III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) dan dengan pendekatan Post Test Only Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 25

METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

III. METODE PENELITIAN. only control group. Dilakukan dengan cara membandingkan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley jantan berumur 8-12

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague

BAB 4 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan menggunakan pola

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola Post Test-Only

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 6. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. menggunakan post test only controlled group design (Notoatmodjo, 2012).

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test only control group design. Menggunakan 25

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

III.METODE PENELITIAN. menggunakan post test only controlled group design. Pada penelitian ini 25

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

METODOLOGI PENELITIAN. Penlitian ini merupakan penelitian penelitian eksperimental dengan rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eksperimental

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

38 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang akan menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled group design (Notoatmodjo, 2010). Sebanyak 20 ekor tikus Wistar jantan berumur 10 16 minggu yang dipilih secara random dan dibagi menjadi 4 kelompok akan digunakan sebagai subjek penelitian. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pemeliharaan tikus dan pemberian intervensi akan dilakukan di Pet House Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pembuatan preparat dan pengamatannya akan dilakukan di Laboratorium Histologi dan Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan selama 4 minggu. C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar berumur 10 16 minggu yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas

39 Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Sampel penelitian sebanyak 20 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 4 kelompok, sesuai dengan rumus Frederer. Rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah : t(n 1) 15 Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok (Aprilia, 2010). Penelitian ini akan menggunakan 4 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi : (4)(n 1) 15 (4n 4) 15 4n 19 n 19/4 n 4,75 n 5 (Pembulatan) Jadi sampel yang akan digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor dan jumlah kelompok yang akan digunakan adalah 4 kelompok sehingga penelitian ini akan menggunakan 20 ekor tikus putih dari populasi yang ada. Untuk cadangan dalam penelitian maka disediakan cadangan 2 tikus per kelompok.

40 Kriteria Inklusi : a. Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, botak dan aktif), b. Memiliki berat bedan antara 100 150 gram, c. Jenis kelamin jantan, d. Berusia sekitar 10 16 minggu (dewasa). Kriteria Ekslusi : a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium, b. Sakit (Penampakan rambut kusam, rontok, botak dan aktivitas kurang/tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital setelah masa adaptasi), c. Mati selama masa pemberian perlakuan. D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ada tiga yaitu minyak goreng, minyak goreng bekas penggorengan lele selama penggorengan 3 jam dan 6 jam serta buah mengkudu untuk pemurnian minyak goreng. 2. Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g untuk menimbang berat tikus, b. Spuit oral 1 cc,

41 c. Gunting minor set untuk membedah perut tikus (laparotomy), d. Kapas alkohol, e. Kompor, f. Penggorengan, g. Tabung erlemeyer, h. Saringan, i. Lumpang dan alu, j. Mikroskop. E. Prosedur Penelitian 1. Prosedur Pemanasan Minyak Goreng Pemanasan minyak goreng diperlukan supaya untuk merusak minyak dan melihat efeknya terhadap tikus yang nantinya dibandingkan dengan tikus yang diberi regenerasi minyak goreng bekas. Minyak goreng yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng bekas penggorengan lele. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penurunan kualitas minyak goreng terburuk terjadi pada minyak goreng bekas penggorengan lele (Rukmini dkk., 2003). Proses pemanasan minyak goreng dilakukan selama 3 jam yang akan diberikan ke kelompok 2. Kemudian pemanasan minyak goreng dilakukan selama 6 jam yang akan diberikan ke kelompok 3. Minyak goreng dengan pemanasan 6 jam ini juga menjadi bahan untuk pemurnian minyak goreng dengan mengkudu. Waktu penggorengan ini juga telah memenuhi persyaratan perusakan minyak goreng karena proses dekomposisi minyak

42 goreng mulai terjadi pada pemasan 5 jam untuk menggoreng bahan makanan sumber protein baik nabati maupun hewani (Rukmini dkk., 2003). 2. Perhitungan Dosis Pemberian Minyak Goreng Pemberian minyak goreng bekas kepada hewan percobaan dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya. Dosis yang dipakai untuk menginduksi tikus dengan minyak goreng ialah 10µl/gram berat badan (Thadeus, 2005). Dimana pada dosis tersebut telah terbukti bahwa dosis ini tepat untuk menginduksi tikus dengan minyak goreng. 3. Pemurnian Minyak Goreng Bekas dengan Buah Mengkudu Proses pemurnian minyak goreng bekas dengan buah mengkudu didasarkan pada prosedur pemurnian minyak goreng bekas yang diteliti oleh Mahmudatussa (2013). Pada proses pemurnian dibutuhkan minyak goreng bekas penggorengan lele yang telah digunakan untuk menggoreng lele selama 6 jam. Selain minyak goreng bekas dibutuhkan juga buah mengkudu. Proses pemurnian minyak goreng dimulai dengan mencacah buah mengkudu setelah dicacah kemudian dilumatkan dengan menggunakan blender. Setelah semua mengkudu menjadi lumat maka masukkan 4 sendok makan sari mengkudu ke dalam gelas kaca yang sudah diisi 100 ml minyak goreng bekas aduk dengan menggunakan sendok atau batang pengaduk. Diamkan selama 10 15 menit. Setelah itu minyak goreng yang telah tercampur sari mengkudu dimasukkan ke dalam wajan. Panaskan hingga suhu 50 60 0 C (diraba dengan tangan terasa hangat) atau biarkan 5 menit setelah terdengar

43 bunyi gemericik sambil terus diaduk. Kemudian matikan kompor lalu diamkan 10 15 menit. Saring minyak goreng bagian atas dengan menggunakan penyaring dan endapannya dibuang (Mahmudatussa, 2013). 4. Prosedur Pemberian Intervensi Untuk pemberian intervensi dilakukan berdasarkan kelompok perlakuan. Untuk kelompok 1 (kontrol) diberikan pakan standar dan aquadest sebanyak 10µl/gram berat badan yang diberikan melalui sonde oral. Pemberian aquasest secara sonde oral ini dilakukan agar setiap tikus percobaan mendapatkan stress yang sama pada waktu proses penyondean oral. Untuk kelompok 2 diberikan pakan standar dan diberikan intervensi berupa pemberian 10µl/gram berat badan minyak goreng bekas penggorengan lele selama 3 jam yang diberikan selama 1 bulan dengan menggunakan sonde oral. Untuk kelompok 3 diberikan pakan standar dan diberikan intervensi berupa pemberian 10µl/gram berat badan minyak goreng bekas penggorengan lele selama 6 jam yang diberikan selama 1 bulan dengan menggunakan sonde oral. Untuk kelompok 4 diberikan pakan standar dan diberikan intervensi berupa pemberian regenerasi minyak goreng bekas penggorengan lele selama 6 jam dengan buah mengkudu sebanyak 10µl/gram berat badan selama 1 bulan dengan menggunakan sonde oral. Adapun untuk lebih lengkapnya prosedur pemberian intervensi dapat dilihat dalam tabel berikut.

44 Tabel 1. Jenis Perlakuan Penelitian dan Dosis yang Diberikan pada Setiap Perlakuan. Kelompok Hewan Percobaan Jenis Perlakuan Dosis 1 Tikus Wistar Jantan Pakan standar (Kontrol) dan aquadest 10µl/gram berat badan 2 Tikus Wistar Jantan Minyak goreng bekas 10µl/gram penggorengan lele selama 3 jam berat badan 3 Tikus Wistar Jantan Minyak goreng bekas 10µl/gram penggorengan lele selama 6 jam berat badan 4 Tikus Wistar Jantan Minyak goreng bekas 10µl/gram penggorengan lele selama 6 jam berat badan yang dimurnikan dengan mengkudu Apabila berat badan tikus sudah sangat besar dan pemberian dosis minyak goreng telah melebihi 5 cc minyak goreng maka dosis ini akan diberikan sebanyak 2 kali untuk mencegah penuhnya lambung tikus dan mencegah aspirasi (Rosalind Franklin University, 2012). 5. Prosedur Pengelolaan Hewan Coba Pasca Penelitian Pada akhir penelitian tikus akan dianastesi dengan menggunakan ketamine xylazine dengan dosis 75 100 mg/kg + 5 10 mg/kg secara intraperitoneal dengan durasi selama 10 30 menit. Kemudian setelah tikus dianastesi kemudian akan dilakukan dislokasi servikal untuk menterminasikan tikus (American Veterinary Medical Association, 2013). 6. Prosedur Pengambilan Bagian Arteri Koronaria Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan terhadap ketebalan arteri koronaria jantung. Proses pengambilan bagian arteri koroner dilakukan dengan mengambil potongan longitudinal dibawah 3 mm dari perbatasan atrium dan ventrikel (Eckman et al., 2013; Ekawati dkk., 2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut.

45 3 mm Keterangan: : Perbatasan Atrium dan ventrikel : Pemotongan untuk pengamatan arteri koronaria Gambar 14. Prosedur Pengambilan Bagian Arteri Koronaria (Eckman et al., 2013) 7. Prosedur operasional pembuatan slide Metode pembuatan preparat histopatologi Bagian Patologi Anatomi Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Prabowo, 2013) : a. Fixation 1. Spesimen berupa potongan organ telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10% selama 3 jam. 2. Dicuci dengan air mengalir sebanyak 3 5 kali. b. Trimming 1. Organ dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm. 2. Potongan organ tersebut dimasukkan kedalam tissue casette.

46 c. Dehidrasi 1. Mengeringkan air dengan meletakkan tissue casette pada kertas tisu. 2. Dehidrasi dengan : a) Alkohol 70% selama 0,5 jam, b) Alkohol 96% selama 0,5 jam, c) Alkohol 96% selama 0,5 jam, d) Alkohol 96% selama 0,5 jam, e) Alkohol absolut selama 1 jam, f) Alkohol absolut selama 1 jam, g) Alkohol absolut selama 1 jam, h) Alkohol xylol 1:1 selama 0,5 jam. d. Clearing Untuk membersihkan sisa alkohol dilakukan clearing dengan xilol I dan II masing masing selama 1 jam. e. Impregnansi Impregnansi dilakukan dengan menggunakan parafin selama 1 jam dalam oven suhu 65 o C. f. Embedding 1. Sisa parafin yang ada pada pan dibersihkan dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan diusap dengan kapas. 2. Parafin cair disiapkan dengan memasukkan parafin ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven dengan suhu di atas 58 0 C. 3. Parafin cair dituangkan ke dalam pan.

47 4. Dipindahkan satu per satu dari tissue casette ke dasar pan dengan mengatur jarak yang satu dengan yang lainnya. 5. Pan dimasukkan ke dalam air. 6. Parafin yang berisi potongan jantung dilepaskan dari pan dengan dimasukkan ke dalam suhu 4 6 0 C beberapa saat. 7. Parafin dipoton sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan skalpel/pisau hangat. 8. Lalu diletakkan pada balok kayu, diratakan pinggirnya dan dibuat ujungnya sedikit meruncing. g. Cutting 1. Pemotongan dilakukan pada ruangan dingin. 2. Sebelum memotong, blok didinginkan terlebih dahulu di lemari es. 3. Dilakukan pemotongan kasar, lalu dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4 5 mikron. Pemotongan dilakukan menggunakan rotary microtome dengan disposable knife. 4. Dipilih lembaran potongan yang paling baik, diapungkan pada air dan dihilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. 5. Lembaran jaringan dipindahkan ke dalam water bath pada suhu 60 0 C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. 6. Dengan gerakkan menyendok, lembaran jaringan tersebut diambil dengan slide bersih dan ditempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah.

48 7. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator (Suhu 37 0 C) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. h. Straining (Pewarnaan) dengan Prosedur Pulasan Hematoksilin Eosin : Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut. 1. Dilakukan deparafinisasi dalam : 1. Larutan xylol I selama 5 menit, 2. Larutan xylol II selama 5 menit, 3. Ethanol absolut selama 1 jam. 2. Hydrasi dalam: a) Alkohol 96% selama 2 menit, b) Alkohol 70% selama 2 menit, c) Air selama 10 menit. 3. Pulasan inti dibuat dengan menggunakan : a) Haris hematoksilin selama 15 menit, b) Air mengalir, c) Eosin selama maksimal 1 menit, 4. Lanjutkan dehidrasi dengan menggunakan a) Alkohol 70% selama 2 menit, b) Alkohol 96% selama 2 menit, c) Alkohol absolut 2 menit. 5. Penjernihan: a) Xylol I selama 2 menit,

49 b) Xylol II selama 2 menit. i. Mounting dengan entelan lalu tutup dengan deck glass Setelah pewarnaan selesai, slide ditempatkan di atas kertas tisu pada tempat datar, ditetesi dengan bahan mounting yaitu entelan dan ditutup dengan deck glass, cegah janan sampai terbentuk gelembung udara. j. Slide dibaca dengan mikroskop Slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya. Preparat histopatologi dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dikonsultasikan dengan ahli patologi anatomi. 7.SSSProsedur Pengamatan Ketebalan Arteri Koronaria Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap ketebalan dari arteri koronaria. Pengkuran ketebalan arteri koronaria dilakukan dengan menggunakan software Olympus Stream Start. Pada penelitian ini akan diukur ketebalan arteri koronaria pada 4 posisi (vertikal atas, vertikal bawah, horizontal kanan dan horizontal kiri) kemudian hasil dari keempat posisi ini akan direratakan dan didapatkan rerata ketebalan dari arteri koronaria. Setelah didapatkan data dari masing masing kelompok maka akan dilakukan analisis data untuk melihat pengaruhnya (Ratnawati, 2013; Eickman et al., 2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut. Gambar 15. Posisi Pengamatan Ketebalan Arteri Koronaria (Ratnawati, 2013)

50 Cara pengolahan buah mengkudu adalah sebagai berikut : Cacah buah mengkudu, untuk mempermudah melumatkan Mengkudu (Morinda citrifolia) Lumatkan buah mengkudu dengan menggunakan blender Masukkan 4 sendok makan sari mengkudu ke dalam gelas kaca yang sudah diisi 100 ml minyak goreng bekas aduk dengan menggunakan sendok atau batang pengaduk Diamkan selama 10-15 menit Masukkan ke dalam wajan. Panaskan hingga suhu 50-60 0 C (diraba dengan tangan terasa hangat) atau biarkan 5 menit setelah terdengar bunyi gemericik, sambil terus diaduk. Matikan kompor, diamkan 10-15 menit Saring minyak goreng bagian atas dengan menggunakan penyaring, endapannya dibuang. Gambar 16. Diagram Alur Pengolahan Buah Mengkudu (Mahmudatussa, 2013).

51 Timbang Berat Badan Tikus Pemisahan Perpopulasi K1 K2 K3 K4 Tikus diadaptasikan selama 7 hari Tikus diberikan perlakuan selama 4 minggu K1 Pakan standar (Kontrol) dan aquadest K2 Cekok 10µl/gram BB minyak goreng bekas 3 jam penggorengan K3 Cekok 10µl/gram BB minyak goreng bekas 6 jam penggorengan K4 Cekok 10µl/gram BB minyak goreng bekas 6 jam penggorengan yang dimurnikan dengan Buah mengkudu Tikus dianastesi dan dilakukan dislokasi servikal Lakukan laparotomi lalu ambil jantung tikus Potong bagian jantung 3 mm dari perbatasan atrium dan ventrikel Fiksasi sampel dengan formalin 10% Pembuatan sediaan histopatologi Pengamatan Interpretasi hasil pengamatan Gambar 17. Diagram Alur Penelitian.

52 F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel a. Variabel Bebas adalah pemberian minyak goreng bekas yang dimurnikan dengan buah mengkudu (Morinda citrifolia). b. Variabel Terikat adalah ketebalan arteri koronaria tikus Wistar jantan. 2. Definisi Operasional Variabel Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Definisi Skala Minyak goreng bekas Merupakan proses pemurnian minyak Numerik yang dimurnikan goreng bekas dengan penggunaan dengan buah mengkudu. Yang dalam penelitian ini mengkudu (Morinda diberikan kepada masing masing citrifolia) kelompok. Ketebalan arteri koronaria Merupakan gambaran yang didapatkan dari arteri koronaria yang dipotong 3 mm dibawah perbatasan atrium dan ventrikel. Pengukuran ketebalan arteri koronaria dengan cara mengukur dari 4 posisi yang kemudian dirata ratakan. Numerik G. Analisis Data Hasil penelitian lalu akan dianalisis apakah memiliki distribusi normal (p>0,05) atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro Wilk karena jumlah sampel 50. Kemudian dilakukan uji Levene untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians yang sama (p>0,05) atau tidak. Jika varians data berdistribusi normal dan homogen akan dilanjutkan dengan

53 uji parametrik One Way Anova. Apabila tidak memenuhi syarat uji parametrik maka akan dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis. Jika pada uji ANOVA menghasilkan nilai p<0,05 maka akan dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc LSD dan jika pada uji non parametrik Kruskal Wallis menghasilkan nilai p<0,05 maka akan dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc Mann Whitney (Dahlan, 2011). H. Persetujuan Etik Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu: 1. Replacement adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. 2. Reduction adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu t (n 1) 15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

54 3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi. a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum. b. Bebas dari ketidaknyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan di pet house dengan suhu terjaga 20 25 C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3 4 ekor tiap kandang. Pet house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga mengurangi stress pada hewan coba. c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada. Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta euthanasia dengan metode yang manusiawi untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan, 2013).