SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

KAJIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN PEREMPUAN (STUDI DI POLRESTA SURAKARTA) JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Namun, jika ada pihak yang mengimpor, mengekspor, memproduksi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BENTUK KOORDINASI ANTARA POLRI DAN BNN DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB III PENUTUP. terhadap rumusan permasalahan dalam penelitian hukum, beberapa hal

BAB III PENUTUP. umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban sebagai saksi kekerasan. dalam rumah tangga maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB III PENUTUP. b. Menggali informasi dengan bekas pecandu/informan. f. Penyerahan Narkoba Yang Dikendalikan ( Controlled Dellivery )

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEMBELIAN TERSELUBUNG (UNDERCOVER BUY ) DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH PENYIDIK POLRI

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, dan pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. cetak maupun elektronika yang memberitakan tentang penangkapan para pelaku

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN OLEH PENYIDIK POLRI DI WILAYAH HUKUM POLRES PADANG PARIAMAN. Skripsi

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

Reni Jayanti B ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN. negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

J A K A R T A, M E I

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

Lex Privatum Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

Transkripsi:

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : ANTON YOSEF S No. BP : 07. 940. 029 Program Kekhususan : Hukum Pidana FAKULTAS HUKUM PROGRAM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 / 2012

PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG ( Anton Yosef Sihaloho, 07940029, Fakultas Hukum Reguler Mandiri, Program Hukum Pidana ) Pembimbing :Yulmayetti, SH., MH dan Yusrida, SH., MH ABSTRAK. Peredaran gelap narkotika di Kota Padang pada saat sekarang sudah mencapai tahap yang tinggi. Sasarannya adalah generasi muda. Pihak Polresta Padang melalui penyelidik Satuan Reserse Narkoba berupaya mengungkap jaringan peredaran gelap ini dengan menggunakan teknik pembelian terselubung, dikarenakan tindak pidana narkotika merupakan kejahatan tanpa korban. Disini korban adalah pelaku dan tidak mungkin pelaku akan melaporkan perbuatannya menggunakan narkotika tersebut. Untuk itu, penyelidik langsung melakukan teknik-teknik dalam pengungkapan peredaran gelap narkotika. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian Hukum Yuridis Sosiologis. Perumusan masalah dalam penelitian, yaitu apa alasan penyelidik menggunakan upaya teknik pembelian terselubung dan bagaimana teknik pembelian terselubung, apa bentuk koordinasi penyelidik dengan instansi lain dalam mengatasi tindak pidana narkotika di Kota Padang, bagaimana pelaksanaan teknik pembelian terselubung dan kendala apa yang ditemui penyelidik dalam melaksanakan teknik pembelian terselubung untuk mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polresta Padang dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan, yaitu alasan penyelidik Polresta Padang menggunakan teknik pembelian terselubung adalah dikarenakan sulitnya untuk mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika. Oleh karena itu diperlukan cara- cara khusus, teknik pembelian terselubung yang digunakan oleh penyelidik adalah dengan menggunakan informan dalam mengumpulkan informasi yang akurat dan menggunakan kurir untuk melakukan transaksi narkotika, bentuk koordinasi penyelidik dengan instansi lain dalam mengatasi peredaran gelap narkotika adalah koordinasi dalam bentuk kerjasama dengan pihak BNN Kota dan Dinas Kesehatan Kota Padang melakukan penyuluhan seputar narkotika. Kemudian koordinasi dengan pihak rumah sakit Bhayangkara dalam hal pemeriksaan urine dan darah tersangka, Pelaksanaan teknik pembelian terselubung di lapangan oleh penyelidik adalah dengan membina informan, menggunakan kurir dalam transaksi narkotika dengan bandar/pengedar narkotika dan menggunakan uang pancingan untuk transaksi tersebut. Kendala yang ditemui adalah dari segi informan dan kurir, dana anggaran untuk mengungkap peredaran gelap narkotika kurang memadai serta alat-alat kelengkapan penyelidikan dalam melaksanakan pembelian terselubung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat tidak selamanya berdampak positif bagi masyarakat, tetapi juga memiliki dampak yang kurang baik atau negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah semakin canggihnya modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab. Diantara kejahatan- kejahatan tersebut, salah satunya adalah peredaran gelap narkotika atau obat- obatan terlarang yang telah bersifat transnasional (lintas negara). Secara khusus Indonesia juga telah menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat penggunaan dan peredaran narkotika yang cukup tinggi, bahkan telah ada beberapa daerah yang dijadikan sebagai lokasi pemasaran dan produksi narkotika. Selain itu, sasaran dari tindak pidana narkotika ini juga semakin meluas, tidak lagi meliputi kalangan dewasa, melainkan sudah menyentuh kekalangan remaja bahkan anak- anak, tentunya dengan modus operandi yang berbeda dengan modus operandi yang biasanya digunakan untuk menjerat kalangan dewasa. Daerah peredaran gelap narkotika pun tidak lagi hanya di kota- kota besar, melainkan telah memasuki wilayah-wilayah pedesaan. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi aparat penegak hukum, khususnya kepolisian untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan tersebut, karena tindak pidana narkotika memiliki dampak yang sangat besar bagi bangsa dan Negara. Generasi penerus bangsa akan rusak apabila terjerat dalam lingkaran setan narkotika, yang pada akhirnya berdampak pada hancurnya cita-cita bangsa dan Negara.

Namun, menghadapi kenyataan demikian tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja keras dan keseriusan dari aparat penegak hukum untuk menjawab tantangan tersebut, serta dibutuhkan juga keseriusan pemerintah dalam menanggulanginya dengan membuat aturan- aturan yang mengatur mengenai tindak pidana narkotika yang dapat memberikan efek jera kepada masyarakat. Saat ini undang-undang narkotika yang telah ada, yaitu Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 dirasakan telah cukup untuk mengatur ketentuan mengenai tindak kejahatan narkotika, mengenai pengaturan serta sanksi yang dikenakan kepada para pelaku yang terkait dengan penyalahgunaan narkotika, baik itu sebagai penyalahguna maupun pengedar. Namun, sayangnya usaha pemberantasan tindak pidana narkotika belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari makin meningkatnya angka penyalahgunaan narkotika. Secara khusus Penulis telah melakukan survei awal mengenai kasus narkotika yang telah ditangani oleh penyelidik di Polresta Padang. Data yang diperoleh pada Unit Satuan Reserse Narkoba menunjukkan bahwa dari bulan Januari 2009 sampai bulan Juni 2011 terdapat 203 kasus narkotika dengan tersangka sebanyak 299 orang. Kasus narkotika pun merupakan kasus dengan jumlah terbanyak yang ditangani oleh pihak Polresta Padang jika dibandingkan dengan kasus pidana lainnya seperti penipuan, penganiayaan, pembunuhan, pencurian dan penggelapan. Setidaknya kepolisian menangani 7 kasus narkotika untuk setiap bulannya. Dari data tersebut, tindak pidana narkotika belum bisa diberantas. Setiap satu kasus telah selesai ditangani, maka besoknya lagi akan bermunculan kasus narkotika yang baru.

Pihak Polresta Padang tidak kenal lelah memberantas tindak pidana narkotika. Buktinya pihak Polresta Padang melalui penyelidik satuan reserse narkoba semakin gencar mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika. Dalam pelaksanaan tugasnya pun penyelidik reserse narkoba menggunakan teknik khusus, salah satunya yang sering digunakan adalah teknik pembelian terselubung. Teknik pembelian terselubung tidak mudah dilakukan oleh penyelidik. Butuh sarana dan prasarana serta profesionalisme penyelidik. Jika tidak, maka akan kesulitan bagi mereka menjalankan tugasnya, karena orang yang bergelut dalam dunia narkotika juga sangat lihai memainkan perannya. Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian lapangan yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah skripsi dengan judul : PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG. B. Perumusan Masalah Untuk menghindari kerancuan dalam penulisan skripsi ini, maka perlu dibatasi beberapa rumusan masalah, yaitu : 1. Apa alasan penyelidik menggunakan upaya teknik pembelian terselubung dan bagaimana teknik pembelian terselubung? 2. Apa bentuk koordinasi penyelidik dengan instansi lain dalam mengatasi tindak pidana Narkotika di Kota Padang? 3. Bagaimana pelaksanaan teknik pembelian terselubung di lapangan oleh penyelidik Polresta Padang?

4. Kendala apa yang ditemui penyelidik dalam melaksanakan teknik pembelian terselubung untuk mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika di kota Padang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui alasan penyelidik dalam menggunakan upaya teknik pembelian terselubung serta teknik pembelian terselubung. b. Untuk mengetahui bentuk koordinasi penyelidik dengan instansi lain dalam mengatasi tindak pidana narkotika di Kota Padang. c. Untuk mengetahui pelaksanaan teknik pembelian terselubung di lapangan yang dilakukan oleh penyelidik satuan reserse narkoba Polresta Padang. d. Untuk mengetahui kendala yang ditemui penyelidik dalam melaksanakan teknik pembelian terselubung untuk mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika di kota Padang.

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di Polresta Padang yang telah diuraikan pada bab- bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Alasan penyelidik menggunakan teknik pembelian terselubung dalam peredaran gelap narkotika adalah karena tindak pidana narkotika merupakan kejahatan tanpa korban. Dengan tidak adayna korban, maka tidak akan ada orang sebagai korban yang melaporkan tentang tindak pidana narkotika. Untuk itu dibutuhkan keaktifan penyelidik dalam mengungkap tindak pidana narkotika. Teknik yang digunakan penyelidik dalam melakukan pembelian terselubung adalah mengumpulkan informasi dengan menggunakan informan dan melakukan pembelian terselubung dengan menggunakan kurir. 2. Bentuk koordinasi Penyelidik dengan instansi lain dalam mengatasi tindak pidana narkotika di Kota Padang adalah dalam hal mengenai penyampaian laporan tindak pidana narkotika yang telah ditangani dengan BNN melalui BNN Kota Padang. Selain itu, penyelidik satuan reserse narkoba Polresta Padang juga melakukan kerjasama di bidang penyuluhan ke lingkungan sekolah dan masyarakat dengan BNN Kota Padang dan Dinas Kesehatan Kota Padang. Pada pelaksanaan tugas di lapangan, penyelidik bekerjasama dengan rumah sakit Bhayangkara dalam pemeriksaan urine atau darah tersangka narkotika jika telah ditangkap.

3. Pelaksanaan teknik pembelian terselubung narkotika dalam mengatasi peredaran gelap narkotika adalah: 1) Perencanaan; 2) Pengumpulan informasi dengan menggunakan informan; dan 3) Melakukan pembelian terselubung dengan menggunakan kurir 4. Kendala- kendala yang ditemui penyelidik dalam pelaksanaan pembelian terselubung untuk mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika adalah: 1) Kendala yang datang dari informan dan kurir; 2) Anggaran uang/dana yang digunakan dalam operasi tidak memadai; dan 3) Kurangnya alat kelengkapan penyelidik pada pelaksanaan pembelian terselubung B. Saran 1. Hendaknya dalam pelaksanaan pembelian terselubung ini diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksana agar pelaksanaan dilapangan terarah dan ada anggaran yang jelas sesuai dengan target operasi 2. Informan dan kurir yang dibina agar tidak hanya mengambil keuntungan dari pekerjaannya. Informan dan kurir harus bekerjasama dengan kepolisian dalam memberantas peredaran gelap narkotika demi masa depan bangsa. 3. Negara hendaknya mempertimbangkan lagi anggaran kepada Kepolisian dalam mengungkap jaringan peredaran gelap narkotika mengingat tindak pidana narkotika merupakan salah satu extra ordinary crime dan dalam mengatasinya juga diperlukan cara-cara yang khusus.

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Andi Hamzah. 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia (edisi revisi), Sinar Grafika, Jakarta Anton Tabah. 1991. Polisi Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Bambang Waluyo.2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta M. Yahya Harahap. 2007. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (edisi kedua), Sinar Grafika, Jakarta Martiman Prodjohamidjojo.2007.Penyelidikan Dan Penyidikan, Ghalia Indonesia, Jakarta Moh. Taufik Makarao, Suhasril, Moh. Zakky A. S. 2003. Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta; Satjipto Rahardjo & Anton Tabah.1993. Polisi Pelaku Dan Pemikir, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Soerjono Soekanto.2005. Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI, Jakarta Syaefurrahman Al-Banjary.2005. Hitam Putih Polisi Dalam Mengungkap Jaringan Narkoba, Restu Agung, Jakarta B. PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika C. KAMUS Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta Hoetomo M.A. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, PT Mitra Pelajar, Surabaya, Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality Publisher, Jakarta