BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan istilahnya, mikroenkapsulasi berarti suatu teknik enkapsulasi untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zingiber officinale yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu singibera yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. selama penyimpanan (teroksidasinya senyawa fenol, perubahan warna), kurang praktis dalam penanganan, distribusi dan aplikasinya.

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara penghasil rempah-rempah, yang juga

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Kelor (Moringa Oleifera L) merupakan tanaman asli kaki bukit selatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efek sebagai antioksidan sedang berkembang pesat saat ini. Efek

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

TEKNOLOGI ENKAPSULASI FLAVOR REMPAH-REMPAH. Ir. Sutrisno Koswara, MSi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengolahan minimal (minimal processing) pada buah dan sayur

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

ion dari dua zat atau lebih. Pelarut etanol akan melarutkan senyawa polar yang

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Waktu dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diseduh dengan air panas (Wulandari, 2014). Di Payaukumbuh Sumatra Barat

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mikroenkapsulasi Mikroenkapsulasi bukan ide yang baru namun suatu teknologi yang sudah digunakan sejak kurang lebih 50 tahun di bidang farmasi, nutrisi dan biologi. Berdasarkan istilahnya, mikroenkapsulasi berarti suatu teknik enkapsulasi untuk melindungi komponen fungsional menggunakan material yang memiliki sifat barrier tinggiuntuk menghasilkan mikrokapsul dengan ukuran 1-200 μm (Champagne dan Fustier, 2007). Zat atau senyawa yang terkurung dalam mikrokapsul disebut sebagai inti (Core) dan dapat bersifat hidrofilik atau hidrofobik sedangkan dinding penyalutnya disebut skin, shell atau film pelindung. Mikrokapsul dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu matriks, polycore dan monocore. Mikrokapsul matriks, partikel-partikel aktif saling terintegrasi dalam matriks bahan penyalut. Mikrokapsul polycore memiliki beberapa ruang partikel (core) namun ukurannya berbeda-beda yang dilapisi dinding penyalut sedangkan mikrokapsul monocore mempunyai ruang partikel tunggal (Pahlevi et al., 2008). Tujuan dari proses mikroenkapsulasi yaitu untuk meningkatkan kestabilan dan daya larut suatu bahan, untuk mengendalikan pelepasan senyawa aktif, untuk menghasilkan partikel-partikel padatan yang dilapisi oleh bahan penyalut tertentu dan meminimalisir kehilangan nutrisi. Prinsip mikroenkapsulasi yaitu pencampuran antara fase air, fase zat inti dan fase bahan penyalut sampai terbentuk emulsi yang stabil kemudian proses penempelan bahan penyalut pada

5 permukaan bahan inti dan proses pengecilan ukuran partikel (Dubey et al., 2009). Teknik mikroenkapsulasi dapat menggunakan berbagai cara yaitu pembentukan polimer dengan reaksi kimia, spray drying, tray drying, coextrusion, layer by layer deposition, coating dan sebagainya. Kelebihan dari teknik mikroenkapsulasi ini yaitu masa simpan yang cukup lama, praktis untuk di campurkan dengan bahan lain, memiliki kadar air rendah sehingga terhindar dari pertumbuhan jamur penyebab kerusakan. Namun, kekurangan dari teknik mikroenkapsulasi ini adalah proses yang cukup rumit dan biaya yang relatif mahal serta penampakan flavor yang sedikit berbeda dari bahan alaminya (Champagne dan Fustier, 2007). Proses atau teknik mikroenkapsulasi dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti industri makanan, industri minuman dan bidang farmasi. Proses enkapsulasi juga dapat diterapkan untuk berbagai jenis flavor alami seperti minyak atsiri dan oleoresin atapun flavor sintetik. 2.2. Bahan Penyalut Bahan utama dalam proses enkapsulasi adalah bahan inti dan bahan penyalut. Bahan inti adalah bahan yang akan disalut sedangkan bahan penyalut adalah bahan yang digunakan untuk menyalut bahan inti. Syarat yang harus dimiliki bahan penyalut adalah dapat bercampur dengan bahan inti, inert terhadap bahan inti, dapat membentuk lapisan di sekitar bahan inti. fleksibel, kuat selama proses penyalutan agar tidak terjadi kerusakandan menghasilkan lapisan salut yang relatif tipis (Augustin dan Sanguansri, 2008). Bahan penyalut dapat menggunakan berbagai jenis macam bahan seperti protein, selulosa, pati, gum dan

6 lemak. Namun, bahan yang mudah didapat dan ditemukan serta harganya yang relatif terjangkau adalah pati dan CMC. Pati singkong atau yang lebih dikenal dengan nama pati tapioka (tepung kanji) merupakan bahan yang berasal dari ubi kayu yang diproses dengan cara ekstraksi dan pengeringan. Pati singkong seperti pati pada umumnya dan tergolong molekul polisakarida serta memiliki rantai amilosa dan amilopektin (Winarno,2004). Pati tapioka memiliki kelebihan untuk dimanfaatkan dalam industri pangan, diantaranya sebagai bahan pembentuk edible film, sebagai bahan pengikat, sebagai pengental, sebagai bahan penstabil dan sebagainya.namun, kekurangan dari pati yaitu mempunyai sifat fisik berupa kestabilan yang rendah, retrogradasi (kristalisasi),kurang larut dalam air dingin dan ketahanan pasta yang rendah (Ojinnaka, 2009). Carboxy Methyl Cellulose(CMC) adalah polisakarida anionik linear yang larut dalam air dan diproses dengan teknik kimia. Bubuk CMC berwarna putih sampai putih kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Struktur CMC merupakan rantai polimer yang terdiri dari unit molekul selulosa. CMC dalam produk makanan berperan sebagai pengikat air dan pembentuk gel yang akan menghasilkan tekstur produk pangan yang lebih baik. CMC dapat membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas sehingga partikel-partikel yang tersuspensi akan tertangkap dalam sistem tersebut dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Rini et al., 2012).

7 2.3. Daun Jahe Merah Jahe merah memiliki nama ilmiah Zingiber officinale var.rubrum dan termasuk dalam divisi Pteridophyta atau dapat disebut sebagai tanaman pakupakuan. Hal tersebut dikarenakan tanaman jahe merah memiliki rimpang dan daun sejati. Morfologi jahe merah memiliki lebar daun yang sempit dan memanjang. Panjang daunnya sekitar 15 25 cm sedangkan lebarnya hanya berkisar 2 3 cm (Hesti et al., 2013). Pemanfaatan daun jahe merah biasanya digunakan sebagai penambah citarasa pada masakan dan obat tradisional sehingga masih sangat sedikit penelitian yang menganalisis antioksidan dan total fenol pada daun jahe yang dapat digunakan di segala bidang (Chan et al., 2009). Daun jahe memiliki kandungan senyawa kimia dan senyawa aktif yang bermanfaat dalam bidang pangan dan kesehatan seperti senyawa antikanker antioksidan dan antibakteri (Choon et al.,2016). Senyawa tersebut antara lain flavonoid (rutin, kaemferol 3-O-rutinoside, kaemferol 3-O-glucuronide, katekin, epikatekin), asam fenolik, labdane-type diterpene, fenilbutanoid, kava piron, asam ferulat, asam p-hidroksibenzoat, steroidal glikosida asam kafeoilkuinat dan asam klorogenat (Chan et al.,2011). Total fenolik dan flavonoid yang terdapat pada ekstrak methanol 50 ml pada daun jahe lebih tinggi daripada rimpangnya yang masing-masing nilainya adalah 36 mg/g dan 6 mg/g pada daun sedangkan pada rimpang memiliki kandungan nilai masing-masing sebanyak 11,5 mg/g dan 3,8 mg/g dari bahan keringnya (Ghasemzadeh et al., 2010).

8 2.4. Sifat Fisik Mikrokapsul Sifat fisik mikrokapsul merupakan salah satu aspek penilaian dalam menentukan baik atau tidaknya kualitas mikrokapsul yang dihasilkan. Sifat fisik mikrokapsul dipengaruhi oleh komposisi bahan penyalut serta sifat pembawa dari masing-masing bahan penyalut yang digunakan dalam proses pembuatan mikrokapsul. Sifat fisik mikrokapsul meliputi nilai rendemen, kadar air dan kelarutan dalam air. Rendemen mikrokapsul adalah perolehan produk hasil proses enkapsulasi keseluruhan yang dihitung berdasarkan rasio antara bobot produk mikrokapsul yang diperoleh dengan bobot total bahan padatan (bahan pengkapsul dan bahan inti) dan dinyatakan dalam persentase (Purnomo et al., 2014). Perhitungan rendemen digunakan untuk mengetahui jumlah bahan yang terbuang selama proses enkapsulasi baik dari proses ekstraksi, emulsifikasi sampai pengeringan. Menurut (Selawa et al., 2013), perhitungan rendemen untuk mengetahui keefektifan dari metode yang digunakan dalam proses enkapsulasi. Selain itu, rasio bahan penyalut dan bahan inti, sifat dari bahan penyalut, metode enkapsulasi yang digunakan juga akan mempengaruhi rendemen. Persentase rendemen mikrokapsul minyak sawit dengan bahan penyalut gum arab dan CMC menggunakan metode koaservasi dan spray drying pada penelitian (Irene, 2013) sebesar 20 30%. Kadar air merupakan parameter penentu mutu atau kualitas suatu bahan dan produk. Kadar air pada simplisia daun jahe menentukan tingkat keamanan untuk selama penyimpanan sedangkan dalam produk, kadar air menentukan

9 tingkat keamanan proses pengolahan dan pendistribusian. Pengukuran kadar air simplisia daun jahe dan mikrokapsul esktrak daun jahe diukur dengan metode pengeringan dimana oven sebagai alat utamanya. Kadar air simplisia dan produk diusahakan mencapai <7% dikarenakan untuk meminimalisir kontaminasi jamur selama penyimpanan. Kadar air pada mikrokapsul minyak atsiri lengkuas yang di enkapsulasi dengan metode spray drying dan bahan penyalut maltodekstrin memiliki nilai kisaran 2 6 % (Supriyadi dan Rujita, 2013). Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat tertentu untuk larut dalam zat terlarut (solvent) yang biasanya dinyatakan dalam persentase.kelarutan merupakan parameter yang penting karena berkaitan dengan pengaplikasian produk. Semakin baik kelarutan produk maka akan mempermudah penggunaan produk saat aplikasi. Semakin tinggi nilai kelarutannya maka semakin baik tingkat kelarutan produk tersebut.tinggi rendahnya kelarutan umumnya dipengaruhi oleh rasio bahan penyalut dan sifat kelarutan bahan penyalut (Nurlaili et al., 2014). 2.5. Kandungan Kimia Mikrokapsul Sifat kimia merupakan sifat suatu zat yang dapat berkaitan dengan terbentuknya zat baru. Antioksidan merupakan substansi penting yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredamnya. Antioksidan adalah suatu inhibitor dari proses oksidasi pada konsentrasi yang relatif kecil yang memiliki peran fisiologis yang beragam dalam tubuh (Kumar et al., 2011). Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai mampu menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis,

10 dan lain-lain.konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status immunologi dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin aromatik dengan satu atau 2 gugus hidroksil. Fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fenol sederhana dan polifenol. Contoh fenol sederhana yaitu orsinol, 4-metilresolsinol, 2- metilresolsinol, resolsinol, katekol, hidrokuinon, pirogalol, dan floroglusinol. Contoh polifenol adalah lignin, melanin, dan tanin (Apak et al., 2007). Senyawa fenol merupakan senyawa yang cenderung larut dalam air dan pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton dan lain-lain (Susanti et al., 2014).