PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat

a. bahwa balai pengobatan dan rumah bersalin merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Bidan telah mengembangkan kode etik profesi sebagai

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan adanya pelayanan kesehatan bagi masyarakat,

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian cita-cita bangsa

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Oleh:Ns.Heny Ekawati S.Kep.M.Kes.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN (MIDWIFERY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana dimaksud dalam

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDONESIA. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud dengan perilaku

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TH. 2009

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 53 TAHUN 2013

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG HOME CARE SERVICES WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia, seperti yang termuat di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa : Kesehatan merupakan hak asasi manusia salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan, dan papan. Dalam menunjang kualitas kesehatan manusia salah satunya dengan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas, agar dapat terselenggara hal tersebut dengan cara pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan dan kualifikasi minimum. Dalam peningkatan pelayanan kesehatan salah satu yang memiliki peran penting yaitu tenaga kesehatan, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undangundang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

2 mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa kelompok, salah satunya berdasarkan Pasal 11 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yaitu tenaga kebidanan, selanjutnya dijelasakan dalam Pasal 11 ayat (5) menyebutkan Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah bidan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 1 ayat (1) Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang terregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-udangan. Sementara itu yang dimaksud dengan bidan desa merupakan bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. 1 Jumlah bidan yang berada di Kabupaten Bantul sebanyak 199 orang, yang dengan kualifikasi 1 http://www.profesibidan.com/2015/04/bidan-desa.html?m=1 diakses tanggal 3 Januari 2017 Pukul 13:48 WIB

3 pendidikan yang berbeda-beda D4 Bidan berjumlah 22 orang, D3 Bidan berjumlah 125 orang, dan D1 Bidan berjumlah 52 orang. 2 Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki peranan cukup penting dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi (AKB). Masyarakat yang berdomisi di daerah pedesaan lebih cenderung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas, hal ini karena rata-rata masyarakat desa hidup dengan ekonomi menengah kebawah dan akses ke rumah sakit sangat jauh. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, dalam menjalankan praktik bidan berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pelayanan kesehatan ibu tersebut meliputi pelayanan konseling masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. Hak atas pelayanan dan perlindungan bagi Ibu dan Bayi di Indonesia merupakan hak dasar yang terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, seperti yang termuat dalam Pasal 28 huruf H yaitu Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tingal, dan mendapatkan 2 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2015

4 lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Berdasarkan laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat rentang AKI tahun 2007 yaitu 228 kematian (132-323) per 100 ribu kelahiran hidup. Tetapi lima tahun kemudian atau 2012, AKI meningkat yaitu 359 (239-478) per 100.000 kelahiran hidup. 3 Sementara itu untuk Kabupaten Bantul berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2015 angka kematian ibu sebanyak 11 kematian atau sebesar 87,5 per 100.000 kelahiran hidup, menurun secara signifikan dibanding tahun 2014 sebanyak 14 kasus kematian ibu atau sebesar 104,7 per 100.000 kelahiran hidup. Pencapaian angka kematian ibu ini belum mencapai target Kabupaten Bantul sebesar 70/100.000 KH. 4 Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang menduduki posisi pertama kematian ibu di Provinsi DI Yogyakarta dengan 11 kasus kematian dari 9.835 ibu hamil, menyusul di posisi kedua yakni Kabupaten Gunungkidul dengan 7 kasus dari 6.215 ibu hamil, Kota Yogyakarta terdapat 5 kasus dari 3.163 ibu hamil, sementara Kabupaten Sleman terdapat 3 http://pkbi.or.id/kematian-ibu-melahirkan-terus-meningkat/, diakses pada tanggal 28 Februari 2016 Pukul 14:23 WIB 4 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2015

5 4 kasus dari 11.627 ibu hamil, dan di posisi terakhir Kabupaten Kulonprogo dengan jumlah kasus kematian ada 2 dari 3.946 ibu hamil. 5 Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan bisa disebabkan karena kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan di desa tersebut dan juga minimnya pengetahuan tentang kesehatan ibu hamil dari masyarakat desa tersebut. Untuk mengurangi besarnya angka kematian ibu dan bayi pada saat proses persalinan maupun ketika sedang hamil harus terjaminnya akses ibu terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi. Bidan dalam melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-undang Kesahatan bahwa Tenaga kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Hal-hal tersebut merupakan sebagai acuan Bidan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dari aspek input, process dan output. Sehingga dalam melaksanakan tugasnya bidan tidak hanya 5 http://jogja.tribunnews.com/2015/12/23/angka-kematian-ibu-hamil-di-diy-meningkat-di-akhirtahun?page=2, diakses pada tanggal 15 Oktober 2016 Pukul 19:01 WIB

6 bertanggungjawab kepada masyarakat namun juga kepada organisasi profesi dan harus berdasarkan kode etik bidan. Bidan dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kesehatan terjadi suatu hubungan hukum berupa perjanjian pelayanan kesehatan atau perjanjian terapeutik antara pihak yang memberikan pelayanan kesehatan dalam hal ini bidan dengan penerima pelayanan kesehatan yaitu pasien. Perjanjian terapeutik menjadi landasan hubungan hak dasar antara tenaga kesehatan dengan pasien, maka dari itu pasien berhak mengetahui masalah kesehatan dan pelayanan yang dibutuhkannya. Hak dan kewajiban bagi para pihak dalam perjanjian terapeutik mucul atas kesepakatan bersama untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang berdasar atas suatu persetujuan untuk melakukan hal-hal tertentu. Perjanjian pelayanan kesehatan harus dibuat dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk melindungi pihak-pihak yang membuat perjanjian dan efektifitas pelaksanaan perjanjian itu sendiri. Perjanjian yang dibuat tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan akan membawa konsekuensi bagi para pihak yang membuatnya. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa: Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan hal ini maka para pihak harus mentaati perjanjian pelayanan kesehatan sebagaimana layaknya mentaati undang-

7 undang. Apabila tidak dilaksanakan kewajiban oleh salah satu pihak karena adanya unsur kesalahan yang dikenal juga dengan istilah wanprestasi, maka pihak tersebut dapat dipertanggungjawabkan atas kesalahannya tersebut. Kesalahan yang mungkin terjadi pada pelayanan kesehatan pada proses persalinan di Bidan desa dapat dipengaruhi oleh keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh Bidan desa. Sementara itu bidan tetap memiliki kewajiban melakukan pertolongan persalinan bagi pasien walaupun peralatan medik yang dimiliki terbatas, dalam hal ini agar tidak terjadi kelalaian dalam pertolongan persalinan yang dilakukan bidan harus melakukan pertolongan sesuai dengan standar profesi kebidanan. Perjanjian akan menjadi perjanjian yang ideal apabila para pihak memahami hak dan kewajibannya masing-masing dalam perjanjian tersebut, namun hal-hal tersebut sering terabaikan karena masih kurangnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya perjanjian terapeutik tersebut. Faktor lain yang menjadi penyebab terabaikan hal ini adalah pasien maupun keluarga pasien berasal dari kalangan menengah kebawah. Pasien dengan kelas ekonomi dan sosial menengah kebawah seringkali tidak memahami apa saja hak dan kewajibannya. Hal ini mengakibatkan apabila terjadi kelalaian dan penyimpangan dari bidan dalam proses persalinan tersebut bidan dapat menghidar dari tanggungjawab atas perbuatannya tersebut. Masalah kesehatan yang semakin kompleks, tuntutan dari masyarakat yang saat ini semakin meningkat terhadap pelayanan kesehatan yang

8 berkualitas, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tenaga kesehatan salah satunya bidan harus bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengangkat permasalah ini dalam tulisan yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan dalam Proses Persalinan antara Bidan desa Puskesmas dengan Pasien di Kabupaten Bantul B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan, yaitu apakah pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan dalam proses persalinan yang dilakukan oleh bidan desa puskesmas dengan pasien di Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan? Mengapa demikian? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Tujuan Subyektif

9 a. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. b. Sebagai sumbangan pemikiran ilmiah kepada pihak-pihak yang terkait pada khususnya, dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Tujuan Obyektif Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan di bidan desa di Kabupaten Bantul apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. D. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis menemukan penelitian yang hanya membahas sebagaian unsur penelitian dengan kajian yang berbeda, dengan Judul Pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan dalam proses persalinan antara pasien dengan Rumah Sakit Syafira Pekanbaru oleh Rio Yan Asrido pada Tahun 2012. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut terkait dengan kewajiban Rumah Sakit Syafira Pekanbaru kepada pasien persalinan jika terjadi wanprestasi dan juga solusi jika pasien tidak mampu melunasi biaya

10 persalinan di Rumah Sakit Syafira Pekanbaru. 6 Hasil penelitian dari Penulisan Hukum tersebut adalah Rumah Sakit Syafira Pekanbaru memiliki kewajiban dari wanprestasi yang dilakukannya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pasien. Dalam hal ini pihak rumah sakit berkewajiban untuk memberikan ganti rugi kepada pasien akibat dari wanprestasi tenaga medis yang berada dibawah naungan Rumah Sakit Syafira Pekanbaru; melakukan permohonan maaf kepada pasien yang bersangkutan; memberikan teguran kepada tenaga medis yang melakukan wanprestasi agar lebih profesional lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pihak Rumah Sakit Syafira Pekanbaru memberikan solusi kepada pasien yang tidak mampu membayar biaya persalinannya dengan memberikan keringanan biaya dan dapat mengangsur biaya persalinan tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan apakah pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan dalam proses persalinan yang dilakukan oleh bidan desa dengan pasien di Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lokasi penelitian terdahulu berada di Rumah Sakit Syafira Pekanbaru, sedangkan lokasi penelitian ini berada di Bidan desa yang ada di Kabupaten Bantul. Berdasarkan uraian ini, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Rio Yan Asrido, 6 Rio Yan Asrido, 2012. Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan dalam Proses Persalinan antara Pasien dengan Rumah Sakit Syafira Pekanbaru, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

11 dilihat dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian, hasil penelitian, dan lokasi penelitian. Berdasarkan uraian terkait perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, sepertinya belum ada penelitian terkait dengan Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan Dalam Proses Persalinan antara Bidan Desa Puskesmas dengan Pasien di Kabupaten Bantul, sehingga peneliti dalam hal ini menjamin keaslian dari penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan. E. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka hasil penelitian ini akan digunakan : 1. Bagi penulis, yakni hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis dalam bidang keperdataan, khususnya terkait dengan hukum kesehatan tentang perjanjian pelayanan kesehatan antara bidan dan ibu hamil dalam proses persalinan. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi ilmu pengetahuan hukum keperdataan terutama dalam hukum kesehatan khususnya tentang perjanjian pelayanan kesehatan antara bidan dengan ibu hamil dalam proses persalinan.

12 3. Bagi Masyarakat, yakni hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, informasi, dan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya, dokter, pasien dan paramedis. 4. Bagi Pemerintah, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah maupun instansi yang berwenang dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan layanan kesehatan.