BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KERANGKA TEORITIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

2015 PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENGUASAAN KOMPETENSI HOUSEKEEPING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI HOTEL

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengurangan biaya dan sebagainya. Kualitas pendidikan bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan diimplementasikan melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

Transkripsi:

BAB I PENDABULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalarn Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa visi pembangunan pendidikan nasional adalah terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas, produktif dan berakhlak mulia. Dengan demikian pendidikan nasional Indonesia meiniliki peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa dan negara Indonesia. Saat ini, hampir semua segi kehidupan termasuk pendidikan Indonesia tidak terlepas dari teknologi yang berkembang sangat pesat. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk kehidupan ekonomi, sosial, politik dan pendidikan di masa yang akan datang ditentukan kualitas pendidikan yang dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan taraf kehidupan. Hal ini sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang memuat tujuan nasional Indonesia yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum sekaligus untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencapai visi pembangunan pendidikan nasional dan tujuan nasional tersebut, masih banyak hambatan dan masalah yang dihadapi dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan kejuruan pada khususnya antara lain banyaknya pengangguran terdidik, kurangnya dana pendidikan dan masih rendahnya kualitas lulusan. Khusus untuk pendidikan kejuruan 1

2 memerlukan pengelolaan yang baik, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, mempunyai keterampilan dan keahlian yang tinggi, siap memasuki dunia kerja serta mau mengembangkan sikap profesional. Dalam pasal 18 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari pendidikan menengah di dalam jenjang pendidikan formal di Indonesia. Sebagai penjelasannya, di dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan kejuruan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Fungsi Pendidikan Menengah Kejuruan menurut Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 76 ayat (2) adalah: 1. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur; 2. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air; 3. Membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejunuan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

3 4. Meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; 5. Menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi; dan 6. Meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, praktek kerja lapangan sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar. Slameto (2003 : 9) menyatakan bahwa di dalam belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari tetapi mengerti atau memperoleh insight, sifat-sifat belajar dengan insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan dalam hal ini adalah praktek kerja lapangan. Menurut Bartono (2005 : 7), praktek kerja lapangan adalah praktek di luar kelas pada suatu instansi yang sedang beroperasi. Praktek kerja lapangan adalah sebagai upaya penerapan dan pembandingan antara pekerjaan yang senyatanya dengan teori yang didapat siswa di dalam kelas sebagai bagian dan kurikulum yang diwajibkan untuknya. Praktek kerja lapangan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga dikenal dengan sebutan praktek kerja industri (Prakerin). Untuk mengelola paktek kerja industri (Prakerin), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus berkomitmen untuk memperhatikan mutu pelaksanaan Prakerin dalam rangka mendukung kualitas lulusan SMK. Untuk itu yang perlu diperhatikan adalah pemilihan industri yang menjadi institusi pasangan SMK dalam Prakerin, pembinaan hubungan antara SMK dan industri tersebut,

4 serta kesesuaian antara keterampilan yang didalami siswa selama Prakerin dengan kebutuhan dunia industri dalam kehidupan nyata. Kebijakan yang sesuai dalam pengelolaan Prakerin adalah Link and Match, yang pada dasarnya konsep Link and Match adalah strategi untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan terutama kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Sebagai realisasi kebijakan Link and Match maka pendidikan menengah kejuruan melakukan perubahan sistem pendidikan dan perubahan pola pikir, sikap dan nilai pelakunya yaitu dengan dilaksanakannya pendidikan sistem ganda (PSG). Pengertian pendidikan sistem ganda menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Anonim, 1995) adalah: Suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Menurut Wena yang dikutip oleh Muhaimin (2005 11) PSG adalah suatu cara menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kejuruan khususnya pada SMK yang memadukan kegiatan belajar di sekolah dan kegiatan belajar melalui bekerja langsung pada bidang serta suasana yang sesungguhnya dan relevan di lapangan kerja. Sedangkan menurut Badeai yang dikutip oleh Susilowati (2005 : 11) PSG adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di SMK dan pelatihan industri yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai tingkat yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

5 Pada pelaksanaannya, Prakerin dalam PSG di SMK membutuhkan terobosan-terobosan untuk meningkatkan mutu pelaksanaannya. Dan pelaksanaan Prakerin tersebut diharapkan siswa-siswi dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya terutama mengenai ilmu yang akan diperoleh di lapangan, hasil dari pengembangan teori di sekolah. Tujuan umum yang ingin dicapai dari pelaksanaan Prakerin tersebut adalah mengurangi kesenjangan antara profil tenaga kerja output pendidikan dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari Prakerin antara lain memperoleh pengalaman tentang tehnik/keterampilan di dunia usaha atau industri dan sekaligus memperoleh pengetahuan tentang manajemen industri (Anonim, 2002: 5). Prakerin yang dilaksanakan ini meliputi: 1. Praktek dasar kejuruan dapat dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di industri. Praktek dasar kejuruan yang tidak dapat dilaksanakan di industri karena industri tidak mempunyai fasilitas penelitian dapat dilaksanakan di sekolah. 2. Praktek kerja industri keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk on the job tranning. Praktek ini berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa (pekerjaan yang sesungguhnya) di industri atau perusahaan. 3. Pengaturan program 1 dan 2 harus disepakati pada awal program oleh kedua belah pihak (Anonim, 2003: 1).

6 Realita yang terjadi saat ini di kalangan lulusan SMK yang telah menempuh pendidikan sistem ganda adalah bahwa mereka belum mempunyai kesiapan secara mental untuk masuk dalam dunia kerja. Kesiapan mental terkait dengan kesadaran seseorang untuk melaksanakan kewajiban yang telah diberikan dan bertanggung jawab atas tindakan dan kinerjanya. Kesiapan mental ini harus didukung dengan kemampuan berkomunikasi dengan rekan kerja dan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Hal ini menjadi sebuah masukan bagi sekolah kejuruan untuk memperbaiki sistem yang ada supaya lulusan yang dihasilkan semakin siap masuk dunia kerja dan memiliki kemampuan yang diharapkan oleh industri. Tidak bisa dipungkiri, dunia pendidikan adalah tahap perencanaan karier yang ikut menentukan tahap demi tahap peningkatan pribadi seseorang walaupun secara riil siswa belum melakukan pilihan pekerjaan pada saat yang bersangkutan memasuki suatu lembaga pendidikan (Handoko, 2000 : 123). Nilai intrinsik pendidikan yang menumbuh-kembangkan tiap individu secara optimal sesuai dengan keberadaan dan nilai instrumentalnya berperan dalam memberikan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sebagai persiapan dan intrumen untuk melanjutkan hidup dan kehidupan di tengah masyarakat (Yusuf, 2002 : 61-62). Apabila nilai yang dimaksud tidak terakomodir dengan baik, tentunya tiap individu yang mengikuti pendidikan tidak akan berkembang dengan baik. Akan lebih buruk lagi kalau apa yang diberikan selama persiapan jauh menyimpang dari dunia kerja.

7 Hal ini juga terjadi di SMK Negeri 4 Klaten di mana sebagian lulusan jurusan akuntansi belum semuanya diterima di dunia kerja sesuai dengan latar belakangnya. Secara sekilas para lulusan itu telah bekerja, tetapi dapat dikatakan sebagian dari mereka bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan kompetensi yang telah dipelajari di sekolah. Hal ini menunjukkan kurang efektifnya perencanaan karier yang dilakukan di SMK Negeri 4 Klaten, meskipun ada faktor lain yang ikut menentukan peningkatan karier seperti lowongan jabatan di dalam industri. Kurang efektifhya perencanaan karier di SMK Negeri 4 Klaten tersebut secara tidak langsung mempengaruhi terpenuhinya prasyarat-prasyarat peningkatan karier seperti prestasi dan efisiensi lulusan (Handoko, 2000 : 124). Perencanaan karier yang matang di SMK Negeri 4 Klaten seharusnya tertuang di dalam program Prakerin yang berbasis mutu. Program tersebut harus dirancang untuk menjadi wadah bagi siswa untuk memahami kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar kerja sehingga mereka menjadi lebih siap mental untuk memasuki dunia kerja yang sesungguhnya dan membangun karier yang terbaik. Untuk SMK Negeri 4 Klaten, manfaat Prakerin yang paling diharapkan dapat diberikan kepada siswa adalah supaya mereka memperoleh pengalaman tentang tehnik/keterampilan di dunia usaha atau industri dan sekaligus memperoleh pengetahuan tentang manajemen industri khususnya tentang ilmu administrasi (Anonim, 2002 : 5). Dalam penelitian ini SMK Negeri 4 Klaten dipilih menjadi lokasi penelitian. Penentuan lokasi penelitian dan setting penelitian selain dibingkai

8 dalam kerangka teoritis juga dilandasi oleh pertimbangan teknis operasional. Untuk itu, lokasi atau setting penelitian dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan dapat tidaknya dimasuki dan dikaji lebih mendalam. Hal ini penting karena betapapun menariknya suatu kasus, tetapi jika sulit dimasuki lebih dalam oleh seorang peneliti, maka akan menjadi kerja yang sia-sia (Bungin, 2007 : 148). Di samping alasan di atas, untuk menentukan lokasi lapangan penelitian perlu juga dipertimbangkan segi geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga. Moleong (2005 : 128) menyatakan bahwa cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian, untuk itu perlu memilih lapangan yang sesuai dengan kenyataan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan faktor-faktor di atas, peneliti memilih SMK Negeri 4 Klaten menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Dari pertimbangan mungkin atau tidaknya dimasuki untuk memperoleh data yang baik atau informasi yang mendalam bahwa peneliti mempunyai hubungan yang cukup baik dengan informan terutama Kepala Sekolah dan sebagian Guru SMK, hubungan yang cukup baik inilah yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi yang mendalam atau data yang akurat dalam suatu penelitian.

9 2. Dari segi waktu dimungkinkan bahwa peneliti dapat secara leluasa untuk mengadakan pengumpulan data karena letak geografis yang tidak begitu jauh antara lokasi penelitian dengan tempat tinggal penelitian yang didukung dengan sarana transportasi yang mudah. 3. Dari segi biaya bahwa untuk menuju lokasi penelitian tidak membutuhkan biaya yang tinggi karena letak lokasi penelitian yang cukup dekat atau tidak begitu jauh. 4. Dari segi tenaga bahwa peneliti tidak perlu mengeluarkan tenaga yang banyak untuk menuju lokasi penelitian. 5. Dari segi manfaat bahwa lokasi penelitian ini dipilih karena adanya bukti bahwa lokasi penelitian mempunyai prestasi yang baik dalam hal-hal tertentu dibandingkan dengan beberapa sekolah lainnya sehingga hasil penelitian akan membawa manfaat bagi peneliti dalam usaha peningkatan mutu sekolah. Suatu penelitian akan dapat bermakna jika suatu penelitian itu dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi peneliti itu sendini. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi bermaknanya suatu penelitian adalah karena diperolehnya data yang akurat atau diperolehnya informasi yang mendalam tentang suatu obyek penelitian. Informasi yang mendalam atau data yang akurat akan diperoleh jika ada hubungan yang baik antara peneliti atau pengumpul data dengan informan.

10 B. Fokus Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka fokus penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah ciri-ciri pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) yang efektif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten? Sub fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah ciri-ciri pelaksanaan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten? 2. Bagaimanakah ciri-ciri organisasi pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten? 3. Bagaimanakah ciri-ciri hubungan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mendiskripsikan ciri-ciri pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) yang efektif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. Sub tujuan penelitian ini meliputi : 1. Untuk mendiskripsikan ciri-ciri pelaksanaan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. 2. Untuk mendiskripsikan ciri-ciri organisasi praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten.

11 3. Untuk mendiskripsikan ciri-ciri hubungan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan: a. Ciri-ciri pelaksanaan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. b. Ciri-ciri organisasi praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. c. Ciri-ciri hubungan praktek kerja industri (Prakerin) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat untuk: a. Kepala Dinas Pendidikan Nasional, sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan tentang efektifitas pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) berbasis mutu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk meningkatkan kualitas kelulusan. b. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten, sebagai dasar untuk mengambil tindakan efektifitas pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) berbasis mutu di sekolah untuk meningkatkan kualitas lulusan.

12 c. Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten, sebagai dasar untuk mengambil tindakan efektifitas pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) berbasis mutu di sekolah. d. Komite Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten, sebagai bahan acuan di dalam pengendalian pelaksanaan efektifitas pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) berbasis mutu. e. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten, sebagai bahan renungan untuk mengembangkan kemandirian mereka melalui efektifitas pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) berbasis mutu. E. Definisi Istilah 1. Praktek kerja industri (Prakerin) adalah salah satu model penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkronisasi antara pendidikan sekolah dan penguasaan keahlian atau ketrampilan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian yang profesional sesuai dengan program studinya dan yang diharapkan dalam profil kemampuan lulusan SMK. 2. Pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) berbasis mutu adalah segala bentuk pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) di sekolah kejuruan dengan tujuan meningkatkan kualitas lulusan.

13 3. Institusi pasangan SMK dalam Prakerin adalah industril perusahaan yang menjadi rekanan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten dalam praktek kerja industri (Prakerin). 4. Organisasi pengelolaan praktek kerja industri (Prakerin) adalah struktur organisasi yang terbentuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten untuk mengelola program praktek kerja industri (Prakerin). 5. Fungsi organisasi adalah fungsi setiap jabatan di dalam organisasi program praktek kerja industri (Prakerin) yang terbentuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten. 6. Kegiatan praktek kerja industri (Prakerin) adalah semua kegiatan yang dilaksanakan siswa di dalam program praktek kerja industri (Prakerin) di institusi pasangan SMK dalam Prakerin. 7. Sub fokus penelitian adalah unsur-unsur yang menyusun dan menjelaskan fokus penelitian.