BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan alat sangat penting untuk memperoleh informasi tentang kondisi keuangan perusahaan. karena Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( dapat disajikan dalam berbagi cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan merupakan bagian integral dari laporan keuangan, analisis laporan keuangan pada suatu perusahaan juga sangat berguna untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan, berikut pengertian analisis laporan keuangan : Menurut PSAK no 1 (revisi 2009) analisis laporan keuangan adalah suatu pengajian terstruktur dari posisi keuangandan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Subramanyam et al. (2012: 3) analisis laporan keuangan merupakan analisis dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan bermanfaat dalam analisis bisnis. Jadi analisis laporan keuangan adalah penelaahan dari unsur-unsur laporan keuangan akan diubah menjadi unit informasi lebih kecil sehingga dapat diketahui kondisi keuangan, prospek dari usaha serta efektifitas manajemennya. Informasi tersebut sangat berguna bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan tepat bagi kelangsungan hidup perusahaan. 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2016:104) analisis rasio keuangan adalah Kegiatan membandingkan angka-angka ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Arief dan Edi (2016:53), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu: 9
10 1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yag diambil dari atau bersumber dari neraca. 2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), tergolong dalam katagori ini adalah semua data diambil dari laba-rugi. 3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), tergolong dalam katagori ini adalah semua data diambil dari neraca dan laporan labarugi. 2.2.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat ikut berperan penting bagi pihak ekstern menilai suatu perusahaan dari laporan-laporan keuangan umum. Penilaian harus dilakukan laporan keuangan itu antara lain rasio likuiduitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. 2.2.1.1 Rasio Likuiditas Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Arief dan Edi (2016:57) Rasio likuiditas adalah rasio bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut periansya (2015:37) Rasio likuiditas adalah rasio untuk memenuhi kwajiban finansial jangka pendek Menurut Kasmir (2016:128), Rasio likuiditas adalah rasio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utangutang jangka pendeknnya jatuh tempo atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Maka dari itu, rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya perusahaan. Perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid. Tujuan dari rasio likuiditas adalah untuk melihat kemampuan perusahaan
11 untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi angka tersebut, maka akan semakin baik. Rasio dalam menghitung tingkat likuiditas suatu perusahaan dalam ini adalah : a. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Kasmir (2016:134) Rasio Lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang segera jatuh tempo pada saat dirtagih secara keseluruhan. Dalam praktiknya seringkali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) terkadang sudah dianggap sebagai ukuran cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek segera jatuh Tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai berikut: Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar x 100% Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil rasio tinggi, belum tentu perusahaan dalam kondisi baik. Bisa saja hal ini terjadi karena kas tidak dengan sebaik mungkin. 2.2.1.2 Rasio Solvabilitas Menurut Periansya (2015:39) Rasio solvabilitas atau rasio leverage (rasio utang) adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh aset perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Menurut Arief dan Edi (2016:57) Rasio Solvabilitas adalah rasio mengukur sejauh mana pembelanjaan dilakukan oleh hutang dibandingkan dengan modal, dan kemampuan untuk membayar bunga dan beban tetap lain. Jadi Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur pembiayaan hutang perusahaan. Rasio Solvabilitas dalam ini adalah :
12 a. Debt to Equity Ratio Menurut Kasmir (2016:157) Debt to Equity Ratio merupakan rasio untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan atau untuk mengetahui jumlah rupiah modal sendiri dijadikan untuk jaminan uang. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko ditanggung atas kegagalan mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan. Rumus untuk mencari debt to Equity Ratio ratio adalah sebagai berikut: Debt To Equity Ratio = Total Kewajiban Total Ekuitas Bagi perusahaan, semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan disediakan pemilik semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan nilai aktiva. 2.2.1.3 Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2016:196) Rasio profitabilitas yakni Rasio menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini dapat juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya laba dihasilkan dari penjuaan dan pendapatan investasi. Inti dari penggunaan rasio ini adalah untuk menunjukkan efisiensi perusahaan. Laba juga sering dibandingkan dengan kondisi keuangan lainnya, seperti penjualan, aktiva, dan ekuitas. Rasio profitabilitas oleh peneliti dalam ini adalah:
13 a. Return on Assets (ROA) Menurut Kasmir (2016:201) ROA untuk menunjukkan kemampuan perus ahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset dimiliki. Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva. Asset (ROA) merupakan rasio terpenting di antara rasio profitabilitas ada. Asset (ROA) atau sering disebut juga Reiurn On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak total aktiva (James Van Horne dan John M. Wachowicz,1997) Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Assets = Laba Bersih Setelah Pajak Total Asset ROA merupakan rasio pengukuran profitabilitas sering oleh manajer keuangan untuk mengukur efektifitas keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan aktiva tersedia (Horne dan Wachowicz, 1997). Berdasarkan hal ini, maka faktor mempengaruhi profitabilitas adalah laba bersih setelah pajak, penjualan bersih dan total aset. b. Net Profit Margin (NPM) Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2011 : 304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Menurut Darsono dan Ashari (2012 : 56) Net Profit Margin (NPM) adalah menggambarkan besarnya laba bersih diperoleh perusahaan setiap penjualan dilakukan. Menurut Brigham dan Houston (2013 : 107) Net Profit Margin adalah mengukur besarnya laba bersih perusahaan dibandingkan dengan penjualannya. Lukman Syamsuddin (2014:62) mendefinisikan NPM sebagai berikut, Net \profit margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan
14 Secara matematis Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut : Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak Total Penjualan NO NAMA PENELITI JUDUL VARIABEL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam ini selain menggunakan buku sebagai referensi, ini juga menggunakan terdahulu sebagai referensi. Beberapa terdahulu dari CR, DER, NPM ROA dapat dilihat pada tabel pada halaman berikutnya. TABEL 2.4 TINJAUAN PENELITI TERDAHULU
15 1 Anggrainy Putri A (2010 analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR ROA pada bank umum go public listed pada Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009 dependen adalah ROA dan n ya adalah CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR dependen ROA Tidak menggunaka n CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR Sebagai Perusahaan diambil untuk berbeda Hasil dari tersebut adalah secara simultan CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR mempuny ai pengaruh kuat ROA. Secara parsial CAR, NIM, NPL, dan BOPO mempuny ai pengaruh ROA, sedangkan LDR tidak mempuny ai pengaruh ROA. NO NAMA PENELITI 2 Aminatuzz ahra (2009) JUDUL analisis pengaruh CR, DER, TAT, NPM VARIABEL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL Mengunakan CR,DER dan NPM sebagai Tidak menggunaka n TAT sebagai Dari hasil analisis
16 ROE pada perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 adalah CR, DER, TAT, NPM. Sedangkan dependennya adalah ROE dan tidak menggunaka n ROE sebagai dependen, Perusahaan diambil untuk berbeda. menunjuk an bahwa CR, DER, TAT, NPM secara parsial uh positif ROE. Dan secara simultan independe n mempuny ai pengaruh dependen NO NAMA PENELITI 3 Jefri Antono (2012) JUDUL analisis pengaruh Rasio VARIABEL variable inpenden PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL dependen ROA dan Tidak menggunaka n hasil ditunjukan dengan
17 keuangan Return Asset (ROA). on adalah DR, CR dan TAT, dan Dependennya adalah ROA DER,CR sama. TAT dan Perusahaan diambil untuk berbeda metode regresi berganda adalah Current Ratio (CR) uh positif Asset (ROA), Debt Ratio (DR) uh negatif dan tidak Asset (ROA), sedangkan Total Asset Turnover (TAT) uh positif dan Asset (ROA). NO NAMA PENELITI JUDUL VARIABEL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL
18 4 Eva Jayati Veronika Pasaribu (2015) 5 FitriLinda Rahmawat i (2009) Pengaruh Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), dan Total Assets Turnover (TAT) Terhadap Assets (ROA) pada industri barang konsumsi terdaftar di BEI Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio Assets (Studi pada perusahaan Food Beverage Listing and di BEI tahun 2007-2009) Independen adalah CR,DER,TA T dan Dependennya adalah ROA Independen adalah CR,DER,TA T dan Dependennya adalah ROA dependen ROA dan DER,CR sama. dependen ROA dan DER,CR sama Tidak menggunaka n TAT dan Perusahaan diambil untuk berbeda Tidak menggunaka n TAT dan Perusahaan diambil untuk berbeda Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio uh Assets Secara parsial maupun simultan Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio uh Assets Secara parsial maupun simultan NO NAMA PENELITI JUDUL VARIABEL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL
19 6 Joni Anto (2012) Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Receivable Turnover dan Sales Growth Assets pada perusahaan manufaktiur di BEI tahun 2008-2012 Independen adalah CR,DER dan Dependennya adalah ROA dependen ROA dan DER,CR sama Tidak menggunaka n dan diambil Receivable Turnover dan Sales Growth. Perusahaan untuk berbeda Hasil menyimpu lkan bahwa CR, DER dan Receivable Turnover uh secara parsial ROA, sedangkan dan Sales Growth secara parsial tidak uh roa secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Receivable Turnover dan Sales Growth uh secara ROA NO NAMA PENELITI JUDUL VARIABEL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL
20 7 Nuresya Meliyanti, Diana Sari, SE.,MMSI. ( 2008) 8 Sinawati, Okta. 2009 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Rasio Profitabilita s (ROA) Pada PT BANK MEGA, TBK Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Risked Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Profitabilita s Return On Assets pada Bank Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Independen adalah NPM dan Dependennya adalah ROA adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Risked Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan dependen adalah rasio Profitabilitas ROA dependen ROA dan NPM dependen ROA dan NPM Perusahaan untuk berbeda Tidak menggunaka n Capital Adequacy Ratio (CAR), Risked Assets (RORA), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Perusahaan untuk berbeda Net Profit Margin uh secara ROA Net Profit Margin uh secara ROA Sumber data : diolah oleh penulis 2016 2.4.1 Pengaruh Current Ratio Assets (ROA)
21 Current ratio merupakan salah satu rasio likuiditas, yaitu rasio bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi CR suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio ini menunjukan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut.current ratio terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya). Semakin besar rasio lancar, maka menunjukan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukan perusahaan melakukan penempatan dana besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana terlalu besar pada sisi aktiva memiliki dua efek sangat berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik, namun di sisi lain perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba, karena dana seharusnya untuk investasi menguntungkan perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih semakin rendah. Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah hipotesis sebagai berikut: Ha : Current Ratio uh ROA Ho : Current Ratio tidak uh ROA 2.4.2 Pengaruh Debt to equity Ratio Assets (ROA) Rasio solvabilitas/leverage dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan tidak solvabel adalah perusahaan total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Debt to equity ratio merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) tinggi. Penggunaan financial leverage tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham akan menurun juga. Risiko perusahaan dengan financial leverage
22 tinggi akan semakin tinggi pula. Dari uraian diatas dapat ditarik sebuah hipotesis sebagai berikut: Ha : Debt to equity Ratio uh ROA Ho : Debt to equity Ratio tidak uh ROA 2.4.3 Pengaruh Net Profit Margin Assets (ROA) Menurut teori Du Pont, tinggi rendahnya ROA tergantung pada besar kecilnya sumbangan profit margin dan atau perputaran total aktiva. Profit margin di pengaruhi oleh penjualan dan biaya operasi dengan keterangan, berapapun tingkat penjualan apabila disertai penekanan biaya operasi maksimal maka profit margin akan semakin besar sehingga dapat meningkatkan ROA perusahaan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba tinggi Ha : Net Profit Margin uh ROA Ho : Net Profit Margin tidak uh ROA 2.5 Kerangka Berpikir Menurut Sugiyono (2009:127), kerangka pemikiran merupakan konsep menggambarkan hubungan antara teori dengan berbagai faktor teridentifikasi sebagai masalah riset. Berikut ini adalah kerangka pemikiran dalam ini:
23 Berdasarkan gambar Paradigma di atas, dapat dijelaskan bahwa bebas () dalam ini adalah Current Ratio (CR) sebagai X1, Debt to Equity Ratio (DER) sebagai X2 dan Net Profit Margin (NPM) sebagai X3, akan mempengaruhi terikat (dependen) yaitu Return On Assets (ROA) sebagai sebagai (Y) baik secara parsial maupun simultan. Penulis menggunakan Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Net Profit Margin dependen Assets berdasarkan referensi hasil penelti terdahulu yaitu : 1. Current Ratio Jefri (2012), Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Receivable Turnover dan Sales Growth Assets pada perusahaan manufaktiur di BEI tahun 2008-2012. Hasil adalah Current Ratio (CR) uh secara parsial maupun simultan Return On Asset (ROA). Eva (2015), Pengaruh Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), dan Total Assets Turnover (TAT) Terhadap Assets (ROA) pada industri barang konsumsi terdaftar di BEI. Hasil adalah Current Ratio (CR) uh secara parsial maupun simultan Asset (ROA). 2. Debt To Equity Ratio
24 FitriLinda (2009), Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio Assets (Studi pada perusahaan Food and Beverage Listing di BEI tahun 2007-2009) Debt to Equity Ratio uh Secara parsial maupun simultan Assets Joni (2012), Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Receivable Turnover dan Sales Growth Assets pada perusahaan manufaktiur di BEI tahun 2008-2012. Hasil Debt to Equity Ratio uh Secara parsial maupun simultan Assets 3. Net Profit Assets Nuresya (2008), Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Rasio Profitabilitas (ROA) Pada PT BANK MEGA, TBK. Hasil Net Profit Margin uh positif Assets Sinawati (2009), Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Risked Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Profitabilitas Assets pada Bank Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil Net Profit Margin uh secara parsial dan simultan Assets 2.6 Hipotesa Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan, dan kerangka pemikiran telah diuraikan pada bagian sebelumnya maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Diduga Current Ratio (CR) secara parsial uh positif dan Return on Asset (ROA). H2 : Diduga Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial uh positif dan Return on Asset (ROA). H3 : Diduga Net Profit Margin (NPM) secara parsial uh positif dan Return on Asset (ROA). H4 : Diduga Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Profit Margin (NPM), secara simultan uh positif dan Return on Asset (ROA).
25
26