BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu sumber dana yang dapat diperoleh yaitu penerimaan atas pemungutan pajak yang dikelola suatu negara. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara yang dibayar oleh masyarakat dan sebagai iuran pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan serta sebagai perwujudan peran serta masyarakat atau wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Oleh sebab itu pemungutan yang dilakukan atas pengenaan pajak perlu dikelola dan ditingkatkan agar pembangunan nasional dapat direalisasikan dengan kemampuan sendiri yang memadai berdasarkan prinsip kemandirian. Dalam suatu negara yang menganut sistem mekanisme pasar, seperti di Indonesia. Penerimaan pajak memberikan kontribusi terbesar dalam pemasukan negara Indonesia, sehingga jumlah diperoleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu akan berdampak langsung pada proses pelaksanaan pembangunan nasional dan terbukti menjadi salah satu sumber utama dalam anggaran pendapatan serta belanja negara setiap tahunnya. 1

BAB I PENDAHULUAN 2 Hal ini dapat dilihat pada Tabel I yang menggambarkan perbedaan jumlah penerimaan negara yang bersumber dari sektor perpajakan dan sektor bukan perpajakan. Tabel I Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2005-2010 No Tahun Anggaran (dalam milyaran rupiah) Perpajakan Bukan Pajak Jumlah Nilai (%) Nilai (%) Nilai (%) 1. 2005 347.031,1 70,3 146.888,3 29,7 493.919,4 100,0 2. 2006 409.203,0 64,3 226.950,1 34,7 636.153,1 100,0 3. 2007 490.988,6 69,5 215.119,7 30,5 706.108,3 100,0 4. 2008 658.700,8 67,3 320.604,6 32,7 979.305,4 100,0 5. 2009 652.121,8 74,8 219.518,3 25,2 871.640,1 100,0 6. 2010 729.165,2 80,1 180.889,1 19,9 910.054,3 100,0 Sumber : Marihot P. Siahaan (2010:23) Berdasarkan tabel I di atas dapat dilihat bahwa dalam jangka waktu 6 tahun yakni dari tahun 2005-2010 penerimaan yang bersumber dari dalam negeri yang memberikan kontribusi tertinggi dengan jumlah penerimaan yang meningkat setiap tahunnya berasal dari sektor perpajakan. Sedangkan jumlah penerimaan yang bersumber dari sektor lain di luar perpajakan hanya memberikan kontribusi kecil dibandingkan dengan sektor perpajakan, namun tetap memiliki peran di dalam meningkatkan pembangunan nasional. Seiring dengan perkembangan waktu di era globalisasi, perubahan yang terjadi memberikan efek modernisasi di bidang teknologi, informasi dan komunikasi serta transportasi bagi kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN 3 Pemerintah Indonesia dalam memahami masalah tersebut, mengambil keputusan untuk menjalankan sistem otonomi daerah dengan upaya merealisasikan pembangunan nasional yang adil dan merata. Keputusan memberikan dampak terhadap perubahan paradigma atas penyelenggaraan pemerintah daerah dimana kekuasaan pada awalnya bersifat sentralistik diubah menjadi desentralistik. Dengan perubahan sistem menjadi desentralistik, pemerintah pusat hanya berperan untuk mengawasi, memantau, dan mengevaluasi terhadap kebijakan serta pelaksanaan yang diterapkan oleh masing-masing daerah. Suatu daerah otonom menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Esensi kebijakan otonomi daerah yang bergulir saat ini telah menempatkan Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi yang telah membawa perubahan di dalam pelaksanaan pemerintah daerah. Undang-Undang yang mengatur mengenai kebijakan pemungutan pajak daerah terus mengalami perubahan, yang pada awalnya berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang diberlakukan secara resmi pada tanggal 1 Januari 2010 dimana daerah dapat berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintahannya dalam rangka menyelenggarakan pembangunan nasional secara utuh. Perubahan berbagai kebijakan nasional membawa harapan besar bagi daerah untuk melaksanakan dan menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN 4 merata sangat diperlukan kewenangan serta kemampuan untuk menggali dan memperoleh sumber-sumber keuangan yang berpotensial agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien baik di dalam bidang pemerintahan maupun pelayanan umum kepada masyarakatnya. Pemerintah daerah di dalam menerapkan sistem otonomi pemerintahannya harus berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta berdasar pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menjelaskan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk merealisasikan pembangunan daerah, maka diperlukan sumber dana yang potensial yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan bagian penting di dalam kegiatan pembangunan dan menjadi salah satu indikator penting untuk menilai tingkat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah. Semakin tinggi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah di dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan nasional serta pemerintahannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Daerah yang telah disempurnakan menjadi Undang-Undang Pasal 79 Tahun 1999, menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan yang potensial dan digolongkan menjadi 4 (empat) kelompok penghasilan, antara lain : 1. Hasil Pajak Daerah.

BAB I PENDAHULUAN 5 2. Hasil Retribusi Daerah. 3. Hasil Perusahaan Daerah. 4. Lain-Lain Hasil Usaha Yang Sah. Dari keempat sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut penerimaan yang diperoleh dari sektor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber keuangan yang memberikan kontribusi paling besar upaya untuk menutupi pembiayaan penyelenggaraan pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan secara luas, nyata dan bertanggung jawab, hal ini berlandaskan pada kajian yang dilakukan secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 32 Pasal 158 Tahun 2004 tentang Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dikenakan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut melalui Peraturan Daerah (PERDA). Oleh karena itu suatu daerah memiliki kewenangan untuk menerapkan jenis pajak daerah yang akan dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan diterapkan pada peraturan daerah. Hal tersebut diupayakan dapat memaksimalkan perolehan pajak dan retribusi daerah secara konseptual di dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pemungutan pajak daerah dilakukan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi daerah yang terbagi menjadi 2 (dua) golongan. Pertama, mengakui adanya 5 (lima) Pajak Provinsi, antara lain : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok. Serta 11 (sebelas) jenis Pajak Kabupaten atau Kota, yang terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan

BAB I PENDAHULUAN 6 Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Kota Cimahi merupakan salah satu kota yang semula berstatus administratif mengharuskan daerahnya untuk mengatur dan mengelola urusan rumah tangga secara mandiri, hal tersebut di atur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan otonomi daerah. Setelah statusnya berubah menjadi pemerintahan daerah, Kota Cimahi terus berkembang dan mengalami peningkatan secara positif pada laju perekonomian daerahnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya pembangunan dalam kota, berupa sarana dan prasarana maupun berbagai fasilitas umum lainnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada dasarnya pembangunan daerah tidak terlepas dari besar-kecilnya pendapatan asli daerah, salah satu sumber penerimaan yang mempengaruhi peningkatan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Cimahi berasal dari penerimaan pajak daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi (DISPENDA). Kendati cukup beragam jenis pajak daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Cimahi, selaku Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi yang memiliki peran utama di dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah khususnya di bidang pendapatan memberikan perhatian khusus terhadap penerimaan atas pemungutan pajak reklame karena dinilai mampu memberikan kontribusi besar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukan terhadap seluruh penerimaan pajak daerah yang dikelola, pajak reklame hanya memberikan kontribusi besar ketiga setelah pajak parkir, namun pajak reklame

BAB I PENDAHULUAN 7 ini memiliki potensi yang cukup besar, hal tersebut dilihat dari jumlah reklame yang terpasang di sepanjang jalan Kota Cimahi, baik dalam bentuk poster, spanduk, baligo, billboard raksasa dan lain sebagainya, inilah yang menjadikan dasar dikenakannya pajak reklame, pernyataan ini dikutip dari sumber Majalah Pikiran Rakyat. Komponen pajak daerah yang juga menjadi perhatian Dispenda Kota Cimahi adalah pajak penerangan jalan yang diketahui merupakan sumber pendapatan terbesar dibandingkan jenis pajak lain karena memberikan sumbangan dan kontribusi terbesar pada akumulasi penerimaan seluruh pajak daerah, akan tetapi penerimaan pajak penerangan jalan tersebut tidak dikelola sepenuhnya oleh pihak Dispenda Kota Cimahi melainkan dikelola oleh pihak PLN yang kemudian dipungut oleh Dispenda Kota Cimahi sesuai ketentuan yang berlaku. Pernyataan lain yang menjelaskan tentang penerimaan atas pemungutan pajak penerangan jalan juga diperoleh dari Kepala Bidang Pengendalian Pendapatan (DISPENDA) Kota Cimahi Budi Raharja yang dikutip dalam Pikiran Rakyat (http://www.pikiran-rakyat.com/node/149345) yang menyatakan bahwa : Pajak penerangan jalan hingga saat ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar dibandingkan jenis pajak daerah lainnya. Pada 2010 lalu, realisasi pajak penerangan Kota Cimahi mencapai Rp 15,84 miliar atau 109,83 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 14,42 miliar. Hingga akhir mei 2011, pajak penerangan jalan juga sudah terealisasi 37,8 persen, pajak restoran 52,28 persen, pajak hiburan 53,87 persen, pajak reklame 68,91 persen, pajak parkir 80,97 persen, pajak air bawah tanah (ABT) 42,72 persen, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 34,78 persen. Di dalam mewujudkan pembangunan daerahnya, pemerintah Kota Cimahi menetapkan target atas penerimaan yang bisa diperoleh dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 8 pemungutan pajak daerah secara keseluruhan. Penetapan target tersebut digunakan sebagai tolak ukur dan batas kesatuan yang telah ditetapkan pemerintah Kota Cimahi agar dapat direalisasikan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Yolanda Avrilia, 2009 dengan judul Pengaruh Efektivitas Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Cimahi tahun 2004-2008). Hasilnya dikatakan bahwa efektivitas pemungutan pajak reklame dapat meningkatkan tingkat kemandirian keuangan pada pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota Cimahi. Dalam hal penelitian lain mengenai pajak penerangan jalan yang dilakukan oleh Ismartani, 2003 dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan di DKI Jakarta, dengan hasil penelitiaan bahwa meskipun efektivitas dan efisensi pajak penerangan jalan menunjukkan hasil yang baik, namun ada kesenjangan antara potensi dan realisasi penerimaannya serta variabel jumlah pelangggan, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita dan tarif dasar listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak penerangan jalan. Selain itu dengan topik yang sama penelitian juga dilakukan oleh Mutiawati Syahriatun, 2008 dengan judul Pengaruh Pajak Reklame Tehadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta, hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pajak reklame memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap pendapatan asli daerah Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah. Terdapat beberapa faktor perbedaan yang dilakukan peneliti terhadap penelitian sebelumnya, yakni dari segi

BAB I PENDAHULUAN 9 subjek yang diteliti, penelitian ini dilakukan di Kota Cimahi sedangkan penelitian sebelumnya berada di DKI Jakarta, perbedaan lain juga terdapat pada objek penelitian yang pernah dilakukan lebih berfokus untuk menguji seberapa efektif penerimaan pajak tersebut di antara pajak reklame maupun pajak penerangan jalan terhadap kemandirian keuangan pemerintah daerah, sedangkan penelitian ini dibuat dengan menggabungkan kedua objek pajak daerah dengan upaya mengetahui persentase perbandingan besarnya nilai pengaruh yang ditimbulkan oleh masingmasing pajak daerah tersebut, serta perbedaan lain terdapat pada periode waktu yang dilakukan oleh sebelumnya yakni tahun 2004-2009 sedangkan penelitian ini diambil dari tahun 2008-2012. Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara parsial? 2. Apakah penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara simultan? 3. Seberapa besar pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara parsial?

BAB I PENDAHULUAN 10 4. Seberapa besar pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara simultan? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara parsial. 2. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara simultan. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara parsial. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi secara simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan bagi instansi terkait (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Cimahi) untuk lebih meningkatkan penerimaannya di sektor daerah.

BAB I PENDAHULUAN 11 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat di dalam bidang perpajakan khususnya mengenai pelaksanaan pemungutan pajak reklame dan pajak penerangan jalan serta pengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Cimahi. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya khususnya sebagai bahan referensi dan pembanding bagi penulis yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut di bidang ini.