BAB I PENDAHULUAN. bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia yakni al-qur'an dan al-hadits yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia mengalami. perkembangan yang sangat cepat. Era ini memiliki potensi untuk ikut

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan. siswa memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan akhlak mulia bukanlah menjadi tugas semata-mata dari

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan. baru seperti internet, media elektronik, media cetak dan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yakni Al-Qur`an dan Hadits yang di dalamnya. Akhlak dalam Islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN. emosional, responbilitas (tanggung jawab) dan sosiabilitas. 1

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dan lebih maju dalam bidang IPTEK dan sains, dengan perbagai cara berhasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Zemool, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1991), hlm. 64. Nasional. 1 Mahmud Ahmad Sayyed, Mendidik Generasi Qur any, Terj. S. A.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pembangunan bangsa. Karakter suatu bangsa dibangun melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan juga sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik menyangkut aspek ruhaniyah dan jasmaniyah. Tidak heran bila suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan jiwa manusia, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses ke arah tujuan akhir perkembangan kepribadian manusia sebagai bagian dari pembentukan kepribadian manusia, pendidikan menjadi amat penting dalam mengelola kematangan dan jiwa mental seseorang ketika menghadapi benturan dan tantangan yang datang dari luar. 1 Dalam ajaran Islam pendidikan untuk membina kepribadian dan pembentukan karakter kepada generasi muda sangat dibutuhkan karena sebagai generasi penerus yang nantinya akan memegang masa depan bangsa dan agama, yaitu generasi yang mempunyai kualitas intelektual yang tinggi disertai dengan karakter yang baik atau Islam menyebutnya sebagai akhlakul karimah, maka dari itu pendidikan dan pembinaan kepribadian generasi muda 1 Muhammad Takdir Illahi, Revialisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: AR-RUZ MEDIA, 2012), hal. 25. 1

2 merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat sosial, dan masyarakat sekolah. Dalam lingkungan keluarga, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina kepribadian dan membentuk karakter generasi bangsa, khususnya anak-anak mereka, dalam lingkungan sosial masyarakat juga mempunyai andil dalam membina kepribadian dan membentuk karakter generasi muda, sedangkan dalam lingkungan sekolah, guru yang mempunyai tugas dan wewenang dalam membina dan membentuk karakter siswa, yaitu karakter yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT. Dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa-siswanya di sekolah, guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab dalam mendidik dan mengajar, membantu anak dalam mencapai kedewasaan. 2 Pada dasarnya kepribadian atau karakter seseorang bukan terjadi secara serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah karakter seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam membentuk karakter manusia itu. 3 Kenyataan tersebut memberikan peluang bagi seorang guru untuk memberikan perannya dalam usaha membentuk karakter siswa. Guru adalah orang 2 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.62. 3 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1992), hal 186.

3 dewasa yang bertanggung jawab untuk memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaannya, kemampuan diri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, serta mampu melaksanakannya tugas sebagai makhuk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri. 4 Berbicara tentang kepribadian dalam konteks ini barangkali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, kerabat, dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, sopan santun dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan batin. Kemudian ciri khas dari tingkah laku tersebut dapat dipertahankan sebagai kedewasaan yang tidak dapat dipengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan dengan sikap yang dimiliki. Ciri khas tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah terbentuk sebagai kebiasaan dalam waktu yang lama. Selain itu sebagai individu setiap muslim memiliki latar belakang pembawaan yang berbeda-beda. Perbedaan individu ini diharapkan tidak akan mempengaruhi perbedaan yang akan menjadi kendala dalam pembentukan kebiasaan ciri khas secara umum. 5 Seorang guru harus memenuhi berbagai persyaratan baik secara fisik, psikis, mental, moral maupun intelektual yang secara ideal supaya kelak mampu menunaikan tugasnya dengan baik, sehingga guru sebagai pendidik dan pengajar 4 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Kencana Predana Media,2006), hal.87. 5 Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam, (Konsep dan Perkembangan Pemikirannya),(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1994), hal.92.

4 mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam membentuk pribadi dan karakter siswanya terutama dalam pendidikan yang diarahkan agar setiap siswanya menjadi manusia yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, serta mampu membangun dirinya dan berperan aktif dalm pembangunan bangsa. Seorang guru adalah sumber keteladanan, sebuah pribadi yang penuh dengan contoh dan teladan bagi murid-muridnya. Guru pendidikan agama Islam diharapkan mampu menjadi suri tauladan yang baik. Dalam al-qur an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah, metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak Allah SWT telah menunjukkan bahwa contoh keteladanan dari kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah mengandung nilai-nilai pedagogis bagi manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab; Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21) Di dalam mata pelajaran aqidah akhlak, pada dasarnya telah terdapat rumusan pendidikan karakter, yakni dengan istilah pembentukan budi pekerti atau akhlak yang mulia. Pembentukan budi pekerti/akhlak yang mulia adalah tujuan utama dari pendidikan Islam. Ulama dan sarjana-sarjana Muslim dengan penuh perhatian telah berusaha menanamkan akhlak yang mulia meresapkan fadhilah di dalam jiwa para muridnya, membiasakan mereka berpegang teguh kepada akhlakul karimah dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara rohaniah

5 dan insaniah (prikemanusiaan) serta menggunakan waktu buat belajar ilmu-ilmu duniawi dan ilmu keagamaan, tanpa memandang kepada keuntungan-keuntungan materi semata. 6 Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab jama dari bentuk mufrodatnya khulqun yang artinya budi pekerti, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak adalah tata aturan perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan alam semesta. Akhlak adalah sama artinya dengan istilah tingkah laku atau kepribadian. Akhlak merupakan suatu sifat yang penting bagi kehidupan manusia. Akhlak akan terbawa dalam kepribadian seseorang, baik sebagai individu, masyarakat, maupun sebagai bangsa. Sebab kejatuhan, kejayaan, kesejahteraan dan kerusakan suatu bangsa tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka akan sejahtera lahir batinnya, tetapi apabila akhlaknya buruk, maka akan rusaklah lahir batinnya. 7 Akidah merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih(ibadah, muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari keimanan dan keyakinan hidup. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Hal itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, ilmu 6 M. Athiyah al-abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, Cet.ke-4, 1970), hal. 10. 7 Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam, 1996), hal.11.

6 pengetahuan dan teknologi olahraga/kesehatan dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Pendidikan Akidah akhlak di Madrasah memiliki karakteristik sebagai berikut: Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma al-husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menghiasi diri dengan akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela (mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak alkarimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat, dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantispasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Pentingnya Mata pelajaran Akidah Akhlak bagi peserta didik yaitu: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

7 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalm kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 8 Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, manusia itu pada dasarnya memiliki akhlak islami. Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. 9 Konsep utama dari pendidikan karakter sebenarnya adalah lebih mengutamakan pada pembentukan akhlak yang mulia dari seorang manusia. Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. 10 Pondok Darul Islah didirikan pada tahun 1961 di daerah kimbang luar wilayah Narathiwat Thailand Selatan, dalam perjalanannya saat ini Pondok Darul Islah mempunyai banyak kendala dan tantangan, salah satu tantangannya adalah kenakalan remaja yang banyak terjadi pada masa kini dan yang menarik adalah bahwa orang tua santri terkesan mempercayakan sepenuhnya pendidikan putraputri mereka di pondok ini tanpa melibatkan peran serta mereka sebagai orang tua. Dengan demikian, menjadi tugas penting bagi para guru khususnya Guru Aqidah Akhlak untuk memenuhi tantangan dalam memberikan teladan akhlakul karimah serta memastikan para santri menerapkannya di pondok maupun di rumahnya. 8 INDONESIA, KEMENTRIAN AGAMA, Akidah Akhlak Buku Guru/Kementrian Agama, (Jakarta: Kementerian Agama, 2004) hal.xii-xiii. 9 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal.147. 10 Ibid., hal.158.

8 Berdasarkan uraian di atas secara singkat bahwa peran Guru Aqidah Akhlak sangatlah penting dalam membentuk akhlak peserta didiknya. Karena selain memberikan materi pembelajaran yang berkaitan dengan akhlak, mereka juga berperan sebagai model serta teladan dalam pengamalan akhlakul karimah pada peserta didiknya. Selain itu, peneliti melakukan penelitiannya di Negara Thailand tepatnya di Pondok Darul Islah di kota Narathiwat. Hal ini menjadi tanda tanya pada diri peneliti, bagaimana peran Guru Aqidah Akhlak di Pondok Darul Islah tersebut dalam pembentukan akhlakul karimah santri. Maka dari itu penulis amat tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan. B. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu peran Guru Aqidah Akhlak yang bukan hanya sebagai guru mata pelajaran aqidah akhlak, tapi juga sebagai teladan kepada peserta didik dalam pembentukan akhlakul karimah. Maka penulis dapat merumuskan permasalahan-permasalahan yang muncul antara lain: 1. Bagaimana Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Sopan Santun Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan? 2. Bagaimana Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Kejujuran Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan? 3. Bagaimana Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Tanggung jawab Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan?

9 C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini sangat perlu menentukan tujuan, karena setiap pekerjaan yang tidak ditentukan tujuannya tidak akan mencapai sasaran yang tepat dan jelas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Sopan Santun Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan. 2. Mengetahui Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Kejujuran Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan. 3. Mengetahui Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Tanggung jawab Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Guna hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi khazanah keilmuan integrasi ilmu dan agama khususnya dalam lembaga pendidikan Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan. b. Guna dijadikan salah satu sumbangsih teoritis terhadap pengayaan pemikiran pendidikan Islam yang berkembang selama ini, dengan melakukan deskripsi, inventarisasi, sintesis, dan konstruksi mengenai pemikiran kependidikan Islam yang dicetuskan. c. Memberikan kontribusi pemikiran bagi seluruh pemikir keintelektualan dunia pendidikan Islam sehingga bisa memberikan gambaran ide bagi para pemikir pemula.

10 2. Secara Praktis a. Bagi Pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memahami strategi pembelajaran aqidah akhlak yang bisa mendukung pembentukan akhlakul karimah santri sebagai peran Guru Aqidah Akhlak dalam pembentukan akhlakul karimah santri Pondok Darul Islah. Selain itu, membantu dalam pencapaian tujuan pembentukan akhlakul karimah santri di Pondok Darul Islah serta meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesi sebagai guru. b. Bagi Siswa Memberikan motivasi bahwa belajar aqidah akhlak dengan menerapkan akhlakul karimah itu menyenangkan karena langsung mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi Sekolah Sebagai masukan yang konstruktif dalam mengelola program pendidikan akhlakul karimah di sekolah dan menjadi bahan sekaligus referensi bagi kepala sekolah dalam mengembangkan pendidikan akhlakul karimah di sekolah. d. Bagi Peneliti Untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam dunia pendidikan yang sangat penting dan berguna sebagai calon tenaga kependidikan.

11 E. Penegasan Istilah Judul skripsi ini adalah peran Guru Aqidah Akhlak dalam pembentukan akhlakul karimah di Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan. Untuk menghindari kesalahan dalam memahaminya perlu dikemukakan penegasan istilah yang terkandung didalamnya: 1. Secara Konseptual a. Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa. 11 b. Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawabnya pendidikan yang telah dipikul dipundak para orang tua. 12 c. Akhlakul Karimah ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) juga bisa dinamakan (fadilah). 13 Akhlakul Karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur an dan Al-Hadits. 14 Jadi Akhlakul Karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. 15 2. Secara Operasional Peran Guru Aqidah Akhlak dalam pembentukan akhlakul karimah santri di Pondok Darul Islah Narathiwat adalah wujud usaha Guru Aqidah Akhlak dalam mempersiapkan kualitas kepribadian santri yakni 11 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal.751. 12 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 39. 13 Atang Abdl Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hal. 200. 14 Hamzah Ya qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1983), hal.62. 15 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, AlIslam 2: Muamalah dan Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 78.

12 terwujudnya santri yang mempunyai pendidikan akhlak yang berkualitas serta mempunyai moral budi pekerti dan akhlak yang terpuji yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pada dasarnya ada banyak sikap atau perilaku yang termasuk Akhlakul Karimah, namun disini penulis mengkaji hanya beberapa sikap dari Akhlakul Karimah yang dibentuk oleh Guru Akidah Akhlak kepada santri yaitu sikap sopan santun, kejujuran dan tanggung jawab. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah pemahaman yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang jelas. Pembahasan dalam skripsi yang berjudul Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Santri Pondok Darul Islah Narathiwat Thailand Selatan ini nantinya dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Bagian Awal yang terdiri dari: (1) halaman sampul depan, (2) halaman judul, (3) halaman persetujuan, (4) halaman pengesahan, (5) halaman kata pengantar, (6) halaman daftar isi, (7) halaman daftar tabel, (8) halaman daftar gambar, (9) halaman daftar lampiran, (10) halaman pedoman transliterasi, (11) halaman abstrak. Selanjutnya Bagian Utama yaitu: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: (a) konteks masalah/ latar belakang masalah, (b) fokus masalah/ rumusan masalah,(c) tujuan penelitian, (d) batasan masalah, (e) kegunaan/ manfaat hasil penelitian, (f) definisi istilah, (g) sistematika pembahasan. Kemudian dilanjutkan pada Bab II Yang berisi Kajian Pustaka, yang terdiri dari (a) kajian

13 fokus pertama, (b) kajian fokus kedua dan seterusnya, (c) hasil penelitian terdahulu, (d) kerangka berfikir teoritis/ paradigma. Setelah selesai maka dilanjutkan pada Bab III yang berisi Metode Penelitian, terdiri dari, (a) pendekatan dan jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) data dan sumber data, (e) teknik pengumpulan data, (f) teknik analisis data, (g) pengecekan keabsahan data, (h) tahap-tahap penelitian. Kemudian dilanjutkan pada Bab IV yang didalamnya terdapat Hasil Penelitian yang terdiri dari (a) paparan data, (b) temuan penelitian, (c) analisis data. Selanjutnya Bab V yang berisi Pembahasan temuan penelitian. Dan Bab VI sebagai Penutup, terdiri dari (a) kesimpulan, (b) saran-saran. Dan yang terakhir pada Bagian Akhir yang terdiri dari: (a) daftar rujukan (b) lampiran-lampiran, (c) pernyataan keaslian tulisan/ skripsi, (d) daftar riwayat hidup.