS baru yang ditemukan. Lima besar Kasus HIV dan AIDS di Kalimantan Selatan adalah Kota Banjarmasin (420 Kasus), Kabupaten Tanah Bumbu (273), Kota Banjarbaru (141 kasus), Kabupaten Kotabaru (55 kasus) dan Kabupaten Tabalong (52 kasus). Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode 273

pubertas dan diiringi dengan perkembangan seksual. Remaja juga mengalami perubahan yang mencakup perubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku. Kondisi ini menyebabkan remaja rentan terhadap masalah perilaku berisiko dalam penularan HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS pada remaja tidak terlepas dari perkembangan globalisasi, mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja saat ini yang cenderung melakukan perilaku berisiko seperti hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks pranikah, serta penggunaan narkoba. Upaya sosialisasi melalui KIE (Komunisasi, Informasi dan Edukasi) atau penyuluhan tentang perilaku tertular HIV/AIDS yang telah dilakukan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel sebagai salah satu jaringan sumber informasi selain Departemen Sosial dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau instansi lainnya yang telah bersinerji ternyata belum memberikan dampak secara signifikan pada peningkatan pengetahuan remaja yang berumur 15-24 tahun tentang HIV/AIDS. Hal itu dilihat dari hasil target dan capaian program pengendalian HIV/AIDS, yang mana target semula tahun 2014 sebesar 95% namun yang tercapai hanya 20% (Dinkesprov, 2014). Anak jalanan merupakan komunitas anak yang cukup besar dan luas dengan berbagai permasalahan yang kompleks, yang belum dapat diatasi hingga kini (Handy dan Soedjatmiko, 2004). Salah satu pemicunya yakni gaya hidup anak jalanan yang meliputi kontak seksual, serta perilaku berisiko lainnya yang dapat berisiko tertular penyakit infeksi kelamin, seperti HIV (Irsyad, 2014). Kecenderungan perilaku komunitas anak jalanan saat ini terjadi penyimpangan pada masalah seksualitas, juga penyalahgunaan NAPZA. Perilaku komunitas anak jalanan pada usia produktif yang seperti itu mampu mendekatkan salah satu faktor risiko penderita HIV/AIDS. Salah satu aspek yang penting dalam pencegahan HIV/AIDS adalah informasi yang diarahkan pada kelompok remaja dan dewasa muda sebagai usia produktif (Septyanarindri, 2011). Berdasarkan survei pendahuluan pada 5 orang remaja anak jalanan dilampu merah Ramayana kota Banjarmasin tentang pencegahan HIV/AIDS, 4 orang tahu cara pencegahan HIV/AIDS dan 1 orang tidak tahu tentang HIV/AIDS. Berdasarkan fenomena tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Sumber Informasi dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Kota Banjarmasin Tahun 2016 BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan kuota sampling dimana semua populasi yang 274

ditemukan dan masuk kriteria dijadikan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja komunitas anak jalanan yang ada di wilayah kota Banjarmasin tahun 2016. Uji statististik yang digunakan yaitu uji chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Univariat Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel secara otomatis dengan menggunakan SPSS, dimana variabelnya adalah Pengetahuan, Sikap, Sumber informasi dan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan. Pengetahuan Remaja Komunitas Anak Jalanan Berdasarkan data yang didapatkan, Pengetahuan terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Banjarmasin tahun 2016 No. Pengetahuan Frekuensi Persentase 1. Baik 9 17,6 2. Cukup 25 49 3. Kurang 17 33,3 Jumlah 51 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori cukup dengan jumlah 25 orang (49%) dan pengetahuan terendah pada kategori pengetahuan baik dengan jumlah 9 orang (17,6%). Sikap Berdasarkan data yang didapatkan, sikap terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap Pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Banjarmasin tahun 2016 No. Sikap Frekuensi Persentase Tabel 2 menunjukkan bahwa sikap remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori positif dengan jumlah 31 orang (60,8%). Sumber Informasi. Berdasarkan data yang didapatkan, sumber informasi remaja anak jalanan tentang HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : 1. Positif 31 60,8 2. Negatif 20 39,2 Jumlah 51 100 Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi Pada Remaja Komunitas Anak Jalanan tentang HIV/AIDS di Banjarmasin tahun 2016 No. Sumber Informasi Frekuensi Persentase 1. Baik 12 23,5 2. Cukup 20 39,2 3. Kurang 19 37,3 Jumlah 51 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa sumber informasi remaja komunitas anak jalanan 275

terbanyak pada kategori cukup dengan jumlah 20 orang (39,2%) dan sumber informasi terendah pada kategori baik dengan jumlah 12 orang (23,5%). No Pengetahuan Upaya Pencegahan HIV/AIDS Total p Mencegah Tidak Mencegah value n % n % n % 1 Baik 8 88,9 1 11,1 9 100 2 Cukup 20 80 5 20 25 100 0,000 3 Kurang 1 5,9 16 94,1 17 100 Total 29 56,9 22 43,1 51 100 Upaya Pencegahan Berdasarkan data yang didapatkan, Upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini : Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Banjarmasin tahun 2016 No. Upaya Pencegahan Frekuensi Persentase HIV/AIDS 1. Mencegah 29 56,9 2. Tidak Mencegah 22 43,1 Tabel 4 menunjukkan bahwa Upaya pencegahan HIV/AIDS terbanyak pada kategori mencegah dengan jumlah 29 orang (56,9%). Hasil Bivariat Jumlah 51 100 Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan. Hasil analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan : Tabel 5 Hubungan pengetahuan dengan upaya Pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016 Berdasarkan tabel 5 didapatkan dari 9 orang responden yang berpengetahuan baik ada 8 orang (88,9 %) yang melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Dari 25 orang yang berpengetahuan cukup ada 20 orang (80 %) yang melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Dan dari 17 orang yang berpengetahuan kurang, hanya ada 1 orang (5,9 %) yang melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square, didapatkan hasil p value = 0,000 < α = 0,05 sehingga Ho ditolak artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin tahun 2016. Analisis bivariat Hubungan sikap dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan sikap dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan : Tabel 6 Hubungan sikap dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016 No. Sikap Upaya Pencegahan HIV/AIDS Total p Mencegah Tidak Mencegah value n % n % n % 1. Positif 27 87,1 4 12,9 31 100 2. Negatif 2 10 18 90 20 100 0,000 Total 29 56,9 22 43,1 51 100 276

Berdasarkan tabel 6 didapatkan dari 31 orang yang bersikap positif terdapat 27 orang (87,1 %) yang melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Sedangkan dari 20 orang yang bersikap negatif hanya terdapat 2 orang (10 %) yang melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan hasil p value = 0,000 < α = 0,05 sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016. Analisis Bivariat Hubungan sumber informasi dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan Hasil analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan sumber informasi dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan : Tabel 7 Hubungan sumber informasi dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016 No. Sumber Upaya Pencegahan HIV/AIDS Total p Informasi Mencegah Tidak Mencegah value n % n % n % 1. Baik 12 100 0 0 12 100 2. Cukup 16 80 4 20 20 100 0,000 3. Kurang 1 5,3 18 94,7 19 100 Total 29 56,9 22 43,1 51 100 Berdasarkan tabel 7 dari 12 orang responden yang sumber informasinya baik, semuanya melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Dari 20 orang responden yang sumber informasinya cukup, sebanyak 16 orang (80 %) melakukan upaya pencegahan sedangkan 4 orang (20 %) tidak melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Dan dari 19 orang responden yang sumber informasinya kurang, hanya 1 orang (5,3 %) yang melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS sedangkan 18 orang (94,7%) tidak melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil p value = 0,000 < α = 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara sumber informasi dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin tahun 2016. PEMBAHASAN Hubungan pengetahuan, sikap dan sumber informasi dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin tahun 2016 kepada 51 responden menggunakan kuesioner. Hasil Univariat Pengetahuan tentang HIV/AIDS. Hasil skoring yang telah ditetapkan dengan menggunakan 10 pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan, didapatkan hasil bahwa secara umum pengetahuan responden tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 9 orang (17,6%) responden berpengetahuan baik, 25 orang (49%) responden berpengetahuan cukup, dan 17 orang (33,3%) responden berpengetahuan kurang. 277

Sebagian besar responden berpengetahuan cukup, disebabkan karena pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan, ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti media massa, hubungan sosial, dan pengalaman. Berkaitan dengan pengalaman, semakin tua usia seseorang, maka pengalaman akan semakin banyak sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi baik atau buruknya pengetahuan seseorang. Menurut Azwar (2005), sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengaruh emosional, pendidikan, faktor sosial dan ekonomi, kesiapan fisik, dan kesiapan jiwa/psikologis. Notoatmodjo (2007), menambahkan bahwa sikap dipengaruhi juga oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama. Sikap tentang HIV/AIDS Hasil penelitian terhadap sikap responden tentang HIV/AIDS, sebanyak 31 orang (60,8%) responden mempunyai sikap positif dan 20 orang (39,2%) responden bersikap negatif. Sikap responden merupakan gambaran yang menunjukan respon remaja komunitas anak jalanan terhadap pernyataan yang berkaitan dengan kecenderungan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Sikap responden banyak yang menjawab setuju jika informasi mengenai upaya pencegahan HIV/AIDS perlu diketahui oleh semua remaja, responden juga setuju bahwa hubungan seks pranikah dapat meningkatkan resiko tertular penyakit HIV/AIDS dan setia kepada pasangan yang sah dapat mencegah terjangkit HIV/AIDS. Banyak responden yang tidak setuju dengan pernyataan jika berteman dengan penderita HIV/AIDS maka bisa tertular, dan tidak perlu mengetahui tentang HIV/AIDS karena tidak memiliki resiko akan tertular HIV/AIDS. Sumber Informasi Hasil penelitian terhadap sumber informasi pada 51 orang remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin tahun 2016, hasilnya sebanyak 12 orang (23,5%) responden memiliki sumber informasi yang baik, 20 orang (39,2%) responden memiliki sumber informasi yang cukup, dan 19 orang (37,3%) responden yang memiliki sumber informasi yang kurang. Sumber informasi terbagi dalam 6 sumber dimana untuk kategori baik responden harus memiliki 4-6 sumber, kategori cukup dengan 3 sumber, dan untuk kategori kurang responden hanya memiliki 0-2 sumber informasi tentang HIV/AIDS. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai sumber maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuannya (Hendra 2008) 278

Upaya Pencegahan HIV/AIDS Hasil penelitian pada 51 orang remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan menggunakan kuesioner yang berisi 8 pernyataan diperoleh hasil bahwa sebanyak 29 orang (56,9 %) melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS dan sebanyak 22 orang (43,1 %) tidak melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Untuk upaya pencegahan terdapat 8 pernyataan yang diberikan peneliti kepada responden. Upaya pencegahan yang paling banyak dipilih oleh responden ialah tidak melakukan hubungan seks melalui dubur yaitu sebanyak 48 orang (94,1%) responden. HIV/AIDS tidak ditularkan melalui cairan tubuh seperti air mata, air liur, keringat, air seni, tinja, kontak pribadi (ciuman dibibir, pelukan, berjabat tangan, kontak sosial seharihari) (Yuliantini, 2012). HIV/AIDS ditularkan dengan cara terbatas antara lain kontak seksual, komponen darah, dan ibu yang mengandung kepada anak yang dikandungnya. HIV/AIDS hanya dapat ditemukan di darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV/AIDS (Noviana, 2013). Hasil Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value = 0,000 < α = 0,05 dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016. Sebagian besar responden yang berpengetahuan baik dan cukup melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan cukup umumnya mengetahui bagaimana cara agar tidak tertular virus HIV. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya pencegahan yang banyak dipilih oleh responden ialah tidak melakukan hubungan seks melalui dubur (anal), tidak menggunakan jarum suntik bergantian dengan teman, dan tidak menggunakan jasa wanita pekerja seks. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang cenderung memilih melakukan hubungan seks pranikah, tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, dan mentatto anggota badan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula upaya pencegahan yang dilakukan dan sebaliknya jika pengetahuannya kurang maka akan semakin buruk pula upaya pencegahan yang dilakukan. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan dapat menjadi acuan bagi seseorang untuk bersikap terhadap sesuatu. 279

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indratmoko (2013) dimana hasil penelitiannya ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Octavianty (2015) yang melakukan penelitian di Tanah Bumbu yaitu ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS. Hubungan Sikap dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Fisher s Exact diperoleh hasil p value = 0,000 < α = 0,05 dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin tahun 2016. Pembentukan perilaku didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif, dalam penentuan sikap yang baik, pengetahuan selalu memegang peranan (Notoatmodjo, 2007) penting. Sikap seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama serta faktor emosional. Kurangnya pengalaman seseorang cenderung akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap suatu objek. Orang yang dianggap penting merupakan salah satu faktor sosial yang mempengaruhi suatu sikap. Lingkungan termasuk kebudayaan mempengaruhi dalam pembentukan sikap seseorang. Media massa yang memberikan informasi dan pesan-pesan juga mempengaruhi dalam pembentukan sikap seseorang. Azwar (2005) Adanya ketidaksesuaian sikap terhadap upaya pencegahan HIV/AIDS disebabkan oleh pengetahuan tentang HIV/AIDS yang dimiliki seseorang tidak sejalan dengan sikapnya dan tidak ada upaya dalam mengubah tindakan atau tingkah laku yang ada pada dirinya. Meskipun responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap HIV/AIDS namun tidak menutup kemungkinan responden itu tidak melakukan upaya pencegahan HIV/ADS, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan bahaya HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan penelitian Indratmoko (2013) yang berdasarkan hasil penelitiannya ada hubungan sikap dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS. Hubungan Sumber Informasi dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan. Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil p value = 0,000 < α = 0,05 dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara sumber informasi dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja 2016. 280

Secara umum semua sumber informasi adalah suatu sumber pengetahuan dan belajar, karena dalam sumber informasi selalu terkandung hal-hal yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya saja itu semua tergantung pada kebutuhan belajar masing-masing individu dalam memanfaatkan sumber informasi yang ada sebagai sumber pengetahuan (Setiadji, 2011). Sumber informasi yang banyak akan memberikan masukan pengetahuan yang baik pula sehingga seseorang tahu akan bahaya dari HIV/AIDS dan akan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS. Sumber informasi yang cukup memberikan pengetahuan yang baik kepada seseorang namun meskipun pengetahuan yang baik tetapi seseorang cenderung tetap melakukan tindakan yang berpotensi membuatnya tertular HIV, hal ini disebabkan oleh tidak adanya kesadaran dan rasa takut akan terjangkit virus HIV/AIDS. Sumber informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pengetahuan yang rendah namun jika mendapatkan sumber informasi yang banyak dari berbagai sumber maka hal tersebut dapat menambah pengetahuan seseorang. UCAPAN TERIMAKASIH Saya sangat berterimakasih kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banjarmasin yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S., 2005. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2014. Laporan Data HIV/AIDS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2014. Banjarmasin : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Dinkes Prov Kalsel, 2015. Laporan Kasus HIV dan AIDS Triwulan IV Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Selatan. Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014. Statistik Kasus HIV/ AIDS di Indonesia. Hendra, AW., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. http://ajangberkarya.wordpress.co m/2008/06/07/konsep- Pengetahuan/ (diakses pada 20 Mei 2016). Indratmoko, Wahyu., 2013. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Diri Terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa-Siswi SMA Perkotaan Di Kabupaten Sragen. Artikel Publikasi Ilmiah Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. 281

Irsyad, C., 2014. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Kabupaten Kudus. Publikasi Ilmiah Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Surakarta: http://eprints.ums.ac.id/30523/1/a RTIKEL_PUBLIKASI.pdf (diakses pada 13 Mei 2016). Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Noviana, N., 2013. Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi & HIV-AIDS. Jakarta: Trans Info Media. Octavianty, Lenny., 2015. Pengetahuan, Sikap Dan Pencegahan HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin: http://journal.unnes.ac.id/nju/inde x.php/kemas (diakses pada 29 Mei 2016). Riskesdas. 2010. Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Septyanarindri, S., 2011. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Remaja dan Peran Guru bimbingan Konseling Dengan Upaya Tindakan Preventif HIV/AIDS Pada Remaja: http://repository.unej.ac.id/bitstream/handel/1 23456789/3328/Syahvir Setiadji, A., 2011. Sumber Informasi: http://cahyo-andis.blog.ugm.ac.id/2011/10/01/sum ber-informasi/ (diakses pada 22 Mei 2016). Yuliantini, H., 2012. Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA X di Jakarta Timur. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digit al20312663-s%2043157- Tingkat%20Pengetahuanfull%20text.pdf ( diakses pada 13 Mei 2016) 282