PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI LOMBOK TENGAH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 10 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

'PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : T TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

...BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR.. 2 TAHUN TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pemerintah Kampung merupakan subsistem penyelenggaraan Pemerintah Nasional, sehingga Kampung memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya ; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Kampung (BPK). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9), Sebagai Undang-Undang (Memori penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Permerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

- 2-5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4857) ; 6. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 56). Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU dan BUPATI BERAU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud : 1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah ; 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau ; 4. Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten Berau ; 5. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan daerah Kota ;

- 3-6. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 7. Kepala Kampung adalah Pemimpin Kampung yang berwenang dan berkewajiban menyelenggarakan rumah tangga sendiri ; 8. Badan Permusyawaratan Kampung yang disingkat BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelengaraan Pemerintah Kampung sebagai unsur penyelengara Pemerintahan 9. Pemerintahan Kampung adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 10. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dan Perangkat Kampung sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan 11. Pemuka - Pemuka masyarakat adalah tokoh - tokoh masyarakat yang terpilih dari kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, golongan profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan. BAB II KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG Pasal 2 (1) BPK berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung ; (2) BPK merupakan mitra kerja dan sejajar dengan Pemerintah Kampung. BAB III FUNGSI, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG Pasal 3 (1) BPK mempunyai fungsi :

- 4 - a. Merumuskan dan menetapkan peraturan kampung bersama Kepala b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat ; (2) Pelaksanaan fungsi BPK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dalam peraturan tata tertib BPK ; Pasal 4 BPK mempunyai wewenang : a. Membahas rancangan peraturan kampung bersama kepala kampung ; b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan kampung dan peraturan kepala kampung ; c. Mengusulkan kepangkatan dan pemberhentian Kepala d. Membentuk panitia pemilihan Kepala e. Menggali, Menampung, Menghimpun, Merumuskan dan Menyalurkan aspirasii masyarakat. Pasal 5 BPK mempunyai hak : a. Meminta keterangan kepada pemerintah b. Menyatakan pendapat ; Pasal 6 Anggota BPK mempunyai hak : a. Mengajukan rancangan peraturan kampung ; b. Mengajukan pertanyaan ; c. Meminta pertanggung jawaban Kepala d. Menilai, Menerima dan menolak pertanggung jawaban Kepala e. Mengadakan perubahan rancangan peraturan kampung ; f. Menetapkan peraturan tata tertib BPK ; g. Memilih dan dipilih ; h. Memperoleh tunjangan. Pasal 7 Anggota BPK mempunyai kewajiban : a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

- 5 - b. Mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang - Undangan ; c. Melaksanakan kehidupan berdemokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan d. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; e. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat ; f. Memproses pemilihan Kepala g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat ; h. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan ; i. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. BAB IV KEANGGOTAAN BPK Pasal 8 (1) Jumlah anggota BPK ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan kampung ; (2) Adapun kualifikasi jumlah anggota BPK tersebut yaitu : a. Jumlah penduduk kurang dari 2000 jiwa, 5 orang anggota ; b. 2001 Penduduk sampai dengan 3000 jiwa, 7 orang anggota ; c. 3001 penduduk sampai dengan 4000 jiwa, 9 orang anggota ; d. Penduduk lebih dari 4000 jiwa 11 orang anggota. BAB V PENCALONAN, PENETAPAN DAN PEMBERHENTIAN Pasal 9 (1) Yang dapat menjadi anggota BPK adalah penduduk kampung,warga Negara Republik Indonesia yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) minimal 2 ( dua) tahun berturut-turut dan tidak terputus-putus ;

- 6 - (2) Persyaratan sebagai calon anggota adalah : a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; b. Sehat Jasmani dan Rohani ; c. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945 ; d. Berkelakuan baik, jujur dan adil ; e. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam Partai Komunis organisasi terlarang lainnya ; f. Berpendidikan sekuang- k urangnya sekolah lanjutan pertama dan atau berpendidikan sederajat ; g. Berumur sekurang - kurangnya 25 tahun dan batas paling tinggi 65 tahun ; h. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ; i. Tidak pernah dihukum pennjara karena melakukan tindak pidana ; j. Berdomisili dan menetap sekurang - kurangnya 2 tahun secara berturut-turut dan mengenal daerahnya serta dikenal oleh masyarakat dikampung setempat ; k. Bersedia dicalonkan menjadi anggota BPK. (3) Anggota BPK dipilih dari dan oleh anggota penduduk kampung berdasarkan calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, golongan profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan ; (4) Pemilihan anggota BPK dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk oleh Pemerintah Kampung dengan unsur - unsur keanggotaan panitia dari Aparat Kampung dan tokoh - tokoh masyarakat kampung. Pasal 10 Banyaknya bakal calon yang ditetapkan sebagai calon anggota BPK untuk dipilih adalah sebanyak 2 (dua) kali jumlah anggota BPK sebagaimana diatur dalam pasal 8. Pasal 11 (1) Calon terpilih anggota BPK ditetapkan berdasarkan daftar urutan peolehan suara terbanyak dari calon anggota yang ditetapkan ; (2) Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan ;

- 7 - (3) Calon yang memperoleh suara yang tidak memenuhi peringkat untuk diangkat menjadi anggota BPK dipersiapkan sebagai calon anggota dafar tunggu pergantian antar waktu anggota BPK. Pasal 12 (1) Peresmian anggota BPK ditetapkan dengan keputusan Bupati ; (2) Anggota BPK sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama - sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk ; (3) Susunan kata-kata sumpah/janji BPK sebagai berikut : Demi Allah/Tuhan saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya : Selaku anggota BPK Kampung.. dengan sebaik-baiknya, sejujur - jujurnya dan seadil-adilnya. Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara. Dan bahwa saya akan menegakan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai konstitusi negara, serta peraturan perundang - undangan yang berlaku bagi Kampung, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesa. Pasal 13 (1) Pimpinan BPK terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua dan 1 (satu) orang sekretaris ; (2) Rapat Pemilihan Pimpinan BPK untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu anggota termuda ; (3) Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota BPK secara langsung dalam rapat BPK yag diadakan secara khusus. Pasal 14 (1) Pimpinan dan anggota BPK tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Kampung dan Perangkat (2) Pimpinan dan anggota BPK dilarang : a. Sebagai pelaksana proyek kampungya ; b. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain ;

- 8 - c. Melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya ; d. Menyalahgunakan wewenang dan ; e. Melanggar sumpah janji jabatan. Pasal 15 Masa jabatan anggota BPK adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat / diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pasal 16 Keanggotaan BPK berhenti atau diberhentikan karena : a. Meninggal dunia ; b. Atas permintaan sendiri ; c. Telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPK yang baru ; d. Melanggar sumpah dan janji ; e. Terdakwa dan terpidana ; f. Melakukan perbuatan tercela dan bertentangan dengan Peraturan Perundang - Undangan yang berlaku ; g. Tidak bertempat tinggal dikampung setempat atau pindah penduduk. Pasal 17 (1) Pemberhentian anggota BPK diusulkan oleh ketua BPK dan atau Kepala Kampung kepada Bupati melalui Camat setempat ; (2) Anggota BPK yang berhenti karena meninggal dunia dan atau atas permintaan sendiri diusulkan oleh BPK ; (3) Anggota BPK yang diberhentikan harus mendapatkan persetujuan 2/3 jumlah anggota BPK yang hadir. Pasal 18 (1) Anggota BPK yang berhenti dan atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya diadakan pergantian anggota antar waktu ;

- 9 - (2) Pergantian anggota antar waktu sebagaimana ayat (1) diambil atau diangkat dari calon yang terdapat pada daftar berikutnya dari hasil pemilihan sebagaimana disebutkan Pasal 11, ayat (3) ; (3) Masa jabatan keanggotaan BPK pengganti antar antar waktu adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh anggota BPK yang berhenti atau diberhentikan ; (4) Mekanisme penetapan anggota BPK pengganti antar waktu dengan cara rapat atau musyawarah dan mufakat. Pasal 19 Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penggantian anggota BPK, Bupati menerbitkan Surat Keputusan sebagai pengesahan. Pasal 20 (1) Apabila pimpinan BPK berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir, diadakan penggantian pimpinan BPK ; (2) Mekanisme Penggantian pimpinan BPK dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat ; (3) Masa jabatan pimpinan BPK pengganti adalah sisa waktu masa jabatan yang belum dijalani oleh pimpinan BPK yang berhenti atau diberhentikan. Pasal 21 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPK dibantu oleh Pegawai Sekretariat BPK ; (2) Bahwa Sekretariat BPK diangkat atas usul Kepala Kampung atas persetujuan BPK ditetapkan dengan keputusan Kepala (3) Sekretariat BPK dipimpin oleh sekretaris BPK ; (4) Alat kelengkapan BPK lainnya dibentuk sesuai dengan kebutuhan ditetapkan dengan keputusan Pimpinan BPK. BAB VI RAPAT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

- 10 - Pasal 22 (1) Rapat BPK dipimpin oleh Ketua BPK ; (2) Rapat BPK dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurangkuranya ½ ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPK, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak ; (3) Dalam hal tertentu rapat BPK dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) dari jumlah anggota BPK, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 1/2 (setengah) ditambah 1(satu) dari jumlah anggota BPK yang hadir ; (4) Hasil rapat BPK ditetapkan dengan keputusan BPK dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh sekretaris BPK dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan Camat. Pasal 23 Rapat BPK dilaksanakan paling sedikit ( 2) kali dalam satu tahun. Pasal 24 (1) Pimpinan dan anggota BPK menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan kampung ; (2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Kampung (APBK). Pasal 25 (1) Untuk kegiatan-kegiatan BPK disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan kampung yang dikelola oleh sekretariat BPK ; (2) Biaya untuk kegiatan-kegiatan BPK ditetapkan setiap tahunnya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung ( APBK). Pasal 26 Pimpinan dan anggota BPK dapat melakukan diskusi dan dengar pendapat serta menampung segala aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sebagai bahan rapat kerja dengan pihak Pemerintah Kampung.

- 11 - BAB VII TINDAKAN PENYIDIKAN DAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU BPK Pasal 27 (1) Tindakan penyidikan terhadap anggota dan pimpinan BPK dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati ; (2) Hal-hal yang dikecualikan adalah : a. Tertangkap tangan melakukan tindakan pidana kejahatan ; b. Diduga telah melakukan tindakan pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. (3) Tindakan penyidikan diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. Pasal 28 (1) Dalam hal anggota BPK melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 14 dan 16 pimpinan BPK mengusulkan kepada Bupati agar anggota BPK yang bersangkutan diberhentikan sekaligus mengusulkan pergantian antar waktu. (2) Pergantian antar waktu anggota BPK diambil dari calon anggota daftar tunggu sebagaimana dimaksudkan Pasal 11 ayat (3) ; (3) Untuk penggantian anggota BPK antar waktu dilaksanakan dalam rapat BPK yang dipimpin ketua BPK. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 29 Kepala Daerah dan Camat wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan BPK. Pasal 30 Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, meliputi :

- 12 - a. Menetapkan pengaturan kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturanya kepada Kecamatan dan b. Memberikan pedoman pelaksanaan tugas pembantuan, penyusunan peraturan kampung, Peraturan Kepala c. Melakukan penelitian tentang penyelenggaraan Pemerintahan Kampung dan evaluasi serta pengawasan peraturan kampung ; d. Menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk e. Menyelenggarakan pendidikan, latihan dan bimbingan teknis lainnya ; f. Memberikan sangsi atas penyimpangan dan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan BPK ; g. Melakukan upaya-upaya percepatan atau akselarasi pembangunan kampung. Pasal 31 Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Kecamatan terhadap BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 meliputi : a. Memfasilitasi penyusunan peraturan kampung dan Peraturan Kepala Kampung serta pelaksanaan otonomi daerah kabupaten yang diserahkan kepada b. Memfasilitasi penerapan dan penegakan Peraturan Perundangan-Undangan serta administrasi tata Pemerintahan c. Memfasilitasi kerjasama antar Kampung dan kerjasama kampung dengan pihak ketiga serta kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32 (1) Masa jabatan Pimpinan dan Anggota BPK yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai habis masa jabatannya ; (2) Anggota BPK yang ada pada saat ini tetap melaksanakan tugas dan masih berlaku sampai habis masa jabatannya.

- 13 - BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 Pada saat Peraturan Daerah Kabupaten Berau ini berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Kampung (Lembaran Daerah Kabupaten Berau Tahun 2001 Nomor 63) dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 34 Peraturan Kampung tentang yang bertentangan atau tidak sesuai, diganti atau diubah paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau ini. Pasal 35 Peraturan Daerah Kabupaten Berau ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan perundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Berau. Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal, 7 Juni 2007 BUPATI BERAU, ttd Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal, 7 Juni 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BERAU, H. MAKMUR HAPK ttd H. IBNU SINA ASYARI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2007 NOMOR 11