Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba semaksimal

PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan elemen yang menjadi pusat perhatian utama oleh para

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan antara dua belah pihak yaitu antara pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas laba dapat dipandang dalam dua sudut. Pandangan pertama

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

Transkripsi:

Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai principal. Principal dalam hal ini adalah pihak yang mensuplai modal yang dapat dikatakan sebagai pemilik sedangkan agent adalah pihak yang mengelola atau mengoperasikan perusahaan yang dapat dikatakan sebagai pengelola perusahaan. Antara pemilik dan pengelola terdapat sebuah kontrak dimana pemilik (principal) memberikan pesan kepada pengelola (agent) untuk mengelola perusahaan dengan baik agar dapat memberikan return sesuai dengan yang diharapkan oleh pemilik (principal). Antara agent dan principal pada praktiknya memiliki perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antara agent dan principal ini terkait dengan teori keagenan. Teori ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara maksimal (Sulistiawan, 2011). Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent 1

tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Agent (manajer) selaku pengelola perusahaan akan lebih mengutamakan halhal yang dapat memaksimalkan kesejahteraannya sendiri, seperti gaji dan bonus. Jika besarnya bonus ditentukan dari persentase kenaikan laba perusahaan maka pengelola perusahaan (agent) akan cenderung menaikkan laba. Hal ini dilakukan oleh agent untuk kepentingan dirinya sendiri atau yang biasa disebut dengan perilaku oportunis manajer. Di lain sisi, principal (pemegang saham) selaku pemilik perusahaan menginginkan peningkatan nilai pasar sahamnya. Principal tidak memikirkan untuk mendapatkan bonus dan agent tidak memikirkan peningkatan nilai saham. Situasi ini menimbulkan terjadinya perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Agent yang berperan sebagai pengelola perusahaan berkewajiban untuk memberikan informasi selengkapnya terkait dengan keadaan perusahaan kepada principal. Informasi yang diberikan oleh agent kepada principal dituangkan dalam laporan keuangan. Akan tetapi, terkadang informasi dan sinyal mengenai keadaan perusahaan yang diterima oleh principal tidak sesuai atau tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Informasi yang di ketahui oleh agent berbeda dengan informasi yang diterima oleh principal. Kondisi ini disebut dengan asimetri informasi (Information asymmetric). Asimetri informasi yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management). 2

Manajemen laba (earnings management) adalah tindakan dimana manajer dapat memodifikasi laporan keuangan baik itu menaikkan ataupun menurunkan laba sesuai dengan keinginan dan kepentingan manajer (agent). Hal ini terjadi karena manajer (agent) ingin mendapatkan laba sesuai target dengan tujuan mendapatkan bonus dari perusahaan. Tindakan dari manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajer untuk memenuhi kepentingannya sendiri (moral hazard) dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Dalam hal ini kepentingan yang dikorbankan adalah kepentingan principal. Tindakan manajemen laba akan berdampak pada kualitas laba yang dihasilkan dalam laporan keuangan, khususnya laporan laba rugi perusahaan. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan tujuan daripada laporan keuangan, yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (Standar Akuntansi Keuangan, 2009). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus memenuhi beberapa karakteristik laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (2009) yaitu dapat dipahami, relevan, disajikan dengan jujur, dapat diandalkan, netralitas. Dengan adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dapat menyebabkan laporan keuangan yang disajikan tidak memenuhi beberapa karakteristik dari laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan sehingga laporan keuangan tidak 3

memberikan manfaat dan kontribusi yang diperlukan oleh para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Pengguna laporan keuangan yang dimaksud berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009) adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat. Tindakan manajemen laba salah satunya dapat dibatasi dengan mekanisme good corporate governance. Mekanisme good corporate governance dapat meningkatkan pengawasan (monitoring) atas kinerja manajer dalam mengelola perusahaan sehingga diyakini dapat mengurangi terjadinya manajemen laba pada perusahaan (Prasasti, 2010). Corporate governance diperlukan untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri tetapi menyamakan kepentingan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Dalam hal ini, mekanisme good corporate governance diukur dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan keberadaan komite audit. Memperbesar kepemilikan saham oleh perusahaan (kepemilikan manajerial) merupakan mekanisme good corporate governance yang diprediksi dapat membatasi manajemen laba. Dengan memperbesar kepemilikan saham manajemen (managerial ownership), maka kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer dengan tujuan untuk mengurangi perilaku manajer dalam melakukan 4

manajemen laba (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Penelitian Guna (2010) mengatakan bahwa kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007), Antonia (2008) dan Palestin yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Selain itu, kepemilikan investor institusional juga diprediksi dapat membatasi tindakan manajemen laba. Diharapkan dengan adanya kepemilikan oleh investor institusional dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar sehingga dapat mengurangi prilaku oportunis manajer. Penelitian Guna (2010) mengatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Nuraini dan Zain (2007) yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen laba tidak hanya dapat dibatasi dengan memperbesar struktur kepemilikan melainkan dapat juga dilihat dari ukuran dewan komisaris dan proporsi dewan komisaris independen. Komisaris bertanggung jawab dan berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi (Effendi, 2009). Namun, dibutuhkan pihak ketiga yang dapat membantu kinerja dari dewan komisaris, yaitu dewan komisaris independen yang mampu memberikan pengawasan lebih baik terhadap manajer sehingga dapat memperkecil terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh manajer. Hal ini 5

bertentangan dengan penelitian Murhadi (2009) dan Guna (2010) yang mengatakan bahwa keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun, penelitian Bangun (2008) dan Wedari (2004) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran dewan komisaris dan proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Mekanisme good corporate governance yang juga diprediksi dapat membatasi manajemen laba adalah keberadaan komite audit. Sesuai dengan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. Kep-134/BL/2006 mengatakan bahwa dalam laporan tahunan perusahaan harus menguraikan tata kelola perusahaan yang mencakup adanya komite audit dan penjelasan terkait anggota komite audit perusahaan tersebut. Penelitian Murhadi (2009) dan Guna (2010) mengatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun, dalam penelitian Wedari (2004) didapatkan hasil bahwa keberadaan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan penelitian Utami dan Rahmawati (2008) yang mengatakan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji mekanisme good corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa mekanisme good corporate governance 6

yang terdiri dari pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Bangun (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan penelitian Guna (2010) yang mengatakan bahwa komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian Palestin juga menemukan bahwa komite audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dari beberapa penelitian terdahulu, didapatkan hasil yang kontradiksi atau tidak konsisten. Oleh karena itu, penelitian ini kembali menguji mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) dengan pengembangan sebagai berikut: 1. Pengukuran Mekanisme Good Corporate Governance Pada penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) mekanisme good corporate governance diukur dari variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris sedangkan pada penelitian ini, ditambahkan satu variabel independen lain yang diprediksi dapat memberikan pengaruh terhadap manajemen laba, yaitu keberadaan komite audit. Sehingga pada penelitian ini 7

mekanisme good corporate governance diukur dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit. 2. Tahun Penelitian Objek penelitian dalam penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) adalah perusahaan go public sektor manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2002-2004. Sedangkan pada penelitian ini, ditetapkan objek penelitiannya adalah perusahaan go public sektor manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penelitian ini diberi judul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010) B. Batasan Masalah Objek penelitian yang ditentukan adalah perusahaan go public sektor manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini mekanisme good corporate governance diukur dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit. Manajemen laba diukur dengan discretionary accrual. 8

C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba? 2. Apakah kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba? 3. Apakah ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba? 4. Apakah proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba? 5. Apakah keberadaan komite audit memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba? 6. Apakah mekanisme good corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan keberadaan komite audit) memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. 9

2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. 5. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh keberadaan komite audit terhadap manajemen laba. 6. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan keberadaan komite audit) terhadap manajemen laba. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perusahaan yang telah go public Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi perusahaan yang telah go public dalam menghadapi tindakan manajemen laba dan mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. 10

2. Pengguna laporan keuangan (Investor) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para pengguna laporan keuangan terutama investor dalam memahami praktek manajemen laba serta memahami mekanisme good corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. 3. Mahasiswa dan Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengembangan teori kepada mahasiswa dan para akademisi mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. F. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II : Telaah Literatur dan Perumusan Hipotesis Bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan terkait dengan mekanisme corporate governance dan manajemen laba dari berbagai literatur, dan perumusan hipotesis yang akan diuji. 11

Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian berdasarkan datadata yang telah dikumpulkan, pengujian dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan, dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. 12