BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembentukan manusia yang berkualitas, dengan adanya pendidikan diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia secara nasional. Matematika adalah salah satu bidang studi yang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan. Dengan belajar matematika orang tidak hanya sekedar menghafal fakta-fakta dengan baik, paham dengan hubungan sebab akibat, dan tidak pandai memecahkan masalah, tetapi dengan belajar matematika dapat membuat kemampuan penalaran berkembang. Sedangkan dalam menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat, yang di perlukan bukan pengetahuan saja akan tetapi kemampuan mengkaji dan berfikir (bernalar) secara logis, kritis dan sitematis sangat di perlukan. Kemampuan penalaran memiliki peran yang penting dalam proses berpikir seseorang. Kegiatan penalaran matematika menghasilkan suatu pengetahuan yang dikaitkan dengan suatu kegiatan berpikir bukan suatu paksaan. Belajar matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan. Belajar matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika (Depdiknas dalam Shadiq, 2009). Kemampuan penalaran siswa dapat di 1 1
2 ketahui sejauh mana siswa telah memahami, menyelesaikan masalah, dan menghargai manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian Killpatrick, Swafford dan Findell (2001) ada lima kompetensi matematis yang perlu di kembangkan diantaranya yaitu: (1) conceptual understanding (pemahaman konsep), (2) procedural fluency (kemahiran prosedural), (3) strategic competence (kompetensi strategi), (4) adaptif reasoning (penalaran adaptif), dan (5) productive disposition (sikap produktif). Salah satu kompetensi tersebut adalah penalaran adaptif. Penalaran adaptif yaitu kemampuan yang tidak hanya mencakup penalaran deduktif saja, namun adanya kemampuan intuisi dan penalaran induktif (kemampuan analogi, pola dan metafora). Penalaran adaptif sebagai kapasitas berfikir secar logis mengenai hubungan antara konsep dan aplikasi. Dalam penalaran ini siswa harus paham dalam setiap proses yang dilalui pada materi yang di peroleh, harus berhati-hati dan membiasakan pengetahuan yang didapat harus disimpulkan. Dalam standar isi pelajaran matematika SMP adanya pengintegritasan karakter bangsa, dimana di jelaskan bahwa adanya tujuan dari karekter bangsa meliputi berpikirlogis, kritis, kreatif dan inovatif, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri. Percaya diri (self confidence) merupakan aspek psikologi yang berhubungan dengan perilaku yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental. Pada proses pembelajaran, percaya diri muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu tindakan. Percaya diri dapat mempengaruhi aktivitas yang dipilih oleh
3 siswa dalam pembelajaran. Siswa dengan percaya diri rendah akan banyak menghindari tugas belajar yang menantang dan sulit. Namun siswa dengan percaya diri tinggi akan memiliki keberanian mengerjakan tugas yang menantang dan sulit. Tingkat kepercayaan diri tiap siswa berbeda, siswa yang mempunyai tingkat percaya diri yang tinggi cenderung mempunyai kreatifitas yang lebih di bandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat percaya diri yang rendah. Dengan rasa percaya diri yang dimiliki siswa akan mengikuti pembelajaran matematika dengan baik dan apabila guru akan memberikan permasalahan kepada siswa maka siswa akan berani berpendapat, bertanya, dan menjawabnya. Kemudian apabila guru memberikan masalah kepada siswa tentang kemampuan penalaran adaptif misalnya pada latihan pemecahan masalah dalam operasi penjumlahan pada algoritma, mereka akan menemukan pengalaman baru dalam penjelasan dan pemeriksaan sendiri dengan berbagai jenis masalah maka siswa akan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan rasa percaya diri. Pentingnya rasa percaya diri yang harus dimiliki siswa memiliki manfaat positif bagi siswa diantaranya berpikir positif, tidak bergantung pada orang lain, berprestasi, optimis, kreatif, dan mudah bergaul. Dengan adanya rasa percaya diri dan kemampuan penalaran adaptif yang dimiliki siswa, guru dapat merancang pembelajaran yang tepat untuk siswa serta dapat memberikan tindak lanjut agar siswa mampu memiliki tingkat rasa percaya diri dan kemampuan penalaran adaptif yang baik. Selain itu diharapkan guru dapat mengetahui tingkat rasa percaya diri yang dimiliki oleh siswa serta
4 mengetahui kemampuan penalaran adaptif yang dimiliki siswa untuk dijadikan bahan evaluasi. SMP Negeri 2 Karangpucung bukan sekolah yang bertempat di pusat kota namun bukan pula sekolah yang tertinggal. Sekolah ini sudah sangat mengenal pengetahuan yang moderen dan teknologi yang canggih. Kurikulum yang di gunakan pada sekolah ini adalah KTSP untuk kelas VIII dan IX, dan K13 untuk kelas VII. Guru yang mengajar kelas VII harus mengajar sesuai dengan kurikulum K13, namun untuk kelas VIII dan IX masih menggunakan KTSP. Setelah berdiskui dengan guru matematika dapat diketahui bahwa tingkat percaya diri yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda maka dengan adanya perbedaan tersebut peneliti disarankan untuk melakukan penelitian di kelas VIII karena dianggap sudah cukup stabil emosinya untuk dijadikan subyek penelitian. Uraian di atas mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis kemampuan penalaran adaptif ditinjau dari rasa percaya diri Siswa SMP Negeri 2 Karangpucung. B. Fokus Penelitian Agar Penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas jangkauannya,maka penelitian ini terbatas pada gambaran kemampuan penalaran adaptifditinjau dari rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karangpucung.
5 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan penalaran adaptif ditinjau dari rasa percaya diri siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karangpucung. D. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa Siswa dapat mengetahui seberapa besar kemampuan penalaran adaptif ditinjau dari rasa percaya diri yang dimiliki dalam pembelajaran matematika. 2. Bagi guru Guru dapat mengetahui kemampuan penalaran adaptif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang di tinjau dari rasa percaya diri. 3. Bagi Sekolah Sebagai alat evaluasi untuk mengetahui tingkat percaya diri dalam hal kemampuan penalaran adaptif. 4. Bagi peneliti Menambah pengalaman dan sebagai pelatihan bagi peneliti dalam memahami kemampuan siswa di sekolah.