Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

dokumen-dokumen yang mirip
PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

Pengaruh Hasil Belajar Matematika Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Jember

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

Keywords : The Level of Student's Performance, Critical Thinking, and Performance Task

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMETIKA SOSIAL

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 12 JEMBER DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SPACE AND SHAPE

Priyo Dwi Hendra Laksana 1, Toto Bara Setiawan 2, Susi Setiawani 3

IDENTIFIKASI BERPIKIR KRITIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL BERBASIS LINGKUNGAN SISWA KELAS VII

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA AVRIABEL.

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA BERKECERDASAN VISUAL SPASIAL DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BANGUN RUANG SISI DATAR

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

PENGEMBANGAN PAKET SOAL MODEL PISA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI KESALAHAN WATSON DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIMPUNAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 11 JEMBER

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII MAN 3 JEMBER BERDASARKAN PERKEMBANGAN USIA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA Nabilah Mansur Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Malang

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX PADA OPERASI HITUNG BILANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

Profil Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep Kepolaran Molekul dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response Index)

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

Error Analysis Based On Categories Of Error According To Watson In Solving Fractional Multiplication And Division Students Grade V SDN Tegal Gede 01

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya agar bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

ANALISIS KESALAHAN PENGOLAHAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIAKAN MASALAH LINGKARAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

Pengembangan Instrumen Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Matematika

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Agustin Puspitasari et al : Analisis Kemampuan Literasi Matematika...

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI).

PENGEMBANGAN MEDIA BOOKLET BERMUATAN IDEAL PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA SISWA SMP

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

Indah Figa Wardhani 1, Hobri 2, Ervin Oktavianingtyas 3

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

PROSES BERPIKIR SISWA TUNANETRA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KUBUS DAN BALOK KELAS IX DI SMPLB-A TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar

ANALISIS KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERTIPE PISA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

KARAKTERISTIK ANTISIPASI ANALITIK SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN SOAL INTEGRAL

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KINESTETIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS

PROSES LITERASI MATEMATIS DIKAJI DARI CONTENT SPACE AND SHAPE DALAM MATERI GEOMETRI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

PROFIL SISWA MEMAHAMI KONSEP BARISAN DAN DERET BERDASARKAN TAHAP BELAJAR DIENES DI KELAS IX-C SMP NURIS JEMBER

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

Lina Nofianti H.U. et al., Kecerdasan Visual-Spasial dan Logika Matematika dalam...

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB

MENGGALI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI PERHITUNGAN KIMIA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MISKONSEPSI PADA PENYELESAIAN SOAL ALJABAR SISWA KELAS VIII BERDASARKAN PROSES BERPIKIR MASON

Keywords: Mathematical communication, emotional intelligence, quadrilaterals.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERSTANDAR PISA DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3 sunardifkipunej@yahoo.com Abstract. This study aims to identify student misconception in solving PISA standard mathematic problems using CRI (Certainty of Responses Index), to describe and determine the percentage of forms of student misconception. The instrument used in this study is reasonable multiple choice test and interview guidelines. To answer the question, students are required to write the process in solving the question and choose the answer, besides the students are asked to put CRI value (0-5) based on their level of confidence in answering the question. A student can be declared to understand the concept, misconception and ignorance of the concept by comparing the answer with CRI value which is filled by the students, and the misconception form that occurred can be determined by checking the process in solving the question. Based on the research result, the misconception percentage on the aspect of the process of formulating the situation mathematically on PISA problem is 18, 25%, on the aspect of the process of using concept, fact, procedure and mathematic reasoning the misconception percentage is 7,76% and on the aspect of the process of interpreting, applying, and evaluating mathematic result, the misconception percentage is 13,8%. The misconception forms that occurred are 13,6% of translation misconception, 7,7% misconception of concept, 10,6% of misconception of strategy, 9,1% of systematical misconception, 4,5% of misconception sign.and 4,5% of misconception on calculation. Keyword: Misconception, Certainty of Response Index (CRI), PISA, Students Misconception PENDAHULUAN Proses pembelajaran terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, logis, dan sistematis artinya konsep disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya yang sederhana akan digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya yang lebih kompleks. Pemahaman konsep yang benar adalah hal mutlak yang harus dimiliki siswa. Tidak hanya benar saja, siswa dituntut untuk memahami secara tepat terakit konsep-konsep, karena ia harus mengantisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi pada soal dimasa yang akan datang [1]. Pemahaman terhadap konsep 1 Mahasiswa S-1 Progran Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 2 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember

146 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 145-153, April 2017 materi dapat tercapai apabila para pengajar dapat memberikan pengajaran yang optimal dan sesuai dengan cara belajar siswa [2]. Akan tetapi, dalam praktiknya pembelajaran di sekolah tidak selalu benar dan berjalan tanpa hambatan. Hambatan tersebut ditandai dengan konsepsi murid tentang suatu konsep yang berbeda dengan konsepsi para ilmuwan. Konsepsi siswa mungkin saja berbeda dengan konsep sebenarnya yang dikembangkan oleh para ahli, sehingga dapat dikatakan siswa mengalami salah paham (miskonsepsi). Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Berbagai miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran dapat semakin melemahkan semangat siswa dalam belajar, menganggap sulit, tidak prospektif, dan membutuhkan waktu lama untuk memahaminya. Miskonsepsi yang sering dilakukan siswa tidak boleh dibiarkan terlalu lama yang akan mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang baik. Dalam menghadapi era globalisasi, siswa-siswa di Indonesia harus mampu bersaing dengan siswa lain dari berbagai negara. Keterlibatan Indonesia dalam Program for International Student Assessment (PISA) adalah dalam upaya melihat sejauh mana program pendidikan di negara kita berkembang dibanding negara-negara lain di dunia. Pada kenyataannya, dalam tes PISA negara Indonesia hampir selalu menjadi juru kunci. Dalam keikutsertaan PISA terakhirnya di tahun 2015, hasil tes dan evaluasi menunjukkan performa siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Rata-rata skor anak-anak Indonesia 386, sementara rata-rata skor internasional adalah 490 [3]. Hal ini bisa jadi disebabkan kebijakan pemerintah yang menjadikan Ujian Nasional (UN) sebagai tolak ukur keberhasilan tes formal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sampoerna Foundation menunjukkan bahwa sebaran soal Ujian Nasional masih sangat kontekstual, yakni penuh dengan perhitungan. Sehingga siswa banyak dituntut melakukan perhitungan dengan menerapkan rumus-rumus tanpa menekankan problem solving atau penalaran [4]. Soal-soal yang digunakan dalam PISA lebih banyak mengukur kemampuan bernalar, pemecahan masalah serta berargumentasi, daripada mengukur kemampuan teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan perhitungan semata. Soal-soal PISA bukan hanya menuntut kemampuan dalam penerapan konsep saja, tetapi lebih kepada bagaimana konsep itu dapat diterapkan dalam berbagai macam situasi [5].

Ramadhan, dkk : Analisis Miskonsepsi Siswa. 147 Miskonsepsi yang dialami siswa dapat menjadi salah satu sebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal PISA. Banyaknya miskonsepsi yang dialami siswa dalam mengerjakan soal PISA bisa menjadi petunjuk penguasaan materi siswa. Miskonsepsi tersebut perlu adanya analisis untuk mengetahui miskonsepsi apa saja yang dialami siswa. Usaha untuk mengidentifikasi miskonsepsi telah banyak dilakukan, namun hingga saat ini masih terdapat kesulitan dalam membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dengan yang tidak tahu konsep. Untuk mengidentifikasi miskonsepsi, sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep, Hasan telah mengembangkan suatu metode identifikasi yang dikenal dengan teknik Certainty Of Response Index (CRI) [6]. Certainty of Response Index (CRI) merupakan suatu teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Tingkat kepastian jawaban tergambarkan dalam skala CRI yang diberikan, dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala enam (0-5). Skala keyakinan rendah (CRI 0-2), menggambarkan siswa memiliki tingkat keyakinan rendah yang menunjukkan ketidaktahuan konsep pada siswa. Skala keyakinan tinggi (CRI 3-5), menggambarkan siswa memiliki tingkat kepastian yang tinggi dalam menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada jawaban. Jika (CRI 3-5) dan jawaban siswa benar, maka hal ini menunjukkan tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran pengetahuan telah teruji (justified) dengan baik. Namun jika jawaban siswa salah, ini menunjukkan adanya miskonsepsi dalam pengetahuan tentang suatu materi yang siswa miliki. Oleh karena itu, untuk mengetahui miskonsepsi siswa maka diadakan penelitian mengenai analisis miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal berstandar PISA dengan menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dari hasil penyelesaian soal berstandar PISA yang diujicobakan. Pada penelitian ini menggunakan soal berstandar PISA dikarenakan soal-soal yang digunakan dalam PISA lebih banyak mengukur kemampuan bernalar, pemecahan masalah serta berargumentasi, sehingga peneliti bisa lebih mengetahui miskonsepsi yang terjadi.

148 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 145-153, April 2017 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Jember yaitu sebanyak 32 siswa dari kelas X MIPA 3 dan 34 siswa dari kelas X MIPA 7. Dalam penelitian ini diperlukan prosedur penelitian yang merupakan suatu tahapan yang dilakukan sampai diperoleh data-data untuk dianalisis hingga dicapai suatu kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian yaitu (1) Penentuan tempat penelitian, jadwal dan penentuan subjek (siswa kelas X SMA Negeri 1 Jember kelas X MIPA 3 dan X MIPA 7), (2) Pembuatan Instrumen Penelitian, instrumen tes adalah soal pilihan ganda beralasan yang merupakan adaptasi soal PISA tahun 2012 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, serta dibubuhkan indeks CRI untuk mengisis kepercayaan siswa menjawab soal, (3) Uji Validasi oleh dua validator dan uji keterbacaan soal pada siswa yang bukan merupakan kelas penelitian, (4) Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes di dua kelas penelitian yang berbeda yaitu kelas X MIPA 3 dan X MIPA 7, (5) Analisis data, pada tahap ini hasil pekerjaan tes siswa akan dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menyelesaikan soal berstandar PISA. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara melihat pilihan jawaban siswa dan derajat CRI yang dipilih, analisis terjadinya miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban siswa dengan tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban CRI yang diberikan siswa pada soal tersebut. Analisis bentuk miskonsepsi yang terjadi dapat dilihat dari proses jawaban atau uraian penyelesaian siswa dalam menjawab soal, kemudian dikategorikan miskonsepsi dalam pengerjaan siswa dengan indikator miskonsepsi. Selanjutnya dilakukan pengkajian tentang hubungan antar pernyataan yang dikemukakan subjek baik secara lisan maupun tertulis. Keterkaitan ini digunakan untuk menarik kesimpulan tentang miskonsepsi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal berstandar PISA dengan menggunakan Certainty of Response Index (CRI). HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 66 siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu 32 siswa dari kelas X MIPA 3 dan 34 siswa dari X MIPA 7, dapat

Ramadhan, dkk : Analisis Miskonsepsi Siswa. 149 diketahui beberapa siswa masih mengalami miskonsepsi yang berbeda-beda dalam pengerjaan soal berstandar PISA. Penganalisisan miskonsepsi siswa dengan menggunakan Certainty of Response Index (CRI) yaitu melihat hasil tes siswa dengan cara mengecek jawaban hasil tes pilihan ganda dan skala CRI yang diberikan siswa, lalu disesuaikan dengan ketentuan untuk membedakan miskonsepsi siswa. Selain pengambilan data menggunakan tes, juga dilakukan wawancara mengenai hasil jawaban tertulis siswa. Siswa yang dipilih sebanyak 4 siswa, yaitu siswa yang mengalami miskonsepsi dalam pengerjaan soal tes berstandar PISA pada soal yang berbeda. Siswa yang dikatakan mengalami miskonsepsi adalah siswa yang menjawab soal dengan salah, namun memiliki keyakinan yang tinggi akan kebenaran jawaban tersebut dengan memilih skala CRI 3-5. Pada penelitian ini penilaian yang dilakukan yaitu melihat pada aspek proses PISA. Aspek proses pada PISA dimaknai sebagai hal-hal atau langkah-langkah seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam situasi tertentu dengan menggunakan sebagai alat sehingga permasalahan itu dapat diselesaikan. Aspek proses PISA terdiri dari tiga komponen yaitu (1) merumuskan situasi secara matematis, (2) penggunaan konsep, fakta, dan penalaran, dan (3) menginterpretasi, menerapkan dan mengevaluasi hasil. Indikator aspek proses PISA yang menjadi acuan dalam penelitian ini seperti yang disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini: Komponen Aspek Proses PISA Merumuskan situasi secara matematis Menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil Tabel 1. Indikator Aspek Proses PISA Indikator Aspek Proses PISA a. Menuliskan hal yang diketahui pada soal. b. Menuliskan hal yang ditanyakan dalam soal. c. Menyederhanakan masalah yang diberikan ke dalam model. a. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara runtun b. Menyelesaikan soal dengan tepat Menuliskan kesimpulan dari permasalahan yang diberikan Berdasarkan hasil analisis, perbandingan antara jawaban benar, jawaban salah dan nilai CRI yang diberikan siswa dalam menjawab masing-masing soal dapat diklasifikasikan yang memahami konsep, menjawab menebak, tidak memahami konsep

150 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 145-153, April 2017 dan miskonsepsi. Berikut persentase pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan soal PISA. Tabel 2. Rataan Persentase Miskonsepsi yang diperoleh Siswa pada Setiap Konten Soal No. Soal Aspek Proses Soal 1. Mampu merumuskan situasi secara matematis 2. Mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran 3. Mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran 4 Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil Benar Menebak (%) Memahami Konsep (%) Miskonsepsi (%) Tidak Memahami Konsep (%) 31,8 37,9 19,7 10,6 3,8 86,3 7,6 2,3 1,5 84,8 12,2 1,5 3 86,4 10,6 0 Untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa secara mendalam telah dilakukan analisis proses jawaban siswa pada masing-masing soal. Berikut hasil yang diperoleh: 1. Pada aspek proses mampu merumuskan situasi secara matematis, dalam aspek proses ini ditunjukkan dari pengerjaan siswa untuk soal nomor 1. Siswa mengalami miskonsepsi terjemahan yaitu siswa tidak mampu memahami soal dengan baik dan tidak menuliskan dengan lengkap tentang apa yang diketahui dari permasalahan, miskonsepsi strategi untuk menentukan cara yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan, miskonsepsi sistematis yaitu untuk menentukan langkah yang benar dalam solusi penyelesaian, dan miskonsepsi berhitung yang ditunjukkan dengan kesalahan siswa untuk mengubah hasil nilai menjadi model perkalian dan pemangkatan yang sesuai, jawaban yang dipilih siswa cenderung menebak karena tidak terdapat sistematis pengerjaan yang menghasilkan jawaban yang dipilih..

Ramadhan, dkk : Analisis Miskonsepsi Siswa. 151 2. Pada aspek proses mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran, dalam aspek ini ditunjukkan dari pengerjaan siswa untuk soal nomor 2 dan nomor 3. Terlihat dari analisis pengerjaan, bahwa dalam pengerjaan ini siswa mengalami miskonsepsi terjemahan, miskonsepsi strategi dan miskonsepsi konsep. Siswa mampu memahami dan menerapkan konsep dalam memecahkan masalah. Terdapat siswa yang mampu mengerjakan solusi penyelesaian dengan konsep yang berbeda, namun siswa mengalami miskonsepsi pemahaman tentang rumus phytagoras dimana siswa menyebutkan sisi miring merupakan hasil akar dari jumlah sisi tegak dan sisi alas tanpa dikuadratkan. 3. Pada aspek proses menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil, dalam aspek ini ditunjukkan dari pengerjaan siswa nomor 4. Dalam pengerjaan ini siswa mengalami miskonsepsi terjemahan dan berhitung. Miskonsepsi terjemahan ditunjukkan oleh siswa dari kesalahan menangkap penjelasan soal dan kurang memahami informasi yang diberikan dari petunjuk gambar. Miskonsepsi berhitung ditunjukkan dengan cara-cara perhitungan yang tidak logis dalam menghitung tanpa tanda-tanda operasi. Secara keseluruhan bentuk-bentuk miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa meliputi sebanyak 13,6% atau sebanyak 9 siswa dari 66 siswa mengalami miskonsepsi terjemahan, sebanyak 7,7% atau sebanyak 5 siswa dari 66 siswa mengalami miskonsepsi konsep, sebanyak 10,6% atau sebanyak 7 siswa dari 66 siswa mengalami miskonsepsi strategi, sebanyak 9,1% atau sebanyak 6 siswa dari 66 siswa mengalami miskonsepsi sistematis, sebanyak 4,5% atau sebanyak 3 siswa dari 66 siswa mengalami miskonsepsi berhitung, dan sebanyak 4,5% atau sebanyak 3 siswa dari 66 siswa mengalami miskonsepsi tanda. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat di ambil kesimpulan. Pada soal PISA dengan aspek proses merumuskan situasi secara matematis diperoleh persentase siswa yang memahami konsep yaitu 39,25%, tidak memahami konsep 10,7%, miskonsepsi 18,25% dan benar menebak 31,8%. Hal ini menunjukkan siswa masih kesulitan dala menyelesaikan soal pada aspek proses pertama, terlihat dari persentase tebakan dan miskonsepsi yang cukup besar.

152 Kadikma, Vol. 8, No.1, hal. 145-153, April 2017 Pada soal PISA dengan aspek proses menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran terlihat bahwa persentase siswa yang memahami konsep yaitu 86,2%, tidak memahami konsep 2,32%, miskonsepsi 7,67% dan benar menebak 3,81%. Hal ini menunjukkan siswa mampu menyelesaikan soal pada aspek proses ke dua, meskipun masih mengalami sebagian kecil miskonsepsi. Pada soal PISA dengan aspek proses menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil terlihat bahwa persentase siswa yang memahami konsep yaitu 70%, tidak memahami konsep 4,4%, miskonsepsi 13,8% dan benar menebak 11,8%. Hal ini menunjukkan siswa cukup menguasai soal pada aspek proses ketiga, namun masih mengalami miskonsepsi yang cukup besar. Jenis miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal berstandar PISA yaitu miskonsepsi terjemahan sebesar 32% yang ditunjukkan dengan siswa kurang menuliskan hal yang diketahui dan kesulitan memodelkan permasalahan menjadi kalimat. Miskonsepsi konsep sebesar 9% yang berbentuk kesalahan menerapkan rumus pada materi konsep yang berbeda. Miskonsepsi stretegi sebesar 18% yang berbentuk kesalahan menggunakan alternatif pengerjaan yang benar. Miskonsepsi sistematis sebesar 26% yang berbentuk kesalahan dalam langkah-langkah penyelesaian, dan miskonsepsi berhitung sebesar 17% yang berbentuk kesalahan mengubah hasil akhir angka menjadi bentuk perkalian dan pangkat. Saran dari hasil penelitian ini yang dapat dikemukkan oleh peneliti yaitu (1) Bagi siswa, hendaknya dibiasakan untuk membaca soal lebih dari sekali agar lebih memahami maksud dari soal, menyertakan hal-hal yang terkait dengan penyelesaian soal seperti hal yang diketahui, hal yang ditanyakan dan kesimpulan dari soal yang diberikan, serta menyelesaikan soal tahap demi tahap dan lebih teliti sehingga mengurangi kesalahan dalam proses penyelesaian, (2) Bagi guru, hendaknya lebih memperhatikan dan meningkatkan kemampuan literasi yaitu kemampuan siswa untuk menerapkan konsep dan melakukan penalaran secara matematis dalam berbagai konteks seperti yang dituntut oleh PISA, serta juga diharapkan dalam menyampaikan pelajaran guru tidak hanya menyampaikan pelajaran sebatas pemahaman konsep semata, namun juga adanya penekanan terhadap fungsi konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) Bagi peneliti lain, dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian yang sejenis baik dalam pengembangan

Ramadhan, dkk : Analisis Miskonsepsi Siswa. 153 instrumen maupun analisis lebih dalam miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal berstandar PISA. DAFTAR PUSTAKA [1] E. Yudianto, Suwarsono, and D. Juniati, The anticipation: How to solve problem in integral?, in Journal of Physics: Conference Series, 2017, p. 12055 [2] Bentina, Sunardi, dan Lestari, S. D. N. 2013. Profil Belajar Konsep Matematika Siswa Akselerasi Berdasarkan Teori Bruner dan Cara Belajar Liang Gie di SMP Negeri 3 Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa [3] OECD, EDUCATION at a GLANCE 2015: OECD Indicators. 2015. [4] Yunengsih, Yuyun. 2008. Ujian Nasional : Dapatkah Menjadi Tolak Ukur Standar Nasional Pendidikan (Hasil Kajian Ujian Nasional Matematika pada Sekolah Menengah Pertama). Jakarta: Sampoerna Foundation [5] Kurniati, D., Harimukti, R., dan Jamil, N. A. 2016. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berstandar PISA. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan [6] Tayubi, Yuyu R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-konsep fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). [serial on line] http://file.upi.edu/direktori/jurnal/(cri).pdf [Diakses 12 Juni 2017]