BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.upaya Indonesia dalam mengembangkan sektor wisata itu. Borobudur adalah salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Konservasi. Borobudur. Organisasi. Tata Kerja.

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

BAB 4 Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

BAB VI PENUTUP. wisata pantai gandoriah dan pulau angso duo Kota Pariaman cukup dan belum

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR

RENCANA AKSI TAHUN 2017 DINAS PERUMAHAN RAKYAT KOTA BLITAR

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI SASARAN SOP identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat/ sasaran terhadap kegiatan UKM.

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perencanaan dalam pengelolaan Kawasan Wisata Senggigi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LURAH DESA PLERET KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA PLERET NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 01 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

BAB VII PENUTUP. penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Program

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN ENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR. Pasal 1 Rinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSES DAN JADWAL MUSRENBANG TAHUN 2017 UNTUK PERENCANAAN TAHUN 2018

5.1 Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

BAB 05 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI SANITASI

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BAB IV PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI KONSERVASI BOROBUDUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA BOROBUDUR

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Program KSN Borobudur dan Program Pembangunan Desa Program KSN Borobudur lebih berfokus pada bidang program yang mendukung pelestarian kawasan cagar budaya dan kurang memperhatikan program yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Hal ini disebabkan tidak adanya partisipasi masyarakat dalam proses penyusunannya. Secara keseluruhan program KSN Borobudur terdiri dari sembilan bidang program, yaitu kebudayaan, koperasi dan UKM, lingkungan hidup, pariwisata, pekerjaan umum, pemberdayaan masyrakat, penataan ruang, pertanian, dan perumahan. Penentuan prioritas program KSN Borobudur dilakukan berdasarkan tahun pelaksanaannya. Bidang program yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 antara lain kebudayaan, lingkungan hidup, pariwisata, pekerjaan umum dan penataan ruang. Disisi lain, program pembangunan desa di Kawasan Borobudur lebih berfokus pada penyelesaian masalah yang ada di desanya dan kurang memperhatikan pelestarian cagar budaya. Dalam proses penyusunannya program pembangunan desa melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif untuk mentukan program prioritas yang paling dibutuhkan oleh masyarakatnya. Hasilnya menunjukkan bahwa prioritas program Desa Borobudur adalah bidang sosial terkait kegiatan pengadaan lapangan pekerjaan, prioritas program Desa Wanurejo adalah bidang pekerjaan umum terkait kegiatan pembangunan saluran irigasi serta prioritas program kelurahan mendut terkait kegiatan pembangunan saluran drainase. 2. Potensi Integrasi Program KSN Borobudur dan Program Pembangunan Desa Dalam menentukan potensi integrasi program KSN Borobudur dapat dilihat berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam program KSN Borobudur dan program pembangunan desa. Secara keseluruhan terdapat 143

karakteristik perencanaan yang berbeda antara perencanaan KSN Borobudur dan perencanaan pembangunan desa. Perencanaan KSN Borobudur menggunakan pendekatan proses perencanaan komperhensif yang kurang melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunannya. Hal tersebut menjadi kekurangan dalam perencanaan KSN Borobudur karena program yang disusun belum menjadi kebutuhan masyarakat setempat karena kurangnya keterlibatan mereka dalam proses penyusunan. Bidang program tersebut antara lain penataan ruang dan pariwisata. Akan tetapi kelebihan yang dimiliki dari perencanaan KSN Borobudur adalah dana yang mendukung pelaksanaan program KSN Borobudur berasal dari APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kabupaten Magelang. Selain itu berdasarkan hasil analisis terdapat bidang program yang memiliki kesesuaian dengan program pembangunan desa yaitu, bidang program pekerjaan umum, lingkungan hidup dan kebudayaan. Disisi lain, perencanaan pembangunan desa yang tertuang dalam RPJM Desa disusun melalui pendekatan proses perencanaan strategis yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat. Hal ini menjadi kelebihan dari perencanaan pembangunan desa karena program yang disusun merupakan kebutuhan dari masyarakat. akan tetapi dalam pelaksanaannya pemerintah desa mengalami kekurangan dari segi pendanaan. Program pembangunan desa hanya didukung oleh dana APBD Kabupaten Magelang dan APB Desa. Dengan melihat kondisi, dapat disimpulkan program KSN Borobudur dan program pembangunan desa berpotensi untuk diintegrasikan karena nantinya dalam implementasi keduanya dapat saling mendukung dan melengkapi, sehingga tercipta perencanaan Kawasan Borobudur yang menyeluruh. 3. Faktor yang diduga akan mempengaruhi implementasi program KSN Borobudur Berdasarkan hasil temuan dan analisis terdapat dua faktor yang diduga paling mempengaruhi implementasi program KSN Borobudur di tingkat desa, yaitu komunikasi dan kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat. komunikasi merupakan faktor utama yang dapat menentukan keberhasilan dan 144

kegagalan suatu kebijakan. Dalam hal ini komunikasi yang terjalin antara pemerintah pembuat kebijakan dengan masyarakat setempat masih sangat kurang. Kondisi tersebut disebabkan, selama proses penyusunan program KSN Borobudur masyarakat kurang ikut dilibatkan. Dengan begitu, program yang yang menjadi prioritas KSN Borobudur bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian program KSN Borobudur dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, faktor lainnya yang diduga akan mempengaruhi implementasi KSN Borobudur adalah sumber daya, struktur birokrasi, komunikasi dan disposisi. Dalam hal ini sumber daya terhadap implementasi program terbagi menjadi dua yaitu sumber daya manusia dan sumber daya keuangan. Sumber daya yang tersedia di Kawasan Borobudur berupa staff pemerintah desa dan ketersediaan anggaran. Staff pemerintah desa telah memenuhi kapasitas sebagai perangkat desa. Anggaran yang disediakan berasal dari APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kabupaten Magelang. Struktur birokrasi pemerintah Kawasan Borobudur memiliki SOP dalam instrumen regulasi seperti pemberian ijin diluar tugas rutinitas lainnya. Struktur pemerintah di Kawasan Borobudur sudah sesuai dengan prinsip orgranisasi. Jika struktur pemerintah yang ditetapkan telah sesuai, maka dapat mendukung sistem koordinasi yang baik. Pemerintah desa memiliki kesepakatan terhadap program KSN Borobudur dan bersedia mengimplementasikan program tersebut guna mewujudkan pelestarian kawasan Borobudur. 6.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti mengusulkan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan program pembangunan desa, program KSN Borobudur, integrasi program KSN Borobudur, implementasi program KSN Borobudur ditingkat desa dan penelitian selanjutnya: 1. Program Pembangunan Desa Program pembangunan desa yang dibuat oleh pemerintah dan masyarakat desa, kurang memperhatikan pengelolaan dan pengembangan terhadap potensi desa. Seharusnya program pembangunan desa bukan hanya dibuat sebagai solusi 145

terhadap permsalahan yang ada, tetapi juga sebagai pengelola dan pengembang dari potensi desa tersebut. Salah satu potensi yang masih belum di perhatikan oleh pemerintah Desa Borobudur, Desa Wanurejo dan Kelurahan Mendut adalah potensi desa wisata yang belum tekelola dengan baik. Keberdaan candi Borobudur, candi pawon dan candi mendut menjadikan kawasan tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan. Para wisatawan juga tertarik untuk mengunjungi desa desa disekitar candi, karena kondisi pedesaan yang masih asri dan nilai nilai kebudayaan yang masih kuat. Jika potensi tersebut dikelola dengan baik dan diintegrasikan dengan sektor lainnya maka akan mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat setempat. 2. Program Kawasan Strategis Nasional Borobudur Program Kawasan Strategis Nasional Borobudur seharusnya tidak hanya berfokus pada pelestarian kawasan cagar budaya saja, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Bidang program yang paling dibutuhkan oleh masyarakat setempat adalah sosial, kesehatan dan pendidikan. Pemerintah pembuat kebijakan seharusnya memasukkan program tersebut kedalam program KSN Borobudur dan menjadikannya program prioritas. Hal ini dikarenakan, upaya pelestarian kawasan cagar budaya tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat didalamnya. Jika kebutuhan masyarakat telah terpenuhi, maka mereka akan terlibat aktif dalam pelaksanaan program pelestarian kawasan cagar budaya. 3. Integrasi program KSN Borobudur dengan program pembangunan desa Berdasarkan kesimpulan penelitian menyatakan bahwa program KSN Borobudur berpotensi diintegrasikan dengan program pembangunan desa. Untuk mewujudkan potensi tersebut diperlukan beberapa hal agar pelaksanaannya berjalan dengan baik yakni, kajian ulang terhadap program KSN Borobudur agar program yang disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam melakukan pengkajian tersebut perlu adanya koordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat terkait rencana program KSN Borobudur. sebagai aspek pendukungnya, perlu adanya peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah desa dalam pelestarian kawasan cagar budaya. Hasil 146

dari pengkajian tersebut harus menghasilkan perencanaan jangka panjang yang dapat menyelesaikan permasalahan di Kawasan Borobudur dengan tetap melestarikan kawasan cagar budaya. 4. Implementasi KSN Borobudur Berdsarkan hasil kesimpulan penelitian terdapat dua faktor yang diduga akan mempengaruhi implementasi program KSN Borobudur, yaitu komunikasi dan kesesuaian program. Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh pemerintah pusat agar pelaksanaan program KSN Borobudur dapat berjalan dengan baik. Sebagai langkah awal perlu adanya komunikasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah desa dan masyarakat setempat terkait tujuan dari kebijkan KSN Borobudur. Komunikasi tersebut dapat berupa sosialisasi secara berkala agar masyarakat paham dan merasa bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan tersebut. Selanjutnya dalam menyusun program yang dapat mendukung tujuan kebijakan KSN Borobudur perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dengan melakukan pengkajian ulang. Pengkajian tersebut dapat dilakukan melalui Forum Group Discussion dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat. Dari hasil FGD tersebut dapat ditentukan program program yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pemerintah dapat menentukan strategi pelaksanaan yang tepat. 5. Jika program KSN Borobudur telah di implementasikan maka diperlukan beberapa penelitian lanjutan antara lain: a. Respon masyarakat mengenai program KSN Borobudur. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada pemerintah pusat mengenai respon masyarakat terhadap implementasi program KSN Borobudur. penelitian ini adapat dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat yang ada di Kawasan Borobudur. b. Evaluasi program KSN Borobudur terhadap pembangunan desa Penelitian ini dapat dilakukan setelah lima tahun pelaksanaan program KSN Borobudur. Dalam kurun waktu tersebut dapat terlihat bagaimana dampak dan pengaruh program KSN Borobudur terhadap pembangunan desa. Dari 147

hasil penelitian ini juga dapat diberikan saran dan rekomendasi untuk pelaksanaan program selanjutnya. c. Pengaruh program KSN Borobudur terhadap pengembangan desa wisata Dalam program KSN Borobudur terdapat bidang program pariwisata yang bertujuan mengembangkan potensi wisata di kawasan Borobudur. Setelah lima tahun program tersebut dilaksanakan akan terlihat pengaruhnya perkembangan potensi desa wisata di Kawasan Borobudur dan pengaruhnya dengan kesejahteraan masyarakat di Kawasan Borobudur. d. Faktor yang mempengaruhi implementasi program KSN Borobudur Berdasarkan hasil temuan dan analisis peneliti terdapat beberapa faktor yang diduga akan mempengaruhi implementasi KSN Borobudur. Dugaan tersebut dibuat berdasarkan implementasi program pembangunan desa yang telah berjalan. Jika nantinya program KSN Borobudur telah telaksana, dapat diketahui apakah dugaan dugaan terebut terbukti benar atau terdapat dugaan lainnya. 148