BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

Obat Herbal Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. 2,3% pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan


BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori

Obat Diabetes Paling Ampuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial maupun ekonomi. Meningkatnya status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kematian di wilayah Asia Tenggara. Hal ini seperti yang disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak


BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringnya mengkonsumsi makanan yang tidak sehat atau makanan siap saji, kebiasaan merokok, tuntutan pekerjaan yang tinggi serta tidak adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan yang memicu gaya hidup yang tidak sehat dan menyebabkan munculnya penyakit. Beberapa penyakit yang merupakan akibat dari gaya hidup yang tidak sehat seperti hipertensi, jantung, stroke dan diabetes mellitus. Salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun adalah diabetes mellitus atau kencing manis. Subiyanto (2010) menyatakan bahwa diabetes merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Beberapa jenis diabetes mellitus, diantaranya, diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes tipe gestational dan diabetes mellitus tipe lainnya. Dari beberapa jenis diabetes tersebut, yang banyak diderita adalah diabetes mellitus tipe II. Diabetes mellitus tipe II menurut Kemenkes RI(2014) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan 1

2 gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin. Mayoritas pasien diabetes mellitus tipe II tidak memiliki ketergantungan terhadap insulin. Diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan faktor lingkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit tersebut. Kemenkes RI (2014) menyatakan bahwa diabetes mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita diabetes mellitusyang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Diabetes mellitus juga merupakan salah satu penyakit yang kompleks. Yakni penyakit kronis yang memerlukan perawatan medis yang dilakukan terus menerus. Data World Diabetes Foundationmenempatkan Indonesia pada peringkat ketujuh dunia sebagai negara penderitadiabetes mellitus di tahun 2014. Peningkatan tersebut dianggap sangat cepat sekali, sebabpada tahun 2011, Indonesia masih berada di peringkat kesepuluh dunia. (sumber : http://viva.co.id/diakses pada 25 Februari 2016. Data pasien diabetes mellitus di Poliklinik kaki diabetik dan perawatan luka Rumah Sakit Ulin Banjarmasin pada bulan April 2016 sebanyak ± 338

3 orang pasien, 35-45% diantaranya merupakan pasien diabetes mellitus tipe II. Di negara maju, tingkat usia yang rentan mengidap penyakit diabetes mellitus di atas 65 tahun, sementara di negara berkembang mulai dari usia 45-64 tahun. Hal ini menjadi beban pemerintah dan masyarakat karena pada rentang usia tersebut adalah usia produktif (sumber : http://www.republika.co.id/diakses pada 25 Februari 2016). Sebab, seseorang yang berada pada rentang usia 45-64 tahun memiliki kemampuan untuk membantu dalam kelancaran dari segi perekonomian suatu wilayah. Pada pasien diabetes mellitus tipe II, perlu adanya dukungan sosial untuk menjalani kehidupannya agar lebih bermakna. Sebab, diabetes mellitus merupakan penyakit progresif yang tidak dapat diobati, tapi hanya bisa dikendalikan saja (sumber : http://lifestyle.okezone.com/diakses pada 10 Juni 2016). Komplikasi yang kerap kali dialami oleh pasien diabetes mellitus, tidak hanya berdampak pada fisik, namun juga berpengaruh pada aspek psikologis, sosial dan ekonomi. Dampak psikologis yang sering dialami yakni stres, penolakan terhadap keadaan dirinya, cemas, mudah marah serta tidak menerima kenyataan. Dampak tersebut bukan hanya dirasakan oleh pasien, tetapi juga keluarganya. Pasien diabetes mellitus juga akan merasakan gangguan sosial, seperti gangguan terhadap hubungan sosial, hubungan interpersonal, atau gangguan yang mengakibatkan pasien mudah merasa putus asa. Pasien diabetes mellitus mengalami penurunan

4 produktivitas kerja serta perlu perhatian khusus seperti pengendalian jangka panjang dan kompleks akan memerlukan biaya yang besar dalam perawatannya. Hal ini akan berdampak pada kondisi ekonomi pasien diabetes mellitus dan keluarganya (Price & Wilson, 2006). Hasil penelitian Hasan, Lilik & Agustin (2013) menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan diri pada penderita diabetes mellitus di Surakarta sebesar 48,771%. Pada penelitian tersebut, penerimaan diri subjek tergolong sedang. Sedangkan hasil penelitian Christanty & Wardhana (2013) menunjukkan bahwa taraf signifikansi antara dukungan sosial dan penerimaan diri pada pasien diabetes mellitus pasca amputasi sebesar 0,716 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan peenrimaan diri dan koefisien korelasi sebesar 0,069 (p<0,10) berarti kekuatan korelasi antara dukungan sosial dan penerimaan diri tergolong kecil atau rendah. Penerimaan diri merupakan salah satu unsur penting yang harus ada didalam diri pasien diabetes mellitus tipe II. Matyja (2014) menjelaskan bahwa seseorang diharapkan mampu menerima keadaan yang terjadi pada dirinya untuk memungkinkan individu dapat membedakan dirinya dengan lingkungannya. Hal ini mengharapkan seseorang untuk menanggapi sikap positif terhadap diri dan kemampuan yang dimilikinya serta kemampuan terhadap ketentuan baru yang ditetapkan oleh lingkungan. Penerimaan diri itu sendiri yakni, memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek termasuk kualitas baik dan buruk yang ada

5 dalam diri serta memandang positif terhadap kehidupan yang telah dijalani. Sehingga terwujudnya aktualisasi dari segala potensi yang dimiliki. Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2004), individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya.penerimaan diri menurut Arthur (dalam Ridha, 2010) adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya.dalam hal ini, pasien diabetes mellitus diharapkan dapat menerima keadaan dirinya saat ini serta menerima pengalaman baik ataupun buruknya. Penerimaan diri dikatakan baik menurut Hurlock (dalam Rizkiana, 2008) jika individu yang bersangkutan mau dan dapat memahami keadaan dirinya, bukan seperti apa yang diinginkan. Individu tersebut juga harus memiliki harapan realistis, sesuai dengan kemampuan dirinya. Dengan demikian, apabila seseorang memiliki konsep yang menyenangkan dan rasional tentang dirinya, maka dapat dikatakan orang tersebut dapat menyukai dan menerima keadaan dirinya. Waqiati, dkk (2012) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah dukungan berupa pemberian informasi, bantuan nyata, tindakan yang diberikan dari seseorang yang memiliki kedekatan emosional dan memberikan manfaat kenyamanan terhadap penerima karena menimbulkan perasaan dihargai, dicintai dan diperhatikan. Dukungan sosial memiliki

6 kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan optimisme seseorang. Keyes (dalam Donsu, 2014) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial terutama dari orang terdekat diharapkan dapat mengurangi beban psikologis dengan meningkatkan optimisme seseorang. Aflakseir dan Malekpour (2014) menjelaskan bahwa pasien dengan diabetes mellitus umumnya mengalami kecemasan lebih besar jika dibandingkan dengan pasien penyakit lainnya. Sehingga, dukungan sosial perlu diberikan untuk mengurangi kecemasan tersebut. Kaniasty (2005) menjelaskan bahwa dukungan sosial dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya, penerimaan dukungan, menanamkan jiwa sosial yang berkualitas dan hubungan dengan orang lain, serta memiliki keyakinan dan merasakan dukungan yang diberikan kepada dirinya. Hasil penelitian Masyithah (2012) menyebutkan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 17,4% terhadap penerimaan diri pada 30 orang pasien pasca stroke. Sedangkan hasil penelitian Utami (2013) menunjukkan bahwa kontribusi dukungan sosial keluarga sebesar 47,20% terhadap penerimaan diri pada 105 orang pasien asma di RSUD Sanjiwani, Gianyar. Dari kedua hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial turut memberikan sumbangan terhadap penerimaan diri individu. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada pasien diabetes mellitus tipe II?

7 B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui keterkaitanantara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada pasien diabetes mellitus tipe II. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui peranan dukungan sosial terhadap penerimaan diri. b. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial. c. Untuk mengetahui tingkat penerimaan diri. C. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diantaranya : 1. Bagi Orang Terdekat Pasien Sebagai pengetahuan seberapa penting keberadaannya bagi pasien diabetes mellitus serta upaya deteksi dini dan pencegahan terhadap diabetes mellitus tipe II. 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukkan dalam upaya pengembangan pelayanan terhadap pasien diabetes mellitus tipe II. 3. Bagi Praktisi Psikologi Sebagai pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Klinis dan Psikologi Sosial serta sebagai landasan teori bagi penelitian selanjutnya.

8 Tabel 1 D. Keaslian Penelitian Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan dukungan sosial dan penerimaan diri diantaranya : Keaslian Penelitian Judul Peneliti Subjek Penelitian Hasil Hubungan Dewi Masyithah 30 orang pasien pasca Dukungan sosial Dukungan Sosial (2012) stroke, menggunakan berperan kecil dalam dan Penerimaan metode accidental memunculkan Diri pada sampling. penerimaan diri pada Penderita Pasca pasien pascastroke, Stroke yakni sebesar 17,4% Hubungan antara Ni Made Sintya 105 orang yang Dukungan sosial Dukungan Sosial Noviana Utami mengidap asma di keluarga memberikan Keluarga dengan (2013) RSUD Sanjiwani pengaruh terhadap Penerimaan Diri Gianyar, menggunakan penerimaan diri pasien Individu yang metode random sebesar 47,20% dan Mengalami Asma. sampling. 52,80% berasal dari faktor lain yang tidak diteliti. Hubungan antara Ali Hasan, Salmah Sampel adalah anggota Sumbangan efektif dari Penerimaan Diri Lilik, Rin Widya Aktif PERSADIA penerimaan diri dan Dukungan Agustin Cabang Surakarta, terhadap optimisme Emosi dengan menggunakan metode sebesar 48,771%. Optimisme pada Cluster Random Penerimaan diri subjek Penderita Sampling tergolong sedang. Diabetes Mellitus Anggota Aktif PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Cabang Surakarta Hubungan Deby Apriliana Metode Snowball Uji korelasi dukungan Persepsi Christanty, I Sanny sampling sosial dengan Dukungan Sosial Prakosa Wardhana penerimaan diri sebesar dengan 0,716 (p>0,05). Penerimaan Diri Koefisien korelasi Pasien Penderita sebesar 0,069 (p<0,10). Diabetes Mellitus Artinya tidak ada Pasca Amputasi hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri dan kekuatan korelasi tergolong lemah.