BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

HUBUNGAN TINGKAT ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI KELURAHAN KARANGASEM KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Infodatin,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

WIJI LESTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) - manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PEANDAHULUAN UKDW. di daerah perdesaan sebanyak jiwa (50,21 %). (BPS, 2010). Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosial ekonomi berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini jumlah penduduk dunia berusia 60 tahun keatas lebih dari 800 juta, proyeksi menunjukkan bahwa angka ini akan meningkat menjadi lebih dari dua milyar pada tahun 2025 (WHO, 2013). Indonesia termasuk salah satu negara yang jumlah penduduk lansianya bertambah paling cepat di Asia Tenggara. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia diperkirakan terus meningkat sekitar 450.000 jiwa per tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah lanjut usia mencapai 20,24 juta jiwa atau 8,03%. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah lanjut usia mencapai 24,4 juta jiwa atau 10%. Dan pada tahun 2020 diprediksikan mencapai 28,8 juta jiwa atau 11,34% (BPS, 2015). Berdasarkan sumber dari pusat data dan informasi, Kemenkes RI tahun 2015, Provinsi Jawa Tengah menempati urutan terbesar kedua setelah Provinsi Yogyakarta dengan presentase 11,8% lanjut usia. Jumlah penduduk lansia yang berusia diatas 60 tahun di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke 1

2 tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 2.366.934 jiwa (Kemenkes RI, 2015). Meningkatnya jumlah lansia tersebut diiringi dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Proses degeneratif pada lansia meyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan tidur yaitu penurunan kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan ketidak mampuan dalam mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang efektif (Kozier, 2011). Menurunnya kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, terbangun lebih awal dan kesulitan untuk kembali tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh pada lansia. Penurunan fungsi neurontransmiter menyebabkan menurunnya produksi hormon melatonin yang berpengaruh terhadap perubahan irama sirkadian, sehingga lansia akan mengalami penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM, bahkan hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley,2006) Menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres, konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, kemampuan membuat keputusan (Potter & Perry, 2009). Dampak lebih lanjut dari penurunan kualitas ini menyebabkan menurunnya

3 kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas tidur pada lansia (Lo & Le, 2012). Berdasarkan hasil sensus American community survey didapatkan bahwa lansia berusia lebih dari 60 tahun memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari hari sebanyak 28% (Administration on Aging, 2013). Penyebab keterbatasan dalam melakukan Activity of Daily Living (ADL) pada lanjut usia adalah penuaan dan kondisi fisik misalnya penyakit kronik yang menyebabkan lansia menjadi tersiksa. Kemampuan fisik yang menurun juga menyebabkan perubahan kualitas tidur pada lansia (Putra, 2011). Aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL) dan istirahat keduanya berjalan beriringan oleh karena itu jika suatu aktivitas terganggu akan mempengaruhi periode istirahat sehingga akan menyebabkan terjadinya gangguan tidur (Sharma, et.al 2015). Gangguan tidur pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Masalah tidur yang sering dialami lanjut usia ini adalah sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan merasa tidak segar saat terbangun dari tidur (word, 2008). Seiring dengan bertambahnya usia menyebabkan Kualitas tidur pada lansia menjadi buruk, kekurangan tidur pada lanjut usia memberikan pengaruh terhadap fisik, kemampuan kognitif dan juga kualitas hidup (Daglar, et.al 2012). Kualitas tidur adalah salah satu yang paling sering dikeluhankan pada orang dewasa yang lebih tua yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sehari-hari. Dalam penelitian yang dilakukan

4 oleh Khasana dan Hidayati (2012) pada lanjut usia di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri menemukan bahwa dari 97 subjek penelitian, 68 subjek penelitian (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk. Berdasarkan data dari kelurahan Karangasem kecamatan Laweyan Surakarta, kelurahan Karangasem ini terdapat 9 RW (Rukun Warga) dengan jumlah lansia diatas 60 tahun sebanyak 737 orang. Peneliti memperoleh data bahwa diwilayah ini banyak lansia mengalami masalah kesehatan seperti penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), rematik, diabetes mellitus, penyakit pernafasan, dan juga penyakit lainnya. sehingga menyebabkan tergangguanya Activity of Daily Living (ADL), tetapi masih ada yang melakukan kegiatan sehari-harinya dengan mandiri, ada yang dibantu bahkan ada yang total tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari karena penyakit fisiknya. Dari hasil wawancara terhadap lanjut usia di desa Karangasem kecamatan Laweyan di dapatkan bahwa mereka yang mengalami penurunan Activity of Daily Living (ADL) mengeluh kesulitan untuk memulai tidur malam, sering bangun dan kesulitan untuk mulai tidur kembali. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan tingkat Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Karangasem kecamatan Laweyan Surakarta. B. Rumusan Masalah Penurunan kondisi fisik pada lansia akan mempengaruhi masalah kesehatan terutama masalah fisik seperti penyakit kronik yang dideritanya,

5 sehingga dapat menyebabkan tergangguanya Activity of Daily Living (ADL) dan perubahan kualitas tidur. Aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL) dan istirahat keduanya berjalan beriringan oleh karena itu jika suatu aktivitas terganggu akan mempengaruhi periode istirahat sehingga akan menyebabkan terjadinya gangguan tidur. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Karangasem Kecematan Laweyan Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat Activity of Daily Living (ADL) pada lansia di Kelurahan Karang Asem Kecematan Laweyan Surakarta b. Untuk mengatahui kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Karangasem Kecematan Laweyan Surakarta c. Untuk mengetahui hubungan tingkat Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Karangasem Kecematan Laweyan Surakarta.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam metodelogi penelitian dan masalah-masalah pada lansia khususnya Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur. 2. Bagi institusi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang hubungan tingkat Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur pada lansia, dan dapat dibuat pengembangan keilmuan keperawatan tentang asuhan keperawatan bagi lansia yang mengalami gangguan kualitas tidur. 3. Bagi tempat peneliti Sebagai bahan informasi dan masukan data mengenai status kesehatan pada lanjut usia di Kelurahan Karangasem kecamatan Lawean Surakarta. E. Keaslian Dalam Penelitian sebelumnya ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Yaitu penelitian yang diteliti oleh: 1. Ahmad Fakihan. 2016. Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lanjut usia. Jenis penelitian adalah observasiaonal dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di posyandu lansia kelurahan Gonilan. Populasi yang digunakan adalah lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia di kelurahan gonilan. Jumlah responden

7 penelitian sebanyak 83 lanjut usia. Teknik pengambilan sample secara purposive sampling. Hasil dalam penelitian menunjukkan 45 subyek (54,2%) mempunyai aktivitas fisik katagori aktif dan 38 subyek (45,8%) melakukan aktivitas fisik dengan kategori tidak aktif. Sebanyak 44 subyek (53,0%) mempunyai kualitas tidur yang segar, 39 subyek (47,0%) mempunyai kualitas tidur yang tidak segar.hasil analisis Chi Squere diperoleh nilai p=0,007 (p<0,05) ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur. Perbedaan pada penelitian ini adalah variabel bebas, tempat penelitian, jumlah sampel, dan uji yang digunakan. 2. Azmi Hanifa. 2016. Hubungan kualitas tidur dan fungsi kognitif pada lanjut usia dipanti sosial Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Jumlah responden penelitian sebanyak 31 lanjut usia. Teknik pengambilan sample secara purposive sampling. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 30 responden (96,8%) dari jumlah keseluruhan 31 responden sebanyak 25 orang (80,6%) memiliki fungsi kognitif yang baik. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji Fisher Exact Test. Setelah dilakukan analisis diperoleh p.value sebesar 1,000 atau lebih besar dari derajat kepercayaan (ɑ=0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

8 antara kualitas tidur dengan funsi kognitif. Perbedaan pada penelitian ini adalah variabel, uji penelitian, tempat, dan jumlah sampel.