ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANSBY-WILLIAMS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI BABURA PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI MENGENAI KOEFISIEN ALIRAN SEBAGAI INDIKATOR KERUSAKAN LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

Kata Kunci : Kerentanan, Banjir, Geoekosistem

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengkaji Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Puncak Di Sub DAS Garang ( Kreo Basin ) Semarang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

A. Latar Belakang Masalah

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAS KREO TERHADAP DEBIT PUNCAK DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Paramukti Murwibowo Totok Gunawan

ESTIMASI DEBIT PUNCAK BERDASARKAN BEBERAPA METODE PENENTUAN KOEFISIEN LIMPASAN DI SUB DAS KEDUNG GONG, KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIUNTUK PENGHITUNGAN KOEFISIEN ALIRAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)CILIWUNG

IDENTIFIKASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN DI SUB DAS SUCO KECAMATAN MUMBULSARI KABUPATEN JEMBER MENURUT METODE COOK

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

Surface Runoff Flow Kuliah -3

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

MODEL SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN ALIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUTUPAN LAHAN DI DAS RIAM KANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK SUB DAS KALI PREMULUNG TAHUN 2006 DAN 2014

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

KAJIAN FOTO UDARA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KONDISI PERESAPAN AIR SUB DAS WEDI KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

Gambar 1. Peta DAS penelitian

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

STUDI TENTANG PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG DAS SEMPADAN BATANG LENGAYANG DI NAGARI KAMBANG UTARA KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA MALANG

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

KAJIAN DEBIT LIMPASAN DITINJAU DARI ASPEK TATA GUNA LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

Kartika Pratiwi Sigit Heru Murti B.S.

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI TINGKAT EROSIVITAS DAN ERODIBILITAS DAS AIR HAJI KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT. Oleh:

Transkripsi:

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANSBY-WILLIAMS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI BABURA PROVINSI SUMATERA UTARA Anik Juli Dwi Astuti 1, Eni Yuniastuti 1, Dwi Wahyuni Nurwihastuti 1, Retno Triastuti 2 1Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2 BPDASHL Wampu Sei Ular, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Email: anikjuli@unimed.ac.id Abstrak Daerah penelitian adalah sub Daerah Aliran Sungai Babura yang mempunyai luas 4921,88 Ha. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis besarnya koefisien aliran permukaan menggunakan metode Bransby-William di Sub Daerah Aliran Sungai Babura, 2) menganalisis distribusi nilai koefisien aliran di Sub Daerah Sungai Babura. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survey baik survey instansional maupun lapangan. Survei instansional digunakan untuk memperoleh data curah hujan dan penutup lahan sedangkan survey lapangan digunakan untuk mendapatkan data tekstur tanah dan kemiringan lereng. Selanjutnya hasil dianalisis dengan menggunakan analsis deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien aliran di Sub Daerah Aliran Sungai Babura berkisar 0,4 0,55 dengan rata-rata 0,475. Dengan mendasarkan pada nilai koefisien aliran tersebut dapat dikatakan bahwa sub DAS Babura masih dalam kondisi baik. Besarnya koefisien aliran di SubDAS Babura bervariasi dimana pada daerah hulu nilai koefisien aliran permukaan berkisar antara 0,4 0,45 sedangkan di daerah hilir sungai pada kisaran nilai 0,5 0,55. Kata kunci : koefisien aliran, Bransby-William, sub Daerah Aliran Sungai, Babura Abstract The research located in Babura watershed which has wide of 4921.88 Ha. The purposes of this research are 1) to analyze runoff coefficient using Bransby-Williams method, 2) to analyze the distribution of runoff coefficient in Babura river basin. In this research, data were collected using survey methods both the institutional and field surveys. Institutional surveys were used to obtain rainfall and land use data meanwhile field surveys were used to gain soil texture data and slope. The results of this study were analyzed using descriptive and spatial analysis. The results showed that the runoff coefficient in the Babura watershed was from 0.4 to 0.55 with an average of 0.475. This means that the Babura watershed is still in good condition. Furthermore, runoff coefficient in upstream was 0.4 0.45 while in downstream the runoff coefficient was 0.5 0.55. Key words: runoff coefficient, Bransby-Williams, Watershed, Babura PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai merupakan sebuah ekosistem yang didalamnya terjadi interaksi antara komponen abiotik, biotic dan social. Satu komponen akan mempengaruhi komponen yang lain sehingga apabila terjadi kerusakan pada salah satu komponen pada ekosistem tersebut maka akan menyebabkan terganggunya komponen lainnya. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada daerah aliran sungai adalah alih fungsi 158 Vol 9 No. 2-2017 Jurnal Geografi Vol 9 No.2 (158-165)

lahan. Perubahan penggunaan lahan dapat mempengaruhi system hidrologi dan berdampak besar pada sumber daya air (Wagner, P.D, Kumar, S, Schnieder, K, 2013). Alih fungsi lahan yang memberikan konsekuensi pada perubahan penutup lahan akan menyebabkan semakin tingginya limpasan permukaan. Limpasan permukaan yang tinggi merupakan salah satu parameter yang mengindikasikan telah terjadinya kerusakan DAS. Sub Daerah Aliran Sungai Babura merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Deli. Secara administrasi, Sub Daerah Aliran Sungai Babura mencakup wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dengan luas wilayah 4921,88 Ha. Sungai utama yang mengalir di Sub DAS Babura adalah sungai Babura yang merupakan cabang dari sungai Deli. Kondisi hidrologi sebagian Kota Medan sangat dipengaruhi oleh sub Daerah Aliran Sungai Babura dimana sebagian wilayah Kota Medan termasuk dalam system DAS tersebut. Sebagian dari kota Medan termasuk bagian hilir dari subdas Babura yang umumnya digunakan sebagai daerah pemanfaatan (discharge area) sehingga potensi sumber daya airnya sangat tergantung pada daerah hulu (Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Daerah hulu tersebutlah yang berfungsi utama sebagai daerah tangkapan air (recharge area) sehingga kondisi fisik daerah hulu sangat berpengaruh terhadap limpahan air yang akan diterima di daerah hilir, yaitu Kota Medan. Alih fungsi lahan di daerah tangkapan air (Sibolangit) maupun daerah pemanfaatan (Kota Medan) memicu terjadinya peningkatan limpasan permukaan. Hal ini menyebabkan ketersediaan air pada musim kemarau menjadi defisit sedangkan pada musim penghujan, ketersediaan air melimpah. Namun, ketersediaan air pada musim penghujan tersebut adalah ketersediaan air yang tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia karena langsung didistribusikan ke laut. Peningkatan limpasan permukaan di musim penghujan akan memicu terjadinya banjir di hilir Sungai Babura. Seperti kejadian banjir yang terjadi pada hilir sungai Babura dari tahun ke tahun. Bulan April 2011 ketinggian banjir mencapai 2 meter dan merendam ratusan rumah. Tahun 2014, ketinggian banjir juga mencapai 2 meter terjadi di sebagian daerah Medan Selayang. Analisis koefisien aliran menjadi sangat diperlukan untuk mengetahui sebaran limpasan permukaan yang dapat memicu terjadinya banjir di bagian hilir sungai. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di sub Daerah Aliran Sungai Babura yang mencakup dua wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, Peta Kemiringan Lereng, Peta Tanah dan Peta Penggunaan Lahan sedangkan alat yang digunakan adalah GPS dan abney level. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan metode survey baik survey instansional maupun survey lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi curah hujan, kemiringan lereng, tekstur tanah, vegetasi penutup dan simpanan permukaan. Selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan metode Bransby-Williams untuk mendapatkan besarnya nilai koefisien aliran. Nilai koefisien aliran yang didapatkan merupakan hasil penjumlahan harkat dari lima parameter (curah hujan, lereng, kemampuan infiltrasi, vegetasi penutup dan simpanan permukaan). Tabel 1. Menunjukkan estimasi koefisien aliran permukaan dengan menggunakan metode Bransby-Williams. Analisis hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis spasial. Secara singkat, tahapan penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis Koefisien.. 159

Tabel 1. Estimasi Koefisien Aliran Permukaan dengan Metode Bransby-Williams Karakteristik Karakteristik yang menghasilkan aliran DAS yang dipertimbangka n 100 (ekstrim) 75 (tinggi) 50 (normal) 25 (rendah) Relief Infiltrasi tanah Penutup lahan Simpanan permukaan Medan terjal kasar dengan lereng rata-rata umumnya diatas 20% (10) Tidak ada penutup tanah efektif, Batuan padatan maupun batuan tipis (25) Tidak ada tanaman penutup (tanaman keras) yang efektif (25) Beberapa depresi permukaan, alur sungai terjal, overland flow tipis dapat diabaikan (10) Intensitas Hujan 3 4 inci/jam (30) Sumber : Meyerink, 1970 Perbukitan dengan lereng rata-rata antara 10-20% Infiltrasi air lambat, tanah solodic, jika rusak permukaannya (20) Sheet erosion kurang dari 10% dibawah padang rumput, sedikit tanaman pertanian (20) Sistem drainase baik 2 3 inci/jam (25) Bergelombang dengan lereng rata-rata antara 5-10% (0) Tanah geluh, berstruktur lempung lempung = chernozem (10) 50% tertutup baik, tanaman pertanian berkayu tidak lebih 50% (10) Depresi permukaan overlandflow berarti, terdapat beberapa telaga dan rawa, aluralur sungai 1 2 inci/jam (15) Lahan relatif datar dengan lereng 0-5% (0) Pasir dalam atau tanah teragregasi baik = krasbozem 90% DAS tertutup baik oleh rumput, hutan kering Drainase jelek, meander, Dd besar dan 90% konservasi tanah (0) 1 inci/jam (15) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koefisien Aliran Koefisien aliran ditentukan dengan menggunakan beberapa parameter fisik dari wilayah daerah aliran sungai. Parameter yang digunakan oleh Bransby-William untuk penentuan koefisien aliran terdiri dari kemiringan lereng, morfometri DAS (simpanan permukaan), infiltrasi, vegetasi penutup dan intensitas hujan. 1. Kemiringan Lereng Kemiringan lereng berpengaruh terhadap aliran yang terjadi di suatu wilayah. semakin besar kemiringan lereng maka akan menyebabkan aliran semakin besar. Hal ini disebabkan oleh kemiringan lereng yang besar akan memberikan kesempatan air hujan meresap ke dalam tanah dengan jumlah yang relative kecil. Kemiringan lereng di Sub DAS Babura cukup bervariasi jika 160 Vol 9 No. 2-2017

dilihat dari hulu sampai hilir sungai. Kemiringan lereng di Sub DAS Babura dapat dilihat seperti pada Tabel 2. Peta Penggunaan Lahan Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000 Peta Tanah Sub DAS Babura Peta Lereng Sub DAS Babura Data Curah Hujan Interpretasi Interpretasi Interpretasi dan Uji lapangan Interpretasi dan uji lapangan Analisis Penutup lahan Jaringan sungai Tekstur tanah Peta Kemiringan lereng Intensitas curah hujan Peta Simpanan Permukaan Tingkat Infiltrasi Metode Bransby-Williams No Gambar 1. Tahapan Penelitian Tabel 2. Kemiringan Lereng di Sub DAS Babura Kemiringan Lereng Morfologi Koefisien Aliran Permukaan Luas (Ha) Persen Luas (%) 1 0-2% Dataran 3.455,82 70,21 2 3-7% Berombak 977,06 19,85 3 8-13% Bergelombang 489,00 9,94 Luas Total 4921,88 100,00 Sumber : Analisis Peta Lereng, 2015 2. Simpanan Permukaan Simpanan permukaan diperhitungkan dengan menentukan kerapatan alur. Semakin besar kerapatan alur maka simpanan permukaan akan semakin kecil. Kerapatan alur sungai menyatakan panjang alur sungai pada setiap satuan luas DAS atau sub DAS, yaitu mil panjang sungai per mil 2 luas areal. Panjang Sungai Babura adalah 45,31 mil dengan luas 19 mil 2. Berdasarkan panjang dan luas tersebut maka diperoleh kerapatan alur di sub Daerah Aliran Sungai Babura adalah 2,38 mil/mil 2 (system saluran baik). Analisis Koefisien.. 161

3. Infiltrasi Infiltrasi diperkirakan dengan analisis tekstur tanah pada beberapa jenis tanah yang ada di Sub DAS Babura. Semakin kasar tekstur tanah yang ada di suatu daerah maka infiltrasi akan semakin cepat dan semakin halus tekstur tanah maka infiltrasi akan semakin lambat. Tekstur tanah di Sub DAS Babura dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Tanah dan Tekstur Tanah di Sub DAS Babura Infiltrasi Jenis Tanah Tekstur Tanah Geluh Normal Tropaquepts berlempung Dystropepts Geluh berdebu Eutrandepts Geluh berpasir Normal Dystropepts Kandiudults Tropaquepts Lempung berpasir Normal Lempung Normal berdebu Dystropepts Lempung berpasir Sumber : Analisis Peta Tanah dan Survei Lapangan, 2015 4. Vegetasi Penutup Vegetasi penutup dapat ditentukan dengan melihat jenis penggunaan lahan yang terdapat pada satu daerah. Bentuk penggunaan lahan di Sub DAS Babura bervariasi dari hulu ke hilir. Di daerah hulu sungai Babura, lahan umumnya digunakan untuk pertanian lahan kering yang bercampur dengan semak dan tegalan. Tegalan dan pertanian lahan kering dimanfaatkan untuk menanam kelapa sawit. Selain itu, pertanian lahan kering yang diusahakan oleh penduduk juga ditanami dengan tanaman semusim seperti tanaman jagung. Sedangkan di daerah hilir sungai Babura lebih banyak dimanfaatkan untuk permukiman dan instalasi prasarana. Perkembangan dan perluasan kota Medan yang cukup pesat mempengaruhi perkembangan permukiman di Sub DAS Babura. Hal ini sangat mempengaruhi alih fungsi lahan yang terjadi di Sub DAS tersebut. Alih fungsi lahan menjadi permukiman cenderung akan menyebabkan peningkatan koefisien aliran. Luas penggunaan lahan yang ada di Sub DAS Babura seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Sub DAS Babura No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen Luas (%) 1 Permukiman 1316,82 26,75 2 Kebun campuran 1211,66 24,62 3 Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 2030,74 41,26 4 Tanah Terbuka/Instalasi Prasarana 186,46 3,79 5 Tegalan 176,20 3,58 162 Vol 9 No. 2-2017

Luas Total 4921,88 100,00 Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan, 2015 5. Intensitas Hujan Intensitas curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya aliran di suatu wilayah. Intensitas curah hujan menyatakan tebal hujan dibandingkan dengan lamanya hujan yang terjadi disuatu tempat. Intensitas curah hujan pada beberapa stasiun hujan di Sub DAS Babura dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Intensitas Hujan di Tiga Stasiun di Sub DAS Babura Intensitas Hujan Nama Stasiun (mm/jam) Pancur Batu 1,19 Sampali 1,01 Helvetia 1,12 Sumber : Analisis Data Curah Hujan, 2015 Berdasarkan ke lima parameter diatas yang terdiri dari kemiringan lereng, infiltrasi, simpanan permukaan, penutup lahan dan intensitas curah hujan maka dapat diperhitungkan nilai koefisien aliran di Sub DAS Babura. Rata-rata koefisien aliran Sub DAS Babura adalah 47,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwa 47,5 persen curah hujan yang jatuh di Sub DAS Babura akan menjadi aliran permukaan dan sekitar 52,5 persen yang akan terinfiltrasi ke dalam tanah. B. Distribusi Koefisien Aliran Nilai koefisien aliran di sub Daerah Aliran Sungai Babura bervariasi. Koefisien aliran 40 45% terdapat pada hulu Sub DAS Babura sedangkan koefisien aliran 50 55% terdapat pada hilir Sub DAS Babura. Perbedaan besarnya koefisien aliran permukaan di Sub DAS Babura disebabkan oleh adanya parameter lingkungan fisik yang berbeda pada sub DAS tersebut. Koefisien aliran terbesar (0,55 atau 55 persen) terjadi pada daerah dengan penggunaan lahan bandara (instalasi prasarana) di Kecamatan Medan Polonia. Hal ini mengingat semua bagian dari lahan tertutup oleh bangunan sehingga separuh dari air hujan yang jatuh akan menjadi aliran permukaan. Koefisien aliran paling rendah (0,4 atau 40 persen) terdapat pada penggunaan lahan pertanian lahan kering bercampur semak pada kemiringan lereng 0 13 %. Sebaran koefisien aliran permukaan di Sub DAS Babura dapat dilihat pada Gambar 2. KESIMPULAN 1. Nilai koefisien aliran di Sub DAS Babura adalah 47,5 %. Hal ini berarti bahwa air hujan yang jatuh di Sub DAS Babura 47,5 persennya akan menjadi aliran permukaan sedangkan 52,5 persen akan terinfiltrasi ke dalam tanah. 2. Koefisien aliran di hilir daerah aliran sungai lebih besar dibandingkan dengan koefisien aliran di daerah hulu. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan yang ada di Sub DAS Babura dimana pada bagian hilir DAS, penggunaan lahan yang banyak ditemui adalah permukiman dan instalasi prasarana. Permukiman dan instalasi prasarana cenderung mempunyai vegetasi yang terbatas sehingga menyebabkan aliran permukaan menjadi lebih tinggi. Analisis Koefisien.. 163

Gambar 2. Peta Sebaran Koefisien Aliran di Sub Daerah Aliran Sungai Babura DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S, 1989, Konservasi Tanah dan Air, Penerbit IPB, Bogor Asdak, C, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Astuti dan Berutu, 2011, Studi Mengenai Koefisien Aliran sebagai Indikator Kerusakan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Deli, Laporan Penelitian, Universitas Negeri Medan 164 Vol 9 No. 2-2017

Astuti, dkk, 2012, Analisis Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Pendekatan Geoekosistem di SubDAS Babura Provinsi Sumatera Utara Gunawan, T, 1991, Penerapan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Menduga Debit Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS, Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Marwah, 2001, Daerah Aliran Sungai Sebagai Satuan Unit Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan, Program Pasca Sarjana, IPB Meyerink, A.M.J, 1970, Photo-Interpretation in Hidrology, A Geomorphological Approach, International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC), 3 Kanaalweg, Delf, The Netherlands Raharjo, 2009, Perubahan Penggunaan Lahan DAS Kreo Terhadap Debit Puncak dengan Aplikasi Penginderaan Jauh, Jurnal Seyhan, E, 1990, Dasar-Dasar Hidrologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sosrodarsono, Suyono, 1977, Hidrologi Untuk Pengairan, Penerbit Pradyna Paramita, Jakarta Wagner, P.D, Kumar, S, Schnieder, K. (2013). An Assesment of Land Use Change Impact On the Water Resources of the Mula and Mutha Rivers Catchment Upstream of Pune India. hydrology and Earth System Sciences, 14. Analisis Koefisien.. 165