ANALISIS PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TUNGGAL ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER UNTUK PERAMALAN ABSTRACT

METODE MOVING AVERAGE DAN METODE WINTER DALAM PERAMALAN ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN ALGORITMA NONLINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PARAMETER DALAM METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL SATU PARAMETER

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PERAMALAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE PENGHALUSAN EKSPONENSIAL HOLT - WINTER

OPTIMASI PARAMETER α DAN γ DALAM PEMULUSAN EKSPONENSIAL DUA PARAMETER DENGAN METODE MODIFIKASI GOLDEN SECTION

SKRIPSI APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING. Disusun oleh: DANI AL MAHKYA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

METODE PEMULUSAN (SMOOTHING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

Peramalan Jumlah Penumpang Pada Siluet Tour And Travel Kota Malang Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL MATEMATIKA MANTIK Edisi: Oktober Vol. 02 No. 01 ISSN: E-ISSN:

PREDIKSI HARGA DAGING SAPI DI PEKANBARU DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL WINTER

BAB III PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. (memecah) data deret berkala menjadi beberapa pola dan mengidentifikasi masingmasing

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

UJIAN TUGAS AKHIR EKA NOVI NURHIDAYATI. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN TEORITIS HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN DATA RUNTUN WAKTU

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA HOLT DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA BROWN

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

MODEL DAMPED MULTIPLICATIVE TREND

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

BAB II LANDASAN TEORI

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

APLIKASI METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA BROWN DALAM MERAMALKAN JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA MEDAN

MENENTUKAN PENJUALAN PRODUK TERBAIK DI PERUSAHAAN X DENGAN METODE WINTER EKSPONENSIAL SMOOTHING DAN METODE EVENT BASED

Peramalan (Forecasting)

Peramalan Dengan Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Dari Brown (Studi Kasus: Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Samarinda)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

Dwi Puspitasari 1, Mustika Mentari 2, Wildan Ridho Faldiansyah 3

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TUNGGAL DAN FUZZY TIME SERIES UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

PERBANDINGAN METODE FUZZY TIME SERIES DAN HOLT DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PERAMALAN JUMLAH MAHASISWA BARU INSTITUT PERTANIAN BOGOR STEVEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA DUA PARAMETER DARI HOLT DAN METODE BOX-JENKINS

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN PERAMALAN PENJUALAN PAKAN UDANG PADA PT CENTRAL PROTEINA PRIMA, TBK DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL (EXPONENTIAL SMOOTHING) SKRIPSI

APLIKASI TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK FORECASTING JUMLAH PENDUDUK MISKIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

PERAMALAN (Forecast) (ii)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PRODUK KECAP PADA PERUSAHAAN KECAP MANALAGI DENPASAR BALI.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN KANTOR PERCETAKAN DAN PERDAGANGAN UMUM CV AGUNG BEKASI TIMUR

PERBANDINGAN MODEL PEMULUSAN WINTER DENGAN ARM A(p, q) UNTUK PERAMALAN STOK BERAS BULOG PEKANBARU ABSTRACT

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh.

Perbandingan Analisis Trend dan Holt Double Eksponensial Smoothing dalam Meramalkan Angka Kematian Bayi di Jawa Timur

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

Teknik Proyeksi Bisnis (Forecasting)

APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING ABSTRACT

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

EMA302 Manajemen Operasional

Prediksi Persediaan Ikan Teri Menggunakan Exponential Smoothing Berbasis Ordered Weighted Aggregation

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Analisis Deret Waktu

ANALISIS DERET WAKTU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX. Nama : Desty Trisnayannis NPM :

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

Penerapan Metode Smoothing Untuk Peramalan Penghasilan Retribusi Toko

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL DAN ARIMA (BOX-JENKINS) SEBAGAI METODE PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) SKRIPSI

Transkripsi:

AALISIS PERAMALA DEGA MEGGUAKA METODE PEMULUSA EKSPOESIAL TUGGAL Annisa Rahmattia 1, Bustami 2, MDH.Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia annisa.rahmattia93@ymail.com ABSTRACT This article discusses the forecasting method that is used to predict the value of the future. This forecasting uses a single exponential smoothing method which has one smoothing parameter that satisfies a value between 0 and 1 obtained through trial and error. Then linear programming is used for determining an optimal smoothing parameter value. This method simply sets the forecast value of future period with a measure of forecasting error using MAE (Mean Absolute Error) and MAPE (Mean Absolute Percentage Error). This forecasting method is implemented in a case of predicting the sale price of bunch of palm at a company in Riau. Keywords: forecasting, single exponential smoothing method, MAE, MAPE. ABSTRAK Artikel ini membahas tentang metode peramalan yang digunakan untuk memprediksi nilai masa mendatang. Peramalan ini menggunakan Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal yang memiliki satu parameter pemulusan dengan nilai antara 0 dan 1 yang diperoleh melalui cara coba dan salah. Selanjutnya menggunakan program linier untuk menentukan nilai parameter pemulusan yang optimal. Metode ini hanya mengatur nilai ramalan masa mendatang dengan suatu ukuran kesalahan peramalan yaitu menggunakan MAE dan MAPE. Metode peramalan ini diaplikasikan pada kasus peramalan harga penjualan kelapa sawit pada sebuah perusahaan di Provinsi Riau. Kata kunci: peramalan, metode pemulusan eksponensial tunggal, MAE, MAPE. 1. PEDAHULUA Peramalan (forecasting) merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan nilai variabel masa lalu. Dalam melakukan peramalan suatu nilai variabel masa lalu perlu memperhatikan dan Repository FMIPA 1

mempelajari sifat dan perkembangan variabel tersebut. Salah satu cara dalam mempelajari bagaimana perkembangan historis dari suatu nilai variabel masa lalu yaitu dengan mengamati deretan nilai-nilai variabel tersebut menurut waktu yang dinamakan runtun waktu. Salah satu cara dalam melakukan peramalan runtun waktu yaitu dengan menggunakan pemulusan (smoothing). Pemulusan ini merupakan pengambilan rata-rata dari nilai observasi untuk meramal nilai pada suatu periode waktu. Terdapat dua kelompok cara dalam melakukan pemulusan antara lain dengan kelompok metode perataan (average) dan pemulusan eksponensial (exponential smoothing) [5, h: 7]. Pada artikel ini dibahas analisis peramalan dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial tunggal yang mempunyai satu parameter pemulusan. Pendekatan dalam menentukan parameter pemulusan yang baik dilakukan melalui cara coba dan salah (trial and error) serta menggunakan program linier. Untuk mengevaluasi nilai parameter tersebut digunakan pengukuran kesalahan peramalan yaitu MAE dan MAPE. ilai kesalahan terkecil menentukan nilai parameter yang terbaik. 2. POLA DATA RUTU WAKTU, PERAMALA, DA UKURA KESALAHA PERAMALA Analisa runtun waktu memperhatikan empat komponen pola data yang melekat dalam mempengaruhi model yang dibentuk, yaitu pola horizontal, pola musiman, pola siklis, dan pola tren. Jika kecendrungan data membentuk garis lurus maka dapat dikatakan model data membentuk tren linier dan sebaliknya jika membentuk garis lengkung maka dapat dikatakan membentuk tren nonlinier [5, h: 32]. Banyak data runtun waktu yang mencakup kombinasi dari pola tersebut sehingga setiap pola data dapat dibedakan dengan menggunakan metode peramalan. Dalam melakukan peramalan tentunya keberadaan sekarang merupakan suatu titik referensi awal peramalan dan membutuhkan n data observasi pada masa lalu untuk memperoleh ramalan m waktu yang akan datang. Dalam mengubah pengaruh data observasi terhadap nilai rata-rata sebagai peramalan dapat dilakukan dengan menentukan berapa jumlah nilai observasi yang akan digunakan dalam menghitung nilai rata-rata tersebut. Untuk menggambarkan prosedur ini digunakan istilah ratarata bergerak. Diberikan titik data dan diputuskan untuk menggunakan t waktu observasi pada setiap rata-rata. Dimisalkan x t, x t +1,..., x t 2, x t 1, x t menjadi suatu nilai observasi dari runtun waktu dan f t +1,..., f t 2, f t 1, f t menjadi suatu nilai ramalan dari runtun waktu. Secara aljabar, menghitung peramalan untuk periode waktu yang akan datang f t+1 menggunakan rata-rata bergerak tunggal dapat ditulis sebagai berikut: f t+1 = x t +1 +... + x t 1 + x t. (1) Repository FMIPA 2

Persamaan (1) dapat dimodifikasi dengan diketahuinya nilai ramalan terakhir f t, yaitu f t = x t + x t +1 +... + x t 1, (2) Dari persamaan (1) dan persamaan (2) maka nilai f t+1 dapat dicari berdasarkan nilai f t yang diketahui pada persamaan (2) dengan bentuk berikut [5, h: 18] ) ) maka f t+1 f t = sehingga diperoleh ( xt +1 +... + x t 1 + x t ( xt f t+1 f t = x t x t, f t+1 = f t + + x t +1 +... + x t 1 ( xt x ) t. (3) Persamaan (3) ini digunakan dalam memperoleh nilai ramalan untuk periode waktu yang akan datang f t+1 pada metode pemulusan eksponensial tunggal. ilai kesalahan dalam peramalan melibatkan selisih antara nilai observasi dan nilai peramalan, maka kesalaan peramalan untuk tiap periode waktu e t adalah [2, h: 40] e t = x t f t. (4) Besarnya kesalahan dapat dihitung menggunakan MAE yang merupakan ratarata kesalahan absolut peramalan, dapat didefinisikan sebagai [3, h: 36] MAE = 1 n n e t, (5) t=1 dan MAPE yang dihitung menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode dibagi dengan nilai observasi pada tiap periode itu dan merata-ratakan kesalahan persentase absolut tersebut, yang dapat didefinisikan sebagai MAP E = 1 n n t=1 e t x t 100%. (6) 3. AALISIS PERAMALA DEGA MEGGUAKA METODE PEMULUSA EKSPOESIAL TUGGAL Pada artikel ini dibahas analisis peramalan dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial tunggal dan aplikasi peramalan terhadap penjualan. Metode pemulusan eksponensial ini merupakan pengembangan dari metode ratarata bergerak tunggal yang dimulai dari persamaan (3) dengan memisalkan observasi yang lama x t tidak tersedia maka tempatnya harus diganti dengan suatu nilai Repository FMIPA 3

pendekatan, maka salah satu pengganti yang mungkin adalah nilai ramalan terakhir yaitu f t, sehingga persamaan (3) dapat ditulis kembali menjadi sebagai berikut [5, h: 19]: ( xt f t+1 = f t + f ) t, atau dengan bentuk f t+1 = ( ) ( 1 x t + 1 1 ) f t. (7) Dari persamaan (7) dapat dilihat bahwa ramalan f t+1 didasarkan atas pembobotan observasi terakhir dengan suatu nilai bobot (1/) dan pembobotan ramalan terakhir f t dengan suatu bobot (1 (1/)), karena merupakan suatu bilangan positif dan 1/ menjadi suatu konstanta yang besar nilainya antara 0 jika tak terhingga dan 1 jika =1. Pada metode pemulusan eksponensial tunggal 1/ akan diganti dengan suatu parameter pemulusan yaitu α, maka persamaan (7) menjadi f t+1 = αx t + (1 α)f t. (8) Persamaan (8) ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan metode pemulusan ksponensial tunggal. ilai f t+1 yang didasarkan pada pembobotan observasi terakhir x t dengan nilai bobot α dan pembobotan nilai ramalan terakhir f t dengan bobot (1 α) yang dapat digambarkan dengan mengganti nilai α yang memenuhi 0 < α < 1 [6, h: 1281]. Metode pemulusan eksponensial tunggal dapat meramalkan suatu periode ke depan hanya didasarkan pada observasi terakhir dan ramalan terbaru yang dapat dilihat pada persamaan (8) dan nilai dari periode sebelumnya telah diperhitungkan dalam peramalan nilai-nilai sebelumnya [4]. Akibat langsung pemulusan eksponensial tunggal ini dilihat dari nilai ramalan untuk periode yang akan datang f t+1 pada persamaan (8) dapat diketahui nilai ramalan terakhir f t yaitu [2, h: 81] f t = αx t + (1 α)f t 1, (9) dengan substitusi persamaan (9) ke persamaan (8) diperoleh atau dengan bentuk f t+1 = αx t + (1 α)[αx t 1 + (1 α)f t 1 ], f t+1 = αx t + α(1 α)x t 1 + (1 α) 2 f t 1. (10) Dengan cara yang sama seperti memperoleh f t maka diperoleh nilai f t 1 yaitu f t 1 = αx t 2 + (1 α)f t 2, (11) dan substitusi persamaan (11) ke persamaan (10) sehingga diperoleh f t+1 = αx t + (1 α)x t 1 + (1 α) 2 [αx t 2 + (1 α)f t 2 ], Repository FMIPA 4

atau f t+1 = αx t + α(1 α)x t 1 + α(1 α) 2 x t 2 + (1 α) 3 f t 2. (12) Jika proses substitusi ini diulangi dengan mengganti f t dengan komponennya, f t 1 dengan komponennya, dan seterusnya maka akan diperoleh bentuk persamaan dari f t+1 sebagai berikut: f t+1 = αx t + α(1 α)x t 1 + α(1 α) 2 x t 2 + α(1 α) 3 x t 3 + α(1 α) 4 x t 4 + α(1 α) 5 x t 5 +... + α(1 α) 1 x t ( 1) + (1 α) f t ( 1). (13) Dapat dikatakan bahwa nilai ramalan untuk periode yang akan datang menggunakan metode pemulusan eksponensial tunggal f t+1 mempertimbangkan semua nilai observasi terakhir dan ramalan terbaru [1, h: 13]. Peramalan untuk ramalan periode waktu pertama belum bisa dilakukan karena tidak mempunyai data yang cukup untuk dihitung dan peramalan untuk periode waktu kedua yaitu f 2 = αx 1 + (1 α)f 1, dengan nilai untuk f 1 tidak diketahui maka dapat mengggunakan nilai observasi pertama x 1 sebagai ramalan pertama yaitu f 1 = x 1 dan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan persamaan (8). Langkah seperti ini merupakan salah satu tahap inisialisasi. Kemungkinan lain selain dengan tahap inisialisasi adalah merataratakan empat atau lima nilai pertama dalam kelompok data dan menggunakannya sebagai ramalan pertama. APLIKASI PERAMALA MEGGUAKA METODE PEMULUSA EKSPOESIAL TUGGAL Metode peramalan dengan pemulusan eksponensial tunggal ini diaplikasikan pada peramalan penjualan kelapa sawit. Peramalan penjualan ini memperkirakan perolehan harga penjualan pada periode berikutnya berdasarkan data penjualan sebelumnya. Diperoleh data harga penjualan tandan buah segar kelapa sawit yang merupakan perolehan harga penjualan kelapa sawit perbulannya yaitu dari Januari 2011 hingga Desember 2014 yang bersumber dari hasil penelitian di Perusahaan X. Harga penjualan tandan buah segar kelapa sawit ini di plot dengan periode waktu menujukkan sebagai absis dan nilai penjualan sebagai ordinatnya yang diperlihatkan pada Gambar 1. Dari gambar 1 ini menunjukkan bahwa data bergerak naik turun setiap bulannya yang dipengaruhi oleh faktor fluktuasi ekonomi yang random. Perolehan harga penjualan tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013 dan pada bulan April 2011 terjadinya penurunan harga penjualan yang jauh dari harga rata-rata. Selain itu, harga penjualan ini juga menunjukkan adanya pola tren nonlinier yang dapat dilihat dari data yang bergerak naik dalam suatu periode waktu dan mengalami penurunan dalam periode waktu berikutnya sehingga menghasilkan garis melengkung yang disebut tren parabola yang dapat dilihat pada Gambar 2. Repository FMIPA 5

Gambar 1: Grafik harga penjualan tandan buah segar kelapa sawit Gambar 2: Pola harga penjualan tandan buah segar kelapa sawit Dalam menghitung nilai ramalan penjualan f t+1 dengan metode pemulusan eksponensial tunggal dapat dilakukan dengan mengganti nilai parameter pemulusan α yang merupakan bilangan positif antara 0 dan 1 yaitu disini akan dicoba menggunakan α=0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 dan 0,9 dengan mengoptimalkan tahap inisialisasi. ilai α yang dihitung melalui cara coba dan salah di ukur kesalahan peramalannya berdasarkan MAE dan MAPE. Adapun hasil kesalahan peramalan dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai MAE dan MAPE masing-masing terkecil pada α = 0,5. Repository FMIPA 6

Tabel 1: Ukuran kesalahan peramalan α MAE MAPE (Rp) (%) 0, 1 705.558.092 14, 094 0, 2 643.651.040 13, 191 0, 3 598.629.289 12, 452 0, 4 575.970.126 12, 034 0, 5 565.911.741 11, 871 0, 6 567.814.794 11, 962 0, 7 576.448.308 12, 164 0, 8 588.379.033 12, 429 0, 9 604.107.001 12, 770 Dalam menentukan nilai α yang optimal yang menggunakan program linier dengan bantuan Solver pada microsoft excel dapat dilakukan dengan pengaturan solver yang mempunyai tujuan pada peramalan ini yaitu meminimumkan nilai kesalahan peramalan yaitu MAE dan MAPE yang akan menjadi keputusan dalam menentukan α yang optimal yang nilainya berada diantara 0 dan 1. Dalam menggunakan dua ukuran kesalahan pada peramalan ini akan menghasilkan nilai α optimal yang berbeda. Penggunaan MAE dalam peramalan sebagai suatu ukuran kesalahan juga dapat menimbulkan masalah karena ukuran ini tidak memudahkan perbandingan antar deret data dengan skala yang berbeda dan selang waktu yang berlainan. Oleh karena itu, MAE merupakan ukuran absolut yang sangat bergantung pada skala dari data runtun waktu. Dalam hubungan keterbatasan MAE sebagai ukuran kesalahan peramalan maka dalam menentukan nilai α yang optimal lebih baik menggunakan ukuran alternatif sebagai salah satu indikasi ketepatan dalam peramalan yaitu berdasarkan MAPE. Dari kedua cara dalam memilih nilai α maka nilai α optimal yang digunakan yaitu 0,4597 yang memiliki ukuran kesalahan terkecil berdasarkan MAPE, sehingga nilai ramalan dengan α optimal dapat digambarkan pada Gambar 3. Plot nilai ramalan menggunakan parameter pemulusan yang optimal ini terlihat lebih bagus dan mulus dengan kesalahan peramalan yang lebih kecil. Repository FMIPA 7

Gambar 3: Plot data observasi dan ramalan menggunakan α yang optimal 5. KESIMPULA Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa melakukan peramalan dengan metode pemulusan eksponensial tunggal akan selalu mengikuti setiap nilai observasi karena metode ini hanya mengatur ramalan mendatang dengan suatu kesalahan yang terakhir. Ramalan awal pada metode pemulusan eksponensial ini memainkan peran dalam semua ramalan berikutnya. Dalam pengaplikasiannya nilai α yang digunakan adalah α yang ditentukan dengan bantuan Solver menggunakan ukuran kesalahan MAPE karena ukuran ini merupakan indikasi ketepatan dalam peramalan. Ramalan penjualan yang dilakukan dengan metode pemulusan eksponensial tunggal ini dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan yang tepat bila terjadinya fluktuasi harga penjualan dan mengantisipasi bila terjadinya pemerosotan jumlah tandan buah segar kelapa sawit yang tersedia yang akan menyebabkan harga penjualan menurun. DAFTAR PUSTAKA [1] Hyndman, R. J., A. B. Koehler., J. K. Ord & R. D. Synder. 2008. Forecasting with Exponential Smoothing. Spinger-Verlag, Berlin-Heidelberg. [2] Makridakis, S., S. C. Wheelwright & V. E. Mcgee. 1983. Metode dan Aplikasi Peramalan, Edisi Kedua: Jilid 1. Terj. oleh Untung, S. A & A. Basith. Penerbit Erlangga, Jakarta. Repository FMIPA 8

[3] asution, H & Prasetyawan. 2008. Manajemen dan Pengendalian Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.. [4] Samsul, A. A. K & S. A. Alwi. 2013. Electricity Load Forecasting in UTP Using Moving Average and Exponential Smoothing Techniques. Applied Mathematical Sciences, 80 (7): 4003-4014. [5] Subagyo, P. 1986. Forecasting Konsep dan Aplikasi. BPFE, Yogyakarta. [6] Winston, W. L. 2004. Operations Research: Applications and Algorithms, 4 th Ed. Belmonts, USA. Repository FMIPA 9