I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG s). utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. serta menghasilkan energi (Proverawati A, 2009, p.1). disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati A, 2009, p.127).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak. (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur (BB/U) pada tahun 2008 adalah 8,0% dengan jumlah batita18.369.952 orang dan meningkat pada tahun 2009 yaitu 8,3% dengan jumlah batita18.608.762 orang. Prevalensi berat badan kurang pada tahun 2010 adalah 13% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang, kemudian meningkat lagi menjadi 19,6% pada tahun 2013 terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian sasaran Millennium Depelopment Goals (MDG s) tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat badan kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015 (Kemenkes, 2013). Angka Kematian Bayi (AKB), berdasarkan perhitungan Biro Pusat Statistik (2007) sebesar 26,9/1000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini sudah jauh menurun dibandingkan tahun 2003 sebesar 35/1000 KH dan upayanya akan lebih ringan bila dibandingkan dengan upaya pencapaian target MDG s untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Adapun target AKB pada MDG s 2015 sebesar 17/1000 KH. Apabila melihat data tahun 2010 (AKI) sebesar 228/100.000 KH diharapkan dapat menurun pada tahun 2015 dengan target

(AKI) tahun 2015 menurut Millenium Development Goals (MDG s) sebesar 102/100.000 KH (Depkes, 2010). 2 Berdasarkan data penelitian survei gizi Provinsi Lampung pada tahun 2010 didapatkan bahwa cakupan penimbangan balita berfluktuasi, dan terdapat anak yang menderita gizi buruk. Berdasarkan hasil perhitungan sensus nasional dengan jumlah balita di Lampung sebanyak 165.347 balita didapatkan hasil yang mempunyai gizi baik sebanyak 78,3% sedangkan balita yang menderita gizi buruk sebanyak 5,7%, gizi kurang sebanyak 11,8% dan gizi lebih sebanyak 4,2% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2011). Hasil pemantauan status gizi di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2011 dengan status gizi kurang sebesar 340 (10,48%), sedangkan status gizi buruk sebesar 19 kasus (0,59%), status gizi baik sebesar 2731 (84,16%), dan status gizi lebih sebesar 158 (4,87%). Berdasarkan data cakupan batita yang mendapatkan perawatan pada kasus gizi buruk pada tahun 2013 sebanyak 32 orang, dimana 21 orang dirujuk dan mendapat perawatan dan 11 orang dirawat jalan. Adapun tahun 2013 didapatkan batita dengan status gizi baik sebanyak 22 orang, status gizi buruk sebanyak 6 orang dan batita dengan status gizi buruk meninggal sebanyak 5 orang, batita dengan status gizi buruk memiliki penyakit penyerta seperti pneumoni, suspect TB, broncho, HIV dan lain-lain (Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang, 2013). Keadaan gizi tingkat individu dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Terjadinya penyakit infeksi dipengaruhi oleh iklim tropis, sanitasi lingkungan yang buruk, sehingga menyebabkan

3 seseorang kekurangan gizi. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan rentan terhadap penyakit. Pada tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya serta dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal memilih, mengolah, membagi makanan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah daya beli keluarga, latar belakang sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan (Suhardjo, 2005). Upaya yang dilakukan dalam pencegahan gizi buruk pada batita di antaranya adalah melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program perbaikan gizi dengan meningkatkan mutu konsumsi makanan melalui program keluarga sadar gizi (kadarzi) yang diharapkan berdampak pada perbaikan status gizi. Sebuah keluarga dapat disebut sebagai keluarga sadar gizi jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin pada pola konsumsi makan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang dengan tujuan mampu mengenali dan memecahkan masalah gizi anggota keluarganya (Kemenkes RI, 2007). Rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap gizi dan kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada pencapaian

4 program kadarzi. Standar pencapaian kadarzi yaitu penimbangan batita dengan target 80%, batita bawah garis merah <1,5%, cakupan batita umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dua kali pertahun dengan target 95%, cakupan ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe (target 90%), dan bayi yang mendapat ASI eksklusif 80% (Kemenkes RI, 2007). Berdasarkan data sistem pencatatan dan pelaporan tingkat Puskesmas (SP2TP) Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013 didapatkan jumlah batita sebanyak 3.245 balita, dari jumlah tersebut terdapat 11 ibu yang memiliki batita dengan status gizi kurang, dan 7 orang batita mengalami gizi lebih. Pada saat dilakukan survei pendahuluan dengan dilakukan wawancara terhadap 10 orang ibu batita didapatkan hasil 7 orang (70%) belum mengetahui secara pasti tentang gizi batita seperti sumber gizi, ciri-ciri gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk pada batita dan masih rendahnya pengetahuan tentang upaya pencegahan gizi buruk (Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang, 2013). Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Nainggolan (2012) mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung, diperoleh hasil adanya hubungan pengetahuan dengan status gizi balita. Artinya semakin baik pengetahuan ibu mengenai gizi anak balita akan semakin baik pula status gizinya dan sebaliknya. Pengetahuan tentang gizi berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi yang menginplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari dalam hal kesehatan dan gizi. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan,

5 sikap dan perilaku gizi ibu dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui gambaran status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang gizi di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014.

6 c. Diketahui gambaran sikap ibu tentang gizi di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. d. Diketahui gambaran perilaku gizi ibu di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. e. Diketahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. f. Diketahui hubungan sikap ibu tentang gizi dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. g. Diketahui hubungan perilaku gizi ibu dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan bahan masukan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu yang benar agar tercapainya pertumbuhan dan perkembangan batita yang baik serta mengetahui tentang faktor-faktor penyebab masalah gizi pada batita sehingga diharapkan dapat meningkatkan pencegahan terjadinya gizi buruk pada batita. 2. Memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

3. Memberikan informasi data kepada Peneliti selanjutnya dan Institusi Pendidikan Kedikteran. 7 E. Kerangka teori Kerangka Teori adalah hubungan antara konsep yang ingin diamati dan di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 1. Penyebab langsung Makan tidak seimbang Gizi kurang penyakit infeksi Penyebab tidak langsung Tidak cukup persediaan pangan Pola asuh anak tidak memadai Sanitasi dan air bersih/yankes dasar tidak memadai Pokok masalah di masyarakat Kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan Kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan Akar masalah (nasional) Krisis ekonomi, politik dan sosial Gambar 1. Kerangka teori status gizi dan faktor yang mempengaruhinya Sumber : Depkes (2005).

8 F. Kerangka Konsep Berdasarkan pada kerangka teori yang ada, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu atau terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Varibel Independent Varibel Dependent Pengetahuan ibu Sikap ibu Status gizi batita Perilaku ibu Gambar 2. Kerangka konsep G. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, duga atau dalil sementara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan teori Suyanto (2007) hipotesis adalah jawaban sementara dari sebuah masalah penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah: Ada hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu dengan status gizi batita di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014.