BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ( Dedeh,2010). Masa remaja. buruk serta kurangnya pengetahuan gizi ( Benun dan Ani,2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World


BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI IPS DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007). Remaja adalah bila seseorang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki dimana pada masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat cepat, pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi tersebut, pada anak perempuan pertumbuhannya lebih cepat daripada anak laki-laki (Sulistyoningsih, 2012). Status gizi adalah keadaan tubuh akibat mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi baik di usia remaja sangat diperlukan terutama remaja putri karena ini berhubungan dengan peran mereka sebagai calon ibu. Remaja putri yang terpelihara kadar gizinya akan terpelihara kesehatan reproduksinya agar nanti di masa mendatang dimana mereka akan menjadi wanita dewasa yang melahirkan generasi berikutnya dan pertambahan berat badannya adekuat (Proverawati dan Wati, 2011). Kondisi seseorang ketika dewasa ditentukan oleh keadaan pada saat remaja. Menurut data Riskesdas RI (2013), kelompok umur 13-15 tahun penilaian status gizi berdasarkan IMT, prevalensi nasional kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi

2 sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sumatera Barat termasuk kedalam 17 propinsi tersebut dengan prevalensi 7%. Prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Remaja usia 15-19 tahun resiko kekurangan energi kronik pada tahun 2007 30,9% dan pada tahun 2012 naik menjadi 46,6%. (Riskesdas RI, 2013). Remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami masalah gizi. Seiring dengan peningkatan populasi remaja di Indonesia, masalah gizi remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi dewasa (Pudjiadi,2005). Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja yaitu kurangnya asupan zat gizi yang mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus yang dapat memicu terjadinya kekurangan energi kronis (KEK) dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi. (Waryana, 2010). Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan (tren dan mode makanan, fast food, makanan sekolah, peran orang tua, pola makan keluarga, pengaruh peer gorup, jumlah anggota keluarga dan media masa), faktor sosial ekonomi (tingkat ekonomi, tingkat pedidikan, pengetahuan gizi, uang saku, dan daya beli keluarga), faktor kognitif (body image dan personal health belief), faktor biologis (status pubertas, pertumbuhan, jenis kelamin, genetic), faktor gaya

3 hidup (kebiasaan merokok, perilaku makan, kebiasaan berolahraga), dan status kesehatan (riwayat penyakit dan infeksi penyakit) (Mardayanti, 2008). Body Image merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri apalagi yang menyangkut tentang body image atau persepsi terhadap tubuhnya. Bentuk tubuh langsing dan tinggi merupakan hal yang diinginkan oleh remaja putri dan kenyataannya banyak remaja putri merasa tidak puas karena ketidaksesuaian bentuk tubuh dengan yang diinginkan. Konsep body image yang negatif akan berdampak pada status gizi remaja sebab body image merupakan salah satu faktor penting berkaitan dengan status gizi seseorang (Setijowati, 2012). Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh merupakan masalah yang rumit bagi remaja putri bahkan dapat menimbulkan frustasi, mengurangi kepercayaan diri, menciptakan konsep diri yang kurang tepat, juga menyebabkan mereka kurang menghargai diri mereka sendiri (Anthony, 2009). Hal itu membuat remaja putri jadi tidak mau memperhatikan asupan makanan yang bergizi karena makanan bergizi tersebut mereka anggap membuat tubuh menjadi gemuk atau melar Untuk mendapatkan tubuh yang tinggi dan langsing, sebagian besar remaja putri melakukan diet ketat seperti mengkonsumsi obat-obat pelangsing, minum jamu dan sebagainya sehingga menyebakan remaja kurang mendapatkan makanan seimbang dan bergizi. Upaya tersebut dapat berakibat pada penurunan status gizi bila tidak dilakukan dengan benar. Dimana asupan energi dan zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) yang sudah dianjurkan (Sayogo, 2011).

4 Hasil penelitian yang dilakukan Widianti (2012) pada siswi SMA Theresia Semarang didapatkan sebanyak 40,3% memiliki body image negatif dan didapatkan ada hubungan yang bermakna antara body image dengan status gizi. Penelitian yang dilakukan Sada (2012) persepsi remaja terhadap body image menentukan pola makan dan status gizinya. Semakin negatif persepsi body image atau remaja yang menganggap dirinya gemuk, maka remaja tersebut cenderung mengurangi frekuensi makan. Hasil penelitian yang dilakukan Ruslie (2012), remaja putri yang memiliki body image negatif berusaha membatasi asupan makan tetapi tidak berusaha untuk melakukan aktivitas yang cukup. Remaja putri yang memiliki body image negatif akan berperilaku makan negatif seperti memperkirakan jumlah kalori yang dikonsumsi, sehingga banyak dari remaja tersebut mengalami gangguan pemenuhan gizi yang berdampak pada status gizi yang tidak baik yaitu status gizi kurang. Body Image yang negatif juga membuat remaja tidak makan sesuai kebutuhannya, dan tidak jarang berujung pada builmia dan anorexia nervosa (Diana, 2011). Selain body image, faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah perilaku makan. Perilaku makan adalah suatu tingkah laku yang dapat diamati yang dilakukan individu dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis. Remaja putri banyak mengalami perubahan-perubahan fisik maupun psikisnya. Semua hal tersebut mempengaruhi tingkah lakunya. Termasuk juga perilaku makannya, padahal pada tahap perkembangan ini remaja membutuhkan gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya. Remaja yang mempunyai perilaku makan yang tidak sehat tidak

5 lagi memperhatikan kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsinya (Diana, 2011). Adapun perilaku makan yang kita ketahui yaitu perilaku makan sehat dan perilaku makan tidak sehat. Menurut Bobak (2005) mengatakan perilaku makan sehat merupakan konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi setiap individu agar sehat dan produktif. Sedangkan menurut Sarintha dan Prawitasari (2006) mengatakan perilaku makan tidak sehat adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, lemak dan protein. Menurut Grabber (1994, dalam Putri, 2013) mengatakan diet, binge eating, kebiasaan makan pada malam hari yang dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan psikologis individu merupakan perilaku makan tidak sehat. Gadis remaja sering terjebak dengan perilaku makan yang tidak sehat, remaja menginginkan penurunan berat badan secara drastis dengan melakukan diet ketat bahkan sampai gangguan pola makan (Arisman, 2010). Perilaku makan yang tidak sehat akan meningkatkan resiko status gizi buruk dan eating disorder seperti anorexia nervosa atau builmia nervosa. Akibatnya dapat menimbulkan masalah gizi pada remaja putri seperti tubuh yang terlalu kurus atau kekurangan energi kronis (Kathlen, 2008). Tubuh yang terlalu kurus tidak memiliki asupan energi yang cukup akan mempengaruhi proses metabolisme dan juga mempengaruhi konsentrasi belajarnya.

6 Pada umumnya remaja putri mempunyai pola dan kebiasaan makan yang homogen dimana asupan energi yang tidak cukup dan tidak sesuai dengan kecukupan gizi yang sudah dianjurkan. Hal ini juga terlihat bahwa hampir separuh remaja putri mempunyai berat badan kurus dan tinggi badan yang rendah, serta sepertiga dari mereka kurus, yang menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan (Sayogo, 2011). Remaja putri memiliki kebiasaan membatasi konsumsi jenis makanan tertentu atau mempunyai kebiasaan diet tidak terkontrol dengan tujuan untuk mendapatkan tubuh yang ideal yang sering terjadi pada remaja putri khususnya siswi SMA (Sekolah Menengah Atas) (Stang dan Story, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Masdewi (2011) menyatakan sebanyak 58,82% remaja putri makan dengan frekuensi 2 kali sehari dan 11,7% dengan frekuensi 1 kali sehari. Penelitian yang dilakukan Widianti di SMA Theresia Semarang (2012) mengatakan sebanyak 43,1% siswi menjalani perilaku makan tidak sehat, siswi SMA Theresia makan tidak teratur dan sering melewatkan waktu makan tertentu seperti makan malam karena takut menjadi gemuk. Selain makan malam, siswi juga sering melewatkan sarapan pagi, dikarenakan rasa lapar akibat makan pagi sehingga menyebabkan lebih banyak ngemil di siang hari. Dari hasil penelitian nya terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku makan dengan status gizi. Hal ini berarti semakin baik subjek menjalankan perilaku makan, maka status gizinya semakin baik. Menurut Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, berdasarkan hasil skreening yang dilakukan pada siswa SMA se-sumbar (19 Kota/Kabupaten), Kota Padang masuk ke dalam 5 besar yang memiliki masalah gizi untuk status gizi kurus yaitu sebanyak 4,7% jika dibandingkan dengan status gizi gemuk yaitu

7 3,8%. Berdasarkan fenomena saat ini, banyak terdapat remaja putri yang memiliki body image negatif atau merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Remaja putri yang merasa dirinya gemuk atau memiliki tubuh berlebih berusaha untuk mengurangi berat badan dan remaja yang kurus berusaha mempertahankan tubuhnya agar tidak gemuk atau mencapai tubuh yang lebih ideal. Remaja putri yang merasa dirinya berlebih merasa sulit bagi mereka untuk mencari baju begitupun remaja putri yang bertubuh kurus takut menjadi gemuk sehingga sulit bagi mereka untuk mencari baju yang sesuai dengan bentuk tubuh mereka. Bentuk tubuh yang gemuk membuat mereka merasa kurang percaya diri dalam bersosialisasi bersama teman-teman dan takut jika dengan tubuh gemuknya akan menjadi bahan tertawaan dan candaan teman-teman yang lain. Untuk menjaga agar tubuh tetap menjadi ideal banyak remaja mengurangi porsi makan tanpa memperhitungkan kecukupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dan sering melewatkan sarapan pagi dan lebih suka jajan makanan dikantin yang kandungan gizi nya kurang dan juga ada remaja putri yang menerapkan diet yang tidak sehat dan menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan tubuh yang kurus dan ideal. Hasil skreening dari data Dinas Kesehatan Kota Padang yang dilakukan pada siswa SMA/MA yang berada di 22 wilayah kerja Puskesmas tahun 2015 didapatkan bahwa masalah gizi yang paling tinggi yaitu status gizi kurus. Angka status gizi kurus paling tinggi terdapat pada Puskesmas Padang Pasir yaitu sebanyak 12 %. Di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir terdapat 3 sekolah yang memiliki masalah status gizi kurus yaitu, SMKN 3 Padang (18,14%), SMK Nasional (12,5%) dan SMK Nusatama (8%).

8 SMK Negeri 3 Padang merupakan salah satu SMK favorit dikota Padang. SMK negeri 3 Padang memiliki jumlah siswi yang lebih banyak dibandingkan jumlah siswa laki-lakinya. SMK Negeri 3 Padang memiliki 4 jurusan yaitu jurusan perkantoran, manajemen, akuntansi dan teknik komputer dan jaringan. Untuk jurusan manajemen, akuntansi dan perkantoran merupakan jurusan yang memiliki jumlah siswi paling banyak. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMKN 3 Padang pada tanggal 13 September 2016 terhadap 10 orang siswi, 50% siswi berstatus gizi kurang/kurus berdasarkan nilai IMT/U (-3SD s/d <-2SD). 3 dari 5 orang siswi (60%) mengatakan takut gemuk dan merasa belum puas dengan bentuk tubuhnya. 2 dari 5 (40%) orang siswi merasa tidak senang jika berat badan naik, 1 dari 5 (20%) orang siswi merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya, 3 dari 5 (60%) orang siswi merasa bentuk tubuh tidak lebih baik dari orang lain. 3 dari 5 (60%) orang siswi lebih suka jajan daripada bawa bekal, 3 dari 5 (60%) orang siswi setuju mengurangi porsi makan sesuai kehendak agar tubuh menjadi ideal, 2 dari 5 (40%) orang siswi tidak setuju tetap makan pada saat sakit dan 2 dari 5 orang (40%) siswi setuju mengkonsumsi jamu-jamuan untuk membuat tubuh menjadi langsing. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian tentang hubungan body image dan perilaku makan dengan status gizi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016.

9 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagiamana hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi body image pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016. b. Diketahui distribusi frekuensi perilaku makan pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016. c. Diketahui distribusi frekuensi status gizi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016. d. Diketahui hubungan antara body image dengan status gizi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016. e. Diketahui hubungan antara perilaku makan dengan status gizi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2016.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Bagi peneliti sendiri dapat meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang di dapat di bangku perkuliahan, di lapangan, dan menambah wawasan peneliti. 2. Bagi keperawatan Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan serta dapat menjadi dasar bagi perencanaan program kesehatan terutama program promotif dan preventif. 3. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, panduan dan referensi serta dapat memberikan gambaran tentang hubungan body image dan perilaku makan dengan status gizi pada remaja putri. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan bacaan, panduan, dan referensi yang mendukung data lain dalam penelitian selanjutnya.