PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH IPA KELAS V

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SDN 1 BITERA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN SATUA BALI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SQ3R UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI

Jln. Kalimantan 37, Jember

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING BOLA VOLI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PRESTASI BELAJAR IPA KELAS V

PENERAPAN TEKNIK INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA KELAS IV

PENERAPAN MODEL GI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA X2 SMA NEGERI 4 SINGARAJA

E_journal Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 6, No.3, Tahun 2016)

IMPLEMENTASI TEKNIK TSTS PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS SISWA KELAS IV SD NO. 4 TEGALLINGGAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

ARTIKEL PENELITIAN. oleh. RiaParamita NPM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VB SD NO. 2 DALUNG

PENERAPAN SAINTIFIK BERBASIS LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 3, Nomor 3, Juli 2014 ISSN

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Jurusan Pedidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya )

ARTIKEL SKRIPSI OLEH AYU LESTARI NIM JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PENERAPAN TIME TOKEN ARENDS BERBANTUAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KELAS V

ARTIKEL PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn

ARTIKEL MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING SEPAK BOLA. Oleh I Made Dwi Ariyuda NIM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

Fika Yunifa Efrianingrum, Triwahyudianto, Rofi ul Huda Universitas Kanjuruhan Malang

APPLICATION OF TWO TYPES OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TWO STAY TO STRAY TO IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES IPS PGSD UNIMED

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

ARTIKEL IMPLEMENTASI KOOPERATIF GI MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAK BOLA. Oleh I Putu Pranatha NIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPA

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

ARTIKEL SKRIPSI OLEH NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

Pendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

PENERAPAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DI SD

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

Rosdiani SMA Negeri I Sigli Jl. Banda Aceh-Medan, Tijue Kabupaten Pidie Abstrak

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

Kata-kata Kunci: TGT, aktivitas, hasil belajar,lompat jauh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

ARTIKEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING SEPAKBOLA. Oleh Made Arya Sudita NIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT BERBANTUAN MEDIA MICE TARGET BOARD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Putri et al., Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual...

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

Abstrak. Kata Kunci : menyimak wawancara, model think pair share, penerapan model think pair share, peningkatan kemampuan menyimak wawancara.

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

Sitti Rosida 1 Syarif Ibnu Rusydi, S.S 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

Joyful Learning Journal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MELALUI PERCOBAAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI

Ira Budayani Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN METODE BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH IPA KELAS V Ni Kd. Wangi 1, I Nym. Murda 2, Pt. Nanci Riastini 3 123 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail: nikadekwangi@yahoo.com 1, Nyomanmurda@yahoo.co.id 2, chem_currie@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat rendah pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 1 Keliki. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap Siklus terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan observasi/evaluasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes. Data dianalisis untuk menentukan mean dan persentase mean. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I pertemuan I, keaktifan siswa sebesar 57,50% dan pada pertemuan II sebesar 68,16% pada katagori sedang. Kemudian pada siklus II pertemuan I, keaktifan siswa sebesar 73,41% dan pertemuan II sebesar 84,83% pada katagori baik. Berikutnya, hasil analisis data kemampuan berpikir tingkat rendah siswa pada siklus I sebesar 66,30% pada katagori sedang dan pada siklus II mencapai 85,00% pada katagori baik. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat rendah siswa kelas V SDN 1 Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 meningkat melalui penerapan model pembelajaran two stay two stray. Kata Kunci: Two Stay Two Stray, Keaktifan, Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah. ABSTRACT The aims of the study were to enhance the liveliness and lower order thinking skills in the learning sciences of students grade V SDN 1 Keliki. This study is classroom action research that implemented in two cycles. Each cycle consist of action plan, implementation of observation/evaluation, and reflection. The data collection was used observation and test sheets.the data were analyzed to determine the mean and the percentage of mean. The analysis results of the data indicates enhancement of liveliness and lower order thinking skills from the first (I) to second (II) cycles. In the first cycle, the liveliness of the students was 57.50% in the first meeting (I) and 68.16% in the second meeting (II) on medium category. From the second cycle, the liveliness of the students was 73.41% in the first meeting and 84.83% in the second meeting on high category. The analysis results of the lower order thinking skills data of students in the first cycle was 66.30% on medium category and in the second cycle was 85.00% on high category. Based on the study results, it can be concluded that the liveliness and the 1

lower order thinking skills of the students grade V SDN 1 Keliki, Tegallalang District, Gianyar Regency on the lesson year of 2015/2016 were increased through the implementation of two stay two stray learning model. Keywords: two stay two stray, liveliness, lower order thinking skill. PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. IPA merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Sudana (2010), IPA merupakan salah satu ilmu dasar yang sudah berkembang cukup pesat baik materi maupun kegunaannya. Untuk itu, konsep dasar IPA harus dikuasai anak-anak di sekolah dasar sehingga anak terampil dan dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kehidupan mereka. Menurut Susanto (2013:167) Pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu, sikap positif, mengembangkan keterampilan, dan meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA bertujuan membantu agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, pembelajaran IPA di SD harus lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Namun, kenyataan yang terjadi di sekolah dasar menurut Sudana (2010) adalah kecendrungan pembelajaran IPA berlangsung dengan transfer ilmu yang diuraikan dalam buku teks dari guru kepada siswa. Padahal, materi yang tersurat dalam buku teks hanya berorientasi pada satu dimensi IPA saja. Dimensi tersebut adalah yang berkaitan dengan dimensi produk. Kenyataan serupa juga terjadi di SDN 1 Keliki, Tegallalang, Gianyar. Berdasarkan observasi pada tanggal 14 November 2015, tampak bahwa pembelajaran IPA masih didominasi metode ceramah. Siswa hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru. Guru pun hanya menjelaskan tanpa memperhatikan keadaan siswa dalam proses pembelajaran. Selain metode ceramah, guru juga menggunakan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran. Tetapi dalam proses tanya jawab tersebut, siswa tidak sepenuhnya mengikuti secara aktif. Hal ini dapat dilihat dari cara belajar siswa di kelas yang dimana hanya 4 orang dari 11 orang siswa yang terlihat aktif untuk mengemukakan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan guru. 7 siswa lainnya tampak mengantuk dan bermain-main dengan teman sebangkunya, dan siswa terlihat tidak bersemangat untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Bila dipersentasekan, siswa yang aktif dalam proses pembelajaran sebesar 37% dan yang tidak aktif sebesar 63%. Hal ini berarti bahwa persentase keaktifan siswa masih tergolong sangat rendah. Akibat pembelajaran yang demikian dan keaktifan siswa yang rendah menyebabkan hasil belajar siswa belum optimal, terutama pada. Melalui studi dokumen diperoleh data bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah sebesar 5,63. Jika dipersentasekan, maka rata-rata tersebut adalah 56,30%, berada pada 2

kategori rendah. Jadi, kemampuan berpikir tingkat rendah pada pembelajaran IPA masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan refleksi wali kelas V, diketahui kelemahan-kelemahan pembelajaran IPA di kelas tersebut. Pertama, pembelajaran di kelas masih tergolong monoton. Pembelajaran tersebut masih terfokus pada metode ceramah yang digunakan setiap kali pertemuan. Menurut guru, metode ceramah lebih mudah diterapkan di kelas. Guru juga kurang memanfaatkan model pembelajaran yang bervariasi agar mampu meningkatkan keaktifan dan semangat siswa dalam proses pembelajaran. Kurangnya memanfaatkan model pembelajaran ini disebabkan karena guru tidak terlalu mengetahui model-model pembelajaran yang bagaimana cocok diterapkan dalam proses pembelajaran. Kedua, guru hanya mentransfer materi yang tersurat pada buku, sehingga siswa hanya menerima dan tidak dapat aktif untuk menemukan dengan sendirinya. Akibatnya, siswa cenderung mengantuk dan bermain-main saat jam pelajaran berlangsung. Melihat berbagai fenomena yang diuraikan di atas, perbaikan yang dapat dilakukan adalah menerapkan model Two Stay Two Stray. Karena dengan menerapkan model pembelajaran ini, siswa mampu berinteraksi secara leluasa dengan teman dalam diskusi kelompok, siswa juga akan melakukan pertukaran antara anggota kelompok. Kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam bertukar informasi dari kelompok satu ke kelompok lain. Oleh karena itu, model pembelajaran ini sangat berorientasi pada keaktifan belajar. Menurut Lie (2008:61) model ini memberi kesempatan yang lebih banyak pada siswa untuk bertanya, menjawab, saling membantu, dan berinteraksi dengan teman. Komunikasi pada lingkup yang lebih kecil menyebabkan siswa lebih leluasa untuk berdiskusi mengemukakan pendapat dan menanyakan hal yang kurang dimengertinya. Selain itu, pembelajaran IPA yang demikian sangat diperlukan agar dapat meningkatkan partisipasi dan aktivitas dalam kelompok. Meningkatnya partisipasi dan aktivitas siswa menyebabkan peningkatan hasil belajar mereka, terutama pada. Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan keaktifan dan siswa pada pembelajaran IPA maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif. Untuk itu, diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray untuk meningkatkan keaktifan dan siswa. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN 1 Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang ingin dijawab melalui penelitian tindakan kelas ini adalah (1) apakah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas V SDN 1 Keliki, Tegallalang, Gianyar? (2) apakah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan siswa kelas V di SDN 1 Keliki, Tegallalang, Gianyar? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin di capai adalah (1) untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Keliki Kecamatan Tegallalang kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 dengan penerapan model pembelajaran Two Stay Two stray, (2) untuk mengetahui peningkatan IPA 3

siswa kelas V SDN 1 Keliki Kecamatan Tegallalang kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 dengan penerapan model pembelajaran Two Stay Two stray. Manfaat Penelitian ini (1) manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan tambahan untuk memberikan eksplanasi yang rinci tentang keunggulan model pembelajaran, (2) Manfaat Praktis, secara praktis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut: (a) bagi siswa, (b) bagi guru, (c) bagi para peneliti, (d) bagi sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran di kelas V SDN 1 Keliki, Tegallalang, Gianyar. Dalam hal ini, PTK yang digunakan adalah PTK kolaborasi. PTK ini dilakukan dengan cara kerjasama antara praktisi (guru) dan peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Guru bertindak sebagai pelaksana tindakan dan peneliti dikatakan sebagai pihak pengamat. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Uraian tahapan masing-masing siklus adalah sebagai berikut. Model penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut. (1) Perencanaan Tindakan (4) Refleksi (3) SiklusI (2) Pelaksanaan Tindakan Observasi/Evaluasi Perencanaan Berikutnya (1) Perencanaan Tindakan (4) Refleksi Siklus II (3) Observasi/Evaluasi (2) Pelaksanaan Tindakan Gambar 1 PTK (Sumber: Arikunto, dkk 2007:16) Dalam penelitian ini, digunakan metode observasi dan tes untuk pengumpulan data. Untuk mengumpulkan data keaktifan digunakan metode observasi. Selanjutnya, untuk mengumpulkan data digunaan metode tes objektif yang berjumlah 10 butir. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data keaktifan adalah lembar observasi. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir tingkat rendah adalah tes hasil belajar. Setelah data keaktifan dan siswa terkumpul, data dianalisis menggunakan teknik analisis statitistik deskriptif kuantitatif. Analisis dilakukan dengan menghitung mean dan persentase mean, yang dipaparkan di bawah ini. 4

a. Menghitung mean X M N (dalam Agung, 2005:95) Keterangan: M = Mean (rata-rata skor) X = jumlah skor keaktifan N = Banyaknya siswa b. Menghitung persentase mean Selanjutnya hasil rata-rata (M) tersebut dianalisis untuk menghitung rata-rata persentase (M%), dengan rumus sebagai berikut. M M % 100% SMI (dalam Agung, 2005:96) Keterangan: M% = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor maksimal ideal Hasil analisis rata-rata persentase yang diperoleh selanjutnya dikonversikan terhadap Patokan Acuan Penilaian (PAP) skala lima d engan berpedoman pada kriteria seperti tabel di bawah ini. Tabel 1. Kriteria PAP Skala Lima tentang Keaktifan Belajar dan Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah Siswa Persetase (%) Katagori 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145) Berdasarkan analisis data di Apabila indikator keberhasilan pada atas, indikator keberhasilan keaktifan keaktifan dan kemampuan berpikir dan hasil belajar siswa dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai tingkat rendah siswa sudah tercapai maka penelitian dihentikan. berikut. (1) Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 84% HASIL pada katagori tinggi (2) Kemampuan berpikir tingkat rendah siswa mencapai Berikut disajikan hasil observasi keaktifan pada siklus I. 84% pada kategori tinggi. Tabel 2. Keaktifan Siswa pada Siklus I No. Kode Skor Skor Per. II Siswa Per. I 1 S01 7 9 2 S02 8 8 3 S03 6 7 4 S04 8 10 5 S05 8 10 6 S06 6 9 7 S07 6 6 8 S08 7 9 9 S09 6 7 10 S010 8 8 11 S011 6 7 Total 76 90 5

Data keaktifan siswa selanjutnya dianalisis dengan menghitung mean (M) dan persentase mean. Untuk mengetahui tingkat pencapaian keaktifan, persentase ratarata yang diperoleh dibandingkan terhadap kriteria penilaian acuan patokan (PAP), yang dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Kriteria PAP Skala 5 Tingkat Keaktifan Siswa pada Siklus I Persetase (%) Katagori 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145) Setelah membandingkan terhadap kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5, angka rata-rata persen keaktifan siswa pada siklus I pertemuan I, yaitu 57,50%, berada pada interval 55-64% dengan katagori rendah. Kemudian angka rata-rata persen keaktifan siswa pada siklus I pertemuan II, yaitu 68,16%, berada pada interval 65-79% dengan katagori sedang. Selanjutnya disajikan data tentang kemampuan berpikir tingkat rendah siswa pada mata pelajaran IPA siklus I, disajikan sebagai berikut. Tabel 4. Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah IPA Siswa pada Siklus I No. Kode Siswa Nilai Tes Siklus 1 S01 6 2 S02 5 3 S03 6 4 S04 8 5 S05 8 6 S06 8 7 S07 5 8 S08 7 9 S09 7 10 S010 8 11 S011 5 Total 73 Data kemampuan berpikir siswa selanjutnya dianalisis dengan menghitung mean (M) dan persentase mean. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kemampuan berpikir tingkat rendah, persentase rata-rata yang diperoleh dibandingkan terhadap kriteria penilaian acuan patokan (PAP), yang dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut. 6

Tabel 5. Kriteria PAP Skala Lima Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah Siswa pada Siklus I Persetase (%) Katagori 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145) yang bertamu dan menerima tamu, sehingga pada saat pertukaran semua anggota kelompok berdiri. Setelah membandingkan terhadap kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5, angka rata-rata persen kemampuan berpikir siswa pada tes akhir siklus I, yaitu 66,30%, berada pada interval 65-79% dengan katagori sedang. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I, maka hasil refleksi siklus I adalah sebagai sebagai berikut. (1) Empat siswa masih terlihat kurang aktif, baik dalam bertanya dan mengemukakan pendapat kepada kelompok maupun kepada guru, (2) Enam siswa belum fokus dalam mengikuti pembelajaran (4 orang bermain-main dan 2 orang mengantuk), (3) Siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi dalam kelompoknya masing-masing masih mendominasi dalam diskusi kelompok, sehingga kurang menghargai pendapat temannya. Siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih rendah tidak dapat bagian dalam mengerjakan tugas-tugas kelompoknya, (4) Media yang digunakan masih terlalu kecil sehingga siswa tidak terlalu memperhatikan, (5) Penerapan model masih mengalami kendala pada saat pertukaran kelompok. Pada saat pertukaran kelompok, siswa masih bingung siapa Tabel 6. Keaktifan Siswa pada Siklus II No. Kode Skor Skor Per. II Siswa Per. I 1 S01 9 11 2 S02 8 10 3 S03 9 9 Berdasarkan kekurangankekurangan tersebut maka dilakukan beberapa perbaikan untuk mengatasi permasalahan pada siklus I. Beberapa tindakan perbaikan tersebut adalah sebagai berikut. (1) Memberi penghargaan dan pujian kepada siswa yang mau bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide, (2) Memberi giliran kepada setiap anggota kelompok untuk mengerjakan soal, (3) Menggunakan media gambar yang berukuran sebesar kertas manila dan diwarnai semenarik mungkin, sehingga siswa lebih fokus dalam proses pembelajaran, (4) Menegaskan kembali kepada siswa dengan cara menyuruh setiap kelompok menentukan 2 temannya untuk bertamu dan 2 teman lainnya bertugas menerima tamu sebelum pertukaran kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dengan menggunakan metode observasi, maka dapat disajikan data tentang keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA pada siklus II sebagai berikut. 7

No. Kode Skor Skor Per. II Siswa Per. I 4 S04 11 12 5 S05 10 12 6 S06 8 10 7 S07 8 9 8 S08 10 12 9 S09 8 9 10 S010 9 11 11 S011 7 7 Total 97 112 Data keaktifan siswa selanjutnya Untuk mengetahui tingkat pencapaian dianalisis dengan menghitung mean keaktifan, persentase rata-rata yang (M) dan persentase mean. Perhitungan diperoleh dibandingkan terhadap rata-rata dan persentase rata-rata pedoman kriteria penilaian acuan keaktifan siswa disajikan di bawah ini. patokan (PAP), yang dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut. Tabel 7. Kriteria PAP Skala 5 Tingkat Keaktifan Siswa pada Siklus II Persetase (%) Katagori 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145) Setelah membandingkan terhadap criteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5, angka rata-rata persen keaktifan siswa pada pertemuan I siklus II, yaitu 73,41%, berada pada interval 65-79%, dengan katagori sedang. Kemudian, angka rata-rata persentase keaktifan siswa pada pertemuan II siklus II, yaitu 84,83%, berada pada interval 80-89%, dengan katagori tinggi. Selanjutnya disajikan data tentang kemampuan berpikir tingkat rendah siswa pada mata pelajaran IPA siklus II, disajikan sebagai berikut. Tabel 8. Rekapitulasi Nilai IPA Siswa pada Siklus II No. Kode Siswa Nilai Tes Siklus 1 S01 10 2 S02 9 3 S03 9 4 S04 10 5 S05 8 6 S06 9 7 S07 7 8 S08 8 9 S09 9 10 S010 8 11 S011 7 Total 94 8

Data kemampuan berpikir siswa selanjutnya dianalisis dengan menghitung mean (M) dan persentase mean. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kemampuan berpikir tingkat rendah siswa, persentase ratarata yang diperoleh dibandingkan terhadap pedoman kriteria penilaian acuan patokan (PAP), y ang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9. Kriteria PAP Skala 5 Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah Siswa pada Siklus II Persetase (%) Katagori 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145) Setelah membandingkan terhadap pedoman criteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5, angka rata-rata persen kemampuan berpikir tingkat rendah siswa pada siklus II, yaitu 85%, berada pada interval 80-89%, dengan katagori tinggi. Secara umum, kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah berjalan sangat baik. Dengan memberikan penghargaan, pujian, dan menggunakan media yang lebih besar dan menarik perhatian siswa, siswa mengalami banyak peningkatan. Peningkatan yang terjadi adalah pada keaktifan, kemampuan berpikir tingkat rendah siswa, sikap mau bertanya dan menjawab, mengemukakan ide, dan rasa ingin tahu dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, penerapan model pembelajaran two stay two stray dapat meningkatkan keaktifan dan siswa pada pelajaran IPA kelas V SDN 1 Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016. PEMBAHASAN Berdasarkan data di atas, peningkatan keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat rendah siswa disebabkan oleh beberapa fase. Pertama, pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran two stay two stray siswa disiapkan untuk belajar dan membentuk kelompok sesuai intruksi guru dan siswa menyimak serta memahami informasi yang disampaikan sehingga menyebabkan siswa antusias mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran ini mengajak siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan diskusi kelompok dan saling berbagi informasi dalam belajar kelompok untuk mendiskusikan LKS yang dibagikan. Setelah kegiatan diskusi berakhir, setiap kelompok diminta menunjuk dua orang yang akan mewakili kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Dua anggota kelompok yang tinggal menjelaskan dan memberikan informasi mengenai hasil diskusi yang diperoleh kepada kelompok lain yang datang bertamu. Kegiatan tersebut dapat menumbuhkan interaksi yang aktif antara siswa dengan guru maupun dengan siswa itu sendiri. Dengan meningkatnya keaktifan siswa, maka siswa belajar secara bermakna sehingga meningkat pula kemampuan berpikir tingkat rendah siswa. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Dimyanti dan Mudjiono (2006:45) yang menyatakan bahwa manfaat keaktifan dalam 9

proses pembelajaran menjadikan siswa terlibat langsung dan memiliki pengalaman dalam belajar hingga memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Fase kedua adalah guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat, berdiskusi, dan mencari tahu kebenaran dari tugas yang dibuat dengan cara bertanya maupun mengemukakan ide yang mereka miliki. Dengan kegiatan yang demikian membuat belajar menjadi bermakna bagi siswa karena terjadi proses mental pada diri mereka. Hal ini menimbulkan rasa percaya diri pada siswa sehingga kemampuan berpikir tingkat rendah siswa menjadi meningkat. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2013) yang menyatakan bahwa dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri. Proses pembelajaran yang seperti itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa dan dampaknya pada hasil akhir siswa menjadi lebih baik. Fase ketiga adalah pemberian penghargaan ( reward). Ketertarikan siswa untuk belajar juga tergantung pada langkah guru memberikan penghargaan atau hadiah untuk membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi antusias setelah diberikan penghargaan berupa tepuk tangan dan pujian. Hal ini membuat siswa termotivasi untuk lebih aktif selama proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, reward dapat mendorong siswa untuk meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar. Selain itu, reward dapat juga digunakan untuk memotivasi siswa untuk selalu aktif menjawab, bertanya, mengemukakan ide, dan tidak merasa malu atau ragu-ragu dalam menyampaikan hasil diskusinya. Motivasi dari dalam diri siswa merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh masing-masing siswa untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga berdampak pada hasil akhir dalam proses pembelajaran. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Koeswara (dalam Dimyanti, 2015:80) yang menyatakan motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku seseorang, termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi juga terkandung adanya keinginan yang membuat seseorang aktif, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Penjelasan yang sejalan juga dinyatakan oleh Uno (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi siswa dalam belajar, maka hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi. Penelitian yang mendukung keberhasilan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Febrianti (2014). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode two stay two stray dapat memberikan perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika siswa kelas V SD di gugus III Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Tahun pelajaran 2013/2014. Hasil perhitungan menunjukan bahwa t hitung > t tabel (t hitung = 5,813 > t tabel = 2,021). Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian dari Dewi (2014). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif two stay two stray dapat memberikan perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus II Tampaksiring Tahun pelajaran 2013/2014. Nilai ratarata kelas eksperimen adalah 81,54 dan nilai rata-rata pada kelas kotrol adalah 77,04. Hasil perhitungan uji-t diperoleh t hitung >t tabel (4,14 > 2,000). Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dikatakan telah berhasil karena kriteria yang diterapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, penerapan model pembelajaran two stay two stray dapat meningkatkan 10

keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat rendah pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 1 Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016. SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditarik simpulan bahwa terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa kelas V SDN 1 Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 68,16% (kriteria sedang). Pada siklus II, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 84,83% (kriteria baik). Persentase rata-rata keaktifan belajar siswa dari siklus I sampai pada siklus II menunjukan peningkatan sebesar 16,67%. Terjadi peningkatan siswa kelas V SDN 1 Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Pada siklus I, persentase rata-rata siswa adalah 66,30% (kriteria sedang). Pada siklus II, persentase rata-rata siswa adalah 85% (kriteria baik). Persentase rata-rata kemampuan berpikir tingkat rendah siswa dari siklus I sampai pada sklus II menunjukan peningkatan sebesar 18,70%. SARAN Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Bag i Guru dapat terus menerapkan model pembelajaran two stay two stray sebagai salah satu alternatif untuk meningatkan keaktifan dan siswa, baik pada mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya, (2) Bagi Kepala Sekolah dapat menghimbau, membina, dan mengembangkan kemampuan guru di sekolah untuk menerapkan model pembelajaran two stay two stray sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, (3) Bagi para Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan variabel dan cakupan yang lebih luas dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP. Ardi, Eka. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS -TS) berbantuan media konkret untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooverative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Nia, Made. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbantuan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V Gugus II Kecamatan Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. 11

Slameto, 2013. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudana, Dkk. 2010. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Yaspita Dewi, Ni Luh Putu. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun 2013/2014. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Uno, Hamzah. B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. 12