SAMBUTAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENDAFTARAN HAJI OFF LINE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

2 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

BAB III PELAYANAN JAMA AH HAJI KOTA SEMARANG TAHUN 2009

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M

BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011

PERKIRAAN PORSI JAMAAH HAJI REGULER

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

2 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji (Lembara

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Khusus Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M

JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2006 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M

Pusat Layanan Asuransi Jiwa Jemaah Haji AMANAH (Bebas Pulsa)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1432H/2011M

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pendaftaran Jamaah Haji. Tata Cara.

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1435H/2014M

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 28 Juni 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1436H/2015M

Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 Disusun oleh Sub Bagian Informasi Haji

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN PENYELENGGARAAN HAJI NOMOR D/348 TAHUN 2003 TENTANG

A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) : Saudia / Setaraf

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KINI MENUNAIKAN IBADAH UMROH LEBIH MUDAH BERSAMA KOPKAR UBAYA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*)

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG ( PERSPEKTIF EXCELLENT SERVICE ) 1.1.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 4

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh;

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DAERAH

7. Sabar, Sabar, dan Sabar

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

PROGRAM UMROH PLUS TURKI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016

A. AKOMODASI PAKET. Harga : Rp ,- : 9 Hari (PP)

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No melaksanakan ibadah haji sesuai dengan tuntutan syariah dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Meskipun penyelenggaraan

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

Transkripsi:

i

SAMBUTAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas perkenan-nya Kementerian Agama selalu berupaya meningkatkan pelayanan, pembinaan dan perlindungan terhadap jemaah haji dengan prinsip mengedepankan kepentingan jemaah, memberikan rasa keadilan, efisiensi, transparansi, akuntabel, profesional dan nirlaba. Peningkatan pelayanan, pembinaan dan perlindungan tersebut sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Kementerian Agama. Kami menyambut baik dan menyampaikan apresiasi yang mendalam dengan diterbitkanya buku Petunjuk Pelayanan, Pembinaan dan Perlindungan bagi Jemaah Calon Haji dan sepantasnya buku ini dapat dijadikan acuan oleh masyarakat yang bermaksud menunaikan ibadah haji. Semoga Allah SWT, selalu memberikan hidayah dan inayah-nya pada kita semua dalam upaya mewujudkan peningkatan pelayanan, pembinaan dan perlindungan terhadap jemaah haji. Amiin. Bandung, November 2013 Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat, ttd Drs. H. Saeroji, MM. NIP. 195908101987031006 i

KATA PEGANTAR Dengan ucapan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya pada saat ini kami masih bisa melaksanakan tugas pada Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Salah satu tugas yang terus kami optimalkan adalah menyampaikan informasi yang seluas-luasnya. Untuk maksud itulah, buku Petunjuk Pelayanan, Pembinaan dan Perlindungan bagi Jemaah Calon Haji diterbitkan sebagai langkah dalam penyebarluasan informasi bagi masyarakat umum dan jemaah calon haji. Sistematikan penyusunan buku ini diselaraskan dengan tanggung jawab Kementerian Agama dalam penyelenggaraan ibadah haji, yaitu memberikan pelayanan, pembinaan dan perlindungan terhadap calon/jemaah haji. Betapa pun, buku ini masih banyak memiliki kekurangan. Kami harapkan adanya masukan dan keritikan agar buku ini dapat disempurnakan. Tak lupa, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan ide, gagasan dan kreatifitas sehingga buku ini diterbitkan. Semoga, ikhtiar ini bisa bermanfaat. Amiin. Bandung, November 2013 Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah ttd Drs. H. A. Buchori, MM. NIP. 196206121990031002 ii

DAFTAR ISI Sambutan Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jabar... Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Indikator Keberhasilan Penyelenggaraan Haji... 2 C. Penyelenggaraan Haji Dalam Perspektif Historis... 2 D. Kuota Haji... 4 BAB I I PELAYANAN... 5 A. Pendaftaran Haji... 5 B. Pelunasan BPIH... 6 C. Pembatalan... 7 D. Pembuatan Paspor Haji... 9 E. Hak Jemaah Haji Setelah Pelunasan... 9 BAB III PEMBINAAN... 12 A. Sasaran Pembinaan... 12 B. Target Pembinan... 12 C. Pelaksanaan Bimbingan... 12 D. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji... 15 BAB IV PERLINDUNGAN... 16 A. Bentuk Perlindungan... 16 B. Jaminan Asuransi... 16 C. Barang Bawaan dan Identitas Jemaah Haji... 18 D. Informasi Haji... 19 Lampiran-lampiran iii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji mengacu pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Menjadi Undang-Undang; Berdasarkan amanat Undang-Undang tersebut di atas Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama berkewajiban memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan layanan administarsi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh calon/jemaah haji. Penyelenggaraan ibadah haji merupakan rangkaian kegiatan yang beragam, melibatkan banyak pihak dan orang, di dalamnya mengelola banyak uang (dana), dilaksanakan di dalam negeri dan Luar Negeri. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan ibadah haji diperlukan kerjasama, koordinasi, penanganan yang cermat, dan dukungan sumber daya manusia yang handal dan amanah. Prinsip penyelenggaraan ibadah haji yaitu mengedepankan kepentingan jemaah, memberikan rasa keadilan dan kepastian, efisiensi dan efektifitas, transparansi dan akuntabilitas, profesionalitas dan nirlaba. Dalam pelaksanaannya Penyelenggaraannya Ibadah Haji dibagi kedalam dua kategori, yaitu haji reguler yang sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah, dan haji khusus yang dilaksanakan oleh penyelenggara haji khusus yang telah mendapat izin dari Menteri Agama. 1

B. INDIKATOR KEBERHASILAN PENYE-LENGGARAAN HAJI Penyelenggaraan ibadah haji pada setiap tahunnya yang dimulai sejak pendaftaran, penyuluhan, pembinaan dan bimbingan manasik, penyelesaian dokumen dan paspor, operasional pemberangkatan, pelaksanaan operasioal di Arab Saudi, hingga kembali ke Tanah Air. Dalam mewujudkan pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji maka ditetapkan sasaran mutu sebagai indikator yang dijadikan barometer dalam keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji, adalah sebagai berikut: 1. Seluruh jemaah haji yang terdaftar dan memenuhi syarat keberagkatan dapat diberangkatkan ke Arab Saudi; 2. Seluruh jemaah haji yang telah berada di Arab Saudi, memperoleh layanan akomodasi, katering dan transportasi; 3. Seluruh jemaah haji dapat melaksanakan wukuf di Arafah; 4. Seluruh jemaah haji yang telah menunaikan ibadh haji dapat dipulangkan kembali ke Tanah Air. C. PENYELENGGARAAN HAJI DALAM PERSPEKTIF HISTORIS 1. Masa Penjajahan Belanda a. Lahirnya ordonansi haji (1825) yang mengatur proses ritual dan memberi kebebasanan masyarakat untuk menunaikan ibadah haji; b. Tahun 1859 lahir peratutan agar setiap jemaah calon jemaah yang akan berangkat mendapat rekomendasi Bupati dengan menandatangani kesepakatan telah memiliki bekal cukup selama di Tanah Suci dan bekal bagi keluarga yang ditinggalkan; c. Tahun 1922, setiap jemaah calon haji agar membeli tiket pulang pergi dengan tujuan agar jemaah haji tidak terkatung-katung selama di Tanah Suci; d. Tahun 1939 lahir peraturan pengangkutan udara (staatsblad 1939 nomor 10) yang mengatur tentang kesatuan/keseragaman mengenai ketentuan pengaturan pengangkutan undara internasional. 2

2. Masa kemerdekaan sebelum lahirnya UU 17/1999 a. Masa pergolakan fisik (keamanan dalam negeri belum setabil), penyelenggaraan ibadah haji dihentikan (tahun 1945-1950) b. Keterbatasan kuota haji dan kemampuan pemerintah membayar devisa, Tahun 1951 Departemen Agama melakukan tes kemampuan manasik haji; c. Tahun 1964 lahir Kepres nomor 112/1964 tentang penyelenggaraan interdeparte-mental (dalam kerangka nation dan character building) d. Sebagai upaya peningkatan pelayanan, penyelenggaraan haji diserahkan kepada pihak swasta yaitu PT. Arafat sampai tahun 1979 dan pada tahun yang sama dikeluarkannya SK Menteri Perhubungan No. SK- 72/OT.001/Phn.79 tentang Kepailitan PT. Arafat. 3. Masa kemerdekaan pasca lahirnya UU 17/1999 a. Pijakan pasti terhadap proses pelaksanaan haji di Indonesia; b. Memberi makna responsif dan antisipatif terhadap dinamika masyarakat terkait penyelenggaraan ibadah haji; c. Perhatian pemerintah terhadap peningkatan pelayanan dan kenyamanan bagi jemaah calon haji. 4. Masa kemerdekaan pasca lahirnya UU 13/2008 a. Pengelolaan penyelenggraan haji dilakukan secara profesional dan akuntable dengan mengedepankan kepentingan jemaah haji sebagai respon dari tuntutan reformasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan tata kelola pemerintahan yang baik. b. Diberlakukannya pendaftaran berbasis biometric system pada Kementerin Agama Kabupaten/Kota; c. Diberlakukannya paspor biasa (ordinary passport) bagi jemaah haji Indonesia; d. Standar mutu peyelenggaraan ibadah haji yang meliputi pelayanan, pembinaan, dan perlindungan sudah sesuai dengan standar pelayanan 3

Internasional hal tersebut dibuktikan dengan telah diperoleh sertifikat ISO 9001 : 2008; e. Dibentuknya Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dengan tugas melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap penyelenggaraan ibadah haji serta memberikan pertimbangan untuk penyempurnaan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia D. KUOTA HAJI Kuota haji Indonesia ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dengan perhitungan sesuai keputusan Organisasi Konferensi Islam (OKI) sejak Tahun 1987, dengan pembagian satu permil dari jumlah penduduk muslim suatu negara. Kuota haji Indonesia dibagi dalam dua kategori, yaitu kuota haji reguler dan kuota haji khusus yang masing-masing jumlahnya ditetapkan oleh Menteri Agama. Adapun untuk alokasi kuota Provinsi Jawa Barat di tetapkan oleh Gubernur berdasarkan kuota Kabupaten/ Kota dengan mempertimbangkan julah pendaftar dan penduduk muslim. 4

BAB II PELAYANAN A. PENDAFTARAN HAJI Pendaftaran ibadah haji dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota tempat domisili jemaah yang dilaksanakan setiap hari kerja. 1. Syarat-syarat pendaftaran haji a. Surat keterangan sehat dari Puskesmas; b. Pas foto terbaru berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 10 lembar dengan latar belakang putih dengan ukuran muka tampak 70 80 % ; c. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP); d. Foto copy Kartu Keluarga (KK); e. Foto copy akta kelahiran atau surat kenal lahir atau buku nikah atau ijazah; f. Keterangan domisili dari kelurahan / kecamatan g. Memiliki tabungan haji minimal Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). 2. Prosedur Pendaftran TEMPAT SESUAI URUTAN KEDATANGAN Jemaah mendatangi : 1. Kantor Kementerian Agama Kab/Kota KEGIATAN a. Membawa dan menyerahkan syarat-syarat pendaftaran yang syah dengan tidak mewakilkan; b. Mengisi Surat Permohonan Pergi Haji (SPPH) yang disahkan oleh pejabat Kantor Kementerin Agama; 2. Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) a. Membuka tabungan haji dengan menyetor uang setoran awal untuk Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) 5

b. Menerima bukti setoran awal BPIH yang didalamnya telah tertera nomor porsi sebagai bukti telah syah terdaftar sebagai jemaah calon haji 3. Kantor Kementerian Agama Kab/ Kota Menyerahkan salinan bukti setoran awal BPIH (paling lambat 7 hari) B. PELUNASAN BPIH Besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Agama setelah mendapat persetujuan DPR RI. 1. Waktu dan Tempat Pelunasan a. Waktu pelunasan BPIH dilaksanakan setelah ditetapkan peraturan presiden tentang biaya penyelenggaraan ibadah haji; b. Pelunasan BPIH dilakukan pada BPS BPIH tempat setor semula. 2. Syarat-syarat Pelunasan 1. Memiliki nomor porsi yang masuk dalam alokasi porsi Kab/Kota tahun berjalan 2. Belum pernah haji; 3. Berusia paling rendah 18 tahun atau sudah menikah; 4. Suami, anak kandung dan orang tua kandung yang pernah haji dan akan bertindak sebagai pendamping bagi jemaah haji sebagaimana maksud di atas, atau pembimbing ibadah haji yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan dikonfirmasikan ke dalam Siskohat sebelum waktu pelunasan dimulai. 6

3. Prosedur Pelunasan TEMPAT SESUAI URUTAN KEDATANGAN Jemaah mendatangi : 1. Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) KEGIATAN 1. Membawa dan menyerahkan bukti setor awal; 2. Menyetor kekurangan BPIH tahun berjalan sesuai dengan besaran yang ditetapkan oleh Presiden; 3. Menerima bukti setoran pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). 2. Kantor Kementerian Agama Kab/Kota 1. Membawa dan menyerahkan salinan bukti setoran pelunasan BPIH (paling lambat 7 hari); 2. Membawa dan menyerahkan pas foto berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 20 buah dan 4 x 6 sebanyak 4 buah dengan latar belang putih dengan ukuran muka tampak 70 80%. (yang satu klise dengan pas foto pada saat pendaftaran) C. PEMBATALAN Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) bagi jemaah calon haji yang membatalkan dikembalikan kerekening tabungan BPS BPIH ybs tempat setor semula. Bagi jemaah haji yang batal tabung/setoran awal, maka BPIH-nya dikembalikan utuh sedangkan untuk setoran lunas dikenakan biaya administrasi Bank sebesar 1% (satu persen). 1. Syarat-syarat Pembatalan a. Surat permohonan pembatalan yang ditujukan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota setempat; b. Surat pernyataan batal dari jemaah calon haji bermaterai 6.000,-; 7

c. Bukti setoran BPIH asli; d. Surat kuasa bermaterai 6.000,- dari jemaah calon haji, dan diketahui lurah atau kepala desa setempat, apabila pengambilan dikuasakan kepada orang lain; e. Foto kopi surat kematian dan surat keterangan ahli waris bagi yang batal karena meninggal dunia. 4. Prosedur Pembatalan TEMPAT SESUAI URUTAN KEDATANGAN Jemaah mendatangi : 1. Kantor Kementerian Agama Kab/Kota KEGIATAN 1. Membawa dan menyerahkan syarat-syarat pembatalan; 2. Menerima bukti serah terima berkas pembatalan Selanjutnya Kementerian Agama Kab/Kota melakukan prosedur sebagai berikut : Kepala Kankemenag Kab./Kota membuat surat pengantar/ rekomendasi ke Kepala Kanwil Kementerian Agama; Kepala Kanwil Kemenag membuat surat pengantar/ rekomendasi ke Dirjen Penyelengga-raan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI; Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI. melalui pengelola BPIH mentransfer setoran BPIH jemaah calon haji ke rekening ybs pada BPS BPIH tempat setor semula. 2. Bank Penerima Setoran Biaya Penyelengga-raan Ibadah Haji (BPS BPIH) 1. Mengecek tabungan apakah uang pembatalan sudah ditransfer atau belumnya; 2. Mencairkan uang pembatalan BPIH; 8

D. PEMBUATAN PASPOR HAJI Biaya penerbitan paspor jemaah calon haji menjadi tanggung jawab Kementerian Agama atas beban dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang pelaksanaan pembuatannya dikolektif oleh petugas Kementerian Agama Kab/Kota setempat. Jemaah calon haji yang berhak mendapatkan paspor yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama atas beban dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) adalah jemaah calon haji yang dinyatakan berangkat pada tahun berjalan. 1. Syarat-syarat Pembuatan Paspor Jemaah Calon Haji a. Mengisi formulir permintaan penerbitan paspor biasa; b. Bukti setor lunas Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH) c. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP); d. Kartu Keluarga (KK); e. Akte kelahiran atau surat kenal lahir atau buku nikah atau ijazah; f. Apabila jemaah calon haji tidak memiliki dokumen sebagaimana pada poin e, maka dapat diganti dengan surat keterangan dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kab/Kota setempat. E. HAK JEMAAH HAJI SETELAH PELUNASAN Seluruh jemaah calon haji yang telah melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan berangkat pada tahun berjalan maka berhak memperoleh perlengkapan dan pelayanan sebagi berikut : 1. Di Tanah Air a. Menerima buku manasik, doa-doa dan panduan perjalanan haji, koper, tas tentengan serta tas paspor; b. Bimbingan manasik haji yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA) sebanyak 7 kali pertemuan dan Kantor Kementerin Agama Kab/Kota sebanyak 3 kali pertemuan; 9

c. Pelayanan akomodasi maksimal selama 24 jam di Asrama Haji Embarkasi menjelang keberangkatan ke Arab Saudi, termasuk konsumsi, paspor haji yang telah divisa, gelang identitas, living cost, bimbingan manasik haji; d. Pelayanan kesehatan di Poliklinik Asrama Haji Embarkasi/Debarkasi (rawat jalan) atau RSUD Bekasi / RS. Haji Pondok Gede (rawat inap); e. Pelayanan transportasi Asrama Haji Bandara PP; f. Transportasi Indonesia Arab Saudi pergi-pulang. 2. Di Mekkah a. Pemondokan dengan masa tinggal selama 32 (tiga puluh dua) hari; b. Memperoleh pelayanan kesehatan; c. Transportasi darat menuju Masjidil Harom bagi jemaah haji yang jauh dari pondokan; d. Trnasportasi dari Mekkah menuju Arafah Muzdalifah Mina PP; e. Makan selama di Armina (Arafah, Muzdalifah dan Mina); f. Transportasi ke Madinah/Jeddah menjelang kepulangan ke Tanah Air. 3. Di Jeddah a. Konsumsi pada akan saat meninggalkan Bandara KAAIA Jeddah menuju Makkah; b. Memperoleh pelayanan kesehatan; c. Transportasi menuju Mekkah. 4. Di Madinah a. Pemondokan dengan masa tinggal selama 8 (delapan) hari; b. Memperoleh pelayanan kesehatan; c. Konsumsi/makan 2 kali pada setiap harinya (makan siang dan makan malam); d. Ziarah ke Jabal Uhud, Mesjid Qiblatain dan Mesjid Quba; e. Pelayanan Transportasi Madinah Mekkah atau sebaliknya. 10

5. Di Arafah dan Mina a. Tenda dan konsumsi; b. Memperoleh pelayanan kesehatan; c. Transportasi Arafah Mudzdalifah Mina Mekkah. 6. Pelayanan Kesehatan di Arab Saudi a. Dilakukan oleh petugas kesehatan kloter, sektor, dan balai pengobatan haji indonesia (BPHI) Daerah Kerja; b. Apabila ada jemaah haji sakit yang sampai berakhirnya operasional haji masih dirawat di rumah sakit Arab Saudi maka biaya perawatan dan pemulangan jemaah haji tersebut ditanggung oleh Pemerintah. F. MUTASI KEBERANGKATAN Mutasi keberangkatan haji dapat dilaksanakan setelah jemaah calon haji melunasi Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH). 1. Syarat Mutasi: a. Penggabungan suami/istri terpisah domisili dibuktikan dengan surat nikah; b. Penggabungan anak/orang tua dibuktikan dengan akte kelahiran dan atau kartu keluarga; c. Pindah tugas/dinas dibuktikan dengan copy surat keputusan instansi yang bersangkutan. 2. Katagori Mutasi: a. Mutasi antar Kab/Kota dalam satu Provinsi; b. Mutasi antar Embarkasi yang sama besaran BPIH-nya; c. Mutasi antar Embarkasi yang beda besaran BPIH-nya. 11

BAB III P E M B I N A A N A. SASARAN PEMBINAAN Meningkatkan bimbingan jemaah haji yang berorientasi pada penguasaan manasik haji dan akhlakul karimah melalui penyempurnaan buku paket manasik, mengintensifkan bimbingan manasik haji dengan melibatkan tokoh-tokoh agama dan melengkapi alat peraga. B. TARGET PEMBINAAN Target yang ingim dicapai oleh Kementerian Agama dalam pembinaan terhadap jemaah calon haji adalah sebagai : a. Kemandirian jemaah haji; b. Pola pembinaan yang terprogram dan berkesinam-bungan; c. Meningkatkan kemampuan setiap jemaah beribadah secara benar, sah, tertib dan lancer; d. Jemaah dapat memperoleh haji mabrur; C. PELAKSANAAN BIMBINGAN Bimbingan terhadap calon / jemaah haji dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bimbingan oleh Pemerintah a. Dilaksanakan selama 3 kali bimbingan massal yang dilaksanakan oleh Kankemenag Kab/Kota dan 7 kali bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan domisili jemaah. b. Untuk pelaksanaannya dibentuk tim yang di SK-kan oleh Kepala Kankemenag Kab/Kota, baik untuk bimbingan masal maupun bimbingan kelompok di KUA Kecamatan; c. Untuk Kecamatan yang kurang dari 1 kelompok (kurang dari 45 orang) dapat digabung dengan kecamatan lain. 12

d. Materi bimbingan mengacu pada buku pedoman pembinaan yang dikeluarkan Kementerian Agama. e. Biaya bimbingan dibebankan kepada pemerintah (Kementerian Agama). f. Penataran Karu dan Karom di Kankemenag Kabu/Kota; g. Bimbingan secara simultan dan berkelanjutan sampai di Tanah Suci pada setiap kloter, disertakan beberapa petugas haji yang meliputi TPHI, TPIHI dan TKHI dengan fungsinya bertugas memberikan bimbingan dan pembinaan selama dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji di tanah suci; h. bimbingan diberikan pula di Asrama Haji sebelum keberangkatan ke tanah suci; i. Kurikulum bimingan manasik yang dilaksanakan di KUA Kecamatan dan Kankemenag Kab/Kota adalah sebagai berikut : 1) Tingkat KUA Kecamatan (bimbingan kelompok) Pertemuan I II Materi JPL Metode 1. Prosedur perjalanan ibadah haji mulai dari persiapan, bemberangkatan dan sholat safar 2. Hak dan kewajiban jemaah Saji 3. Pelayanan di asrama haji dan Tanah Suci 4. Kondisi sosial budaya di Arab Saudi Ketentuan manasik haji dan umrah: 1. Syarat, rukun, wajib haji dan umrah 2. Pengertian haji dan umrah 3. Hikmah haji dan umrah III Manasik haji : 1. Miqat, ihram dan talbiyah 2. Thawaf, sa i 3. Wukuf di Arafah 4. Pembayaran dam 2 jam Praktik Praktik 13

IV V VI VII Manasik ibadah haji 1. Mabit di Muzda-lifah dan Mina 2. Melontar jumrah (tanggal 10 Dzulhijjah dan hari tasyrik tanggal 11, 12 & 13 Dzulhijjah) 3. Nafar awal/tsani Manasik haji 1. Thawaf umrah 2. Thawaf ifadhah 3. Thawaf sunah 4. Thawaf wada 1. Shalat arba in 2. Ziarah di kota Madinah dan Makkah 3. Manasik kesehatan haji 4. Akhlaq/pelestarian haji mabrur 5. Praktik manasik haji/latihan operasional 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam Praktik Praktik Praktik Praktik Praktik Praktik 2) Tingkat Kabupaten (bimbingan massal) Pertemuan Materi JPL Metode I 1. Kebijakan pemerintah tentang 2 jam Penyeleng-garaan Ibadah Haji Taya Jawab 2. Ta limatul hajj/ peraturan 2 jam pemerintah Arab Saudi tentang Taya Jawab Perhajian II 1. Manasik perjalanan (proses perjalanan haji, keselamatan penerbangan, pembentukan klompok terbang, ketua regu dan ketua rombongan) III Taya Jawab 2. Manasik haji (teori dan 2 jam Praktik praktek/latihan operasional haji) 3. Keijakan pemerintah tentang pelayanan kesehatan haji 1. Konsolidasi kelompok terbang, ketua 2 jam Praktik regu dan ketua rombongan 2. Kelengkapan barang bawaan Praktik 3. Rencana pemberangkatan jemaah haji 14

4. Bimbingan oleh Masyarakat a. Yang dimaksud dengan bimbingan oleh masyarakat dalam hal ini adalah Kelomok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang telah mendapat izin dari Kementerian Agama; b. KBIH dalam memberikan bimbingan kepada jemaah calon haji dapat memungut biaya bimbingan atas kesepakatan maksimal sebesar Rp 2.500.000,- dan mendapat persetujuan Kepala Kantor Kementerian Agama setempat; c. Materi bimbingan tetap mengacu pada buku panduan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama. D. KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) adalah lembaga sosial keagamaan Islam yang telah mendapat izin dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat yang bertugas memberikan bimbingan manasik haji baik di Tanah Air maupun di Arab Saudi. 1. Persyaratan izin KBIH. a. Memiliki akta notaris b. Berbadan hukum yayasan keagamaan Islam yang telah disyahkan oleh Kemenkumham; c. Memiliki kantor sekretariat yang tetap; d. Memiliki lembaga pendidikan keagamaan pormal dan atau non pormal yang telah memiliki izin dari lembaga/instansi yang berwenang; e. Melampirkan susunan pengurus dan program kerja operasional; f. Daftar nama-nama pembimbing; g. Melampirkan data bimbingan jemaah calon haji 3 tahun terakhir; h. Rekomendasi Kankemenag Kab/Kota. 2. Izin KBIH berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan akreditasi; 3. Jumlah KBIH se-jawa Barat tahun 2013 M sebanyak 300 KBIH. 15

BAB IV P E R L I N D U N G A N A. BENTUK PERLINDUNGAN Perlindungan terhadap jemaah haji sejak mulai pendaftaran dan tercatat dalam Siskohat (Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu) Kementerian Agama (Kemenag), yang meliputi : 1. Kepastian keberangkatan untuk menunaikan ibadah haji; 2. Jaminan kesehatan, keselamatan dan keamanan jemaah haji selama menunaikan ibadah haji; 3. Perlindungan terhadap ancaman penyakit melalui vaksinasi meningitis; 4. Jaminan asuransi jiwa bagi jemaah haji yang mengalami kecelakaan atau kematian. B. JAMINAN ASURANSI Jemaah haji yang telah melunasi BPIH tahun berjalan diberikan pertanggungan asuransi yang besaran preminya merupakan satuan komponen BPIH yang ditetapkan oleh Presiden. Masa berlaku asuransi jiwa adalah dimulai sejak calon jemaah haji keluar dari rumah domisili untuk menunaikan ibadah haji sampai kembali lagi ke Tanah Air sebelum tiba di rumah. Pengajuan klaim selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah tanggal kedatangan kloter terakhir di Tanah Air. 1. Pesrsyaratan dan Pembayaran Klaim 1.1 Meninggal Dunia di Tanah Air 1.1.1 Surat pengntar dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/ Debarkasi; 1.1.2 Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA); 1.1.3 Surat keterangan dari dokter atau rumah sakit; 1.1.4 Surat keterangan kematian dari kelurahan setempat asli; 16

1.1.5 Surat keterangan tentang kecelakaan diri dari yang berwjib jika jemaah calon haji meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan lainnya; 1.1.6 Surat keterangan ahli waris yang dibuat kelurahan domisili atau instansi lain yang syah menurut ketentuan; 1.1.7 Surat kuasa bermaterai cukup dari ahli waris kepada anggota keluarga yang ditunjuk untuk mengurus, menandatangani dokumen klaim dan menerima santunan yang disahkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab/Kota setempat dengan melampirkan foto copy KTP yang syah dan masih berlaku; 1.1.8 Form permohonan klaim. 1.2 Meninggal Dunia di Arab Saudi 1.2.1 Surat Keterangan Kematian (SKK) dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah; 1.2.2 Surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh Kelurahan domisili atau instansi lain yang syah menurut ketentuan; 1.2.3 Surat kuasa bermaterai cukup dari ahli waris kepada anggota keluarga yang ditunjuk untuk mengurus, menandatangani dokumen klaim dan menerima santunan yang disahkan oleh Kantor Kementerian Agama Kab/Kota setempat dengan melampirkan foto copy KTP yang syah dan masih berlaku; 1.2.4 Form permohonan klaim. 1.3 Klaim cacat tetap total atau cacat tetap sebagai akibat musibah kecelakaan yang terjadi pada saat calon/jemaah haji menjalankan ibadah haji : 1.3.1 Surat pegantar klaim dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai domisili; 1.3.2 Resume medis dari dokter yang merawat dan surat keterangan dari dokter atau rumah sakit; 1.3.3 Surat proses verbal dari kepolisian atau foto copynya apabila disesbbkan kecelakaan yang terjadi di Tanah Air sedangkan apabila 17

terjadi di Arab Saudi dengan surat keterangan dari Konsulat Jenderal RI di Jeddah; 1.3.4 Surat kuasa bermaterai dari ahli waris kepada anggota keluarga yang ditunjuk untuk mengurus, menandatangani dokumen klaim dan menerima santunan yang disahkan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan foto copy KTP; 1.3.5 Form permohonan klaim. 2. Manfaat Asuransi a. Jika dalam masa asuransi ternyata calon/jemaah haji meninggal dunia bukan karene kecelakaan (natural death) maka kepada ahli waris dibayarkan santunan sebesar 100 % dari manfaat ta awun yaitu + sebesar Rp. 33.600.000,- (tiga puluh tiga juta enam ratus ribu rupiah); b. Jika dalam masa asuransi ternyata calon/jemaah haji meninggal dunia karena kecelkaan maka kepada ahli warisnya dibayarkan santunan sebesar 200 % dari manfaat ta awun yaitu + sebesar Rp. 67.200.000,- (enam puluh tujuh juta dua ratus ribu rupiah); c. Begitu juga bagi calon/jemaah haji cacat permanen sebagai akibat kecelakaan dalam melaksanakan ibadah haji dibayarkan santunan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh Kementerian Agama RI dan Pihak Asuransi; d. Bagi petugas haji kloter (TPHI, TPIHI dan TKHI) apabila meninggal dunia atau cacat permanen akibat kecelakaan dalam melaksanakan tugas maka kepada ahli waris dibayarkan santunan sebesar setengah (50% ) dari besaran santunan jemaah haji; C. BARANG BAWAAN DAN IDENTITAS JEMAAH HAJI Dalam perjalanan ibadah haji, jemaah hanya diperkenankan membawa 1 buah koper dengan berat maksimal 32 kg, 1 buah tas tentengan dengan berat maksimak 7 kg, dan tas paspor. Agar identitas jemaah dapat terlihat maka koper tidak diperkenankan untuk dibungkus dan tidak boleh membawa barang terlarang yang dapat membahayakan penerbangan. 18

1. Identitas Koper a. Untuk mengenali kepemilikan koper maka harus ditulis identitas berupa : nomor kloter, nama, nomor paspor, regu/rombongan, alamat, nomor praman daerah dan juga ditambah tanda khusus pita sebagai identias rombongan. b. Pita identitas rombongan di koper tersebut sebagai berikut : Rombongan I warna merah; Rombongan II warna putih; Rombongan III warna hijau; Rombongan IV warna kuning; Rombongan V warna biru; Rombongan VI warna coklat; Rombongan VII warna ungu; Rombongan VIII warna pink; Rombongan IX warna hitam; Rombongan X warna krem. 2. Identitas Nasional Jemaah Haji a. Pakaian identitas jemaah haji Indonesia adalah baju batik. b. Pemberlakuan ketentuan pakaian seragam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kebersamaan, solidaritas dan kebanggaan nasional, serta kemudahan dalam memberikan pelayanan. c. Pakaian senantiasa dipakai sejak berangkat, di Arab Saudi, sampai kembali ke tanah air. E. INFORMASI HAJI Bagi semua lapisan masyarakat / jemaah calon haji yang memerlukan Informsi Haji dapat diperoleh melalui: 1. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan setempat. 2. Kantor Kementerian Agama Kab/Kota setempat; 19

3. Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Barat dengan nomor telephone (022) 6042938 dan 6003829; 4. Website Kementerian Agama : 3) www.haji.kemenag.go.id 4) www.jabar.kemenag.go.id. 20

LAMPIRAN - LAMPIRAN 21

Tabel 1 Perbandingan Jarak Pemondokan di Mekkah No Thn Jml Jemaah Jarak 0-2.000 m % 2.001 < 2.400 m % 1 2010 200.855 127.338 63 74.744 37 2 2011 202.553 187.424 93 15.123 7 3 2012 194.000 139.680 72 54.320 28 Tabel 2 Perbandingan Jarak Pemondokan di Madinah WILAYAH No Thn Kuota Markaziyah Non Markaziyah Jml % Jml % 1. 2010 197.500 187.625 95 9.875 5 2. 2011 201.000 201.000 100 0 0 3. 2012 194.000 194.000 100 0 0 4. 2013 155.200 194.000 100 0 0 22

Tabel 3 Hasil Survei Badan Pusat Statistik (BPS) Terhadap kepuasan Jemaah Haji Tahun 2010-2011 No Jenis Pelayanan 2010 2011 1. Pelayanan Petugas Kloter 88,88 88,37 2 Pelayanan Petugas Non Kloter 83,64 85,07 3. Pelayanan Ibadah 85,95 85,82 4. Pelayanan Akomodasi/Pemondokan 79,95 82,56 5. Pelayanan Catering 79,83 80,46 6. Pelayanan Transportasi 76,82 77,41 7. Pelayanan Umum Lainnya 83,15 82,98 23

Tabel 4 BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (BPIH) TAHUN 1969 s.d. 2013 No Thn Paket / Zona / Embarkasi Besar BPIH ($) Besar BPIH (Rp) Ket. 1 1969 382.000 2 1970 380.000 3 1971 370.000 4 1972 402.000 5 1973 446.000 6 1974 560.000 7 1975 690.000 8 1976 890.000 9 1977 816.000 10 1978 766.000 11 1979 1.490.000 12 1980 1.577.000 13 1981 1.943.000 14 1982 2.110.000 15 1983 3.075.000 16 1984 3.128.500 17 1985 3.212.000 18 1986 3.212.000 19 1987 4.560.000 20 1988 4.780.000 21 1989 5.150.000 22 1990 5.320.000 23 1991 6.000.000 24 1992 6.475.000 25 1993 6.700.000 26 1994 6.900.000 27 1995 7.070.000 28 1996 7.290.000 29 1997 7.551.000 30 1998 8.805.000 31 1999 20.500.000 24

32 2000 17.580.000 33 2001 34 2002 35 2003 36 2004 37 2005 38 2006 39 2007 40 PAKET A 22.000.000 PAKET B 21.000.000 PAKET C 20.000.000 I 2.577 800.000 II 2.677 800.000 III 2.777 800.000 I 2.577 1.000.000 II 2.677 1.000.000 III 2.777 1.000.000 I 2.575 967.500 II 2.675 967.500 III 2.775 967.500 I 2.568,23 963.266 II 2.668,23 963.266 III 2.768,23 963.266 I 2.753,7 466.864 II 2.851,7 466.864 III 2.969,3 466.864 I 2.822,8 400.100 II 2.925,9 400.100 III 3.053,6 400.100 1. Aceh 3.258,0 501.000 2. Medan 3.292,0 501.000 3. Batam 3.292,0 501.000 4. Padang 3.258,0 501.000 5. Palembang 3.379,0 501.000 6. Jakarta / Jabar 3.430,0 501.000 7. Solo 3.379,0 501.000 8. Surabaya 3.430,0 501.000 9. Banjarmasin 3.517,0 501.000 Sistem Paket Sistem Zona (Jabar Zona II) Sistem Zona (Jabar Zona II) Sistem Zona (Jabar Zona II) Sistem Zona (Jabar Zona II) Sistem Zona (Jabar Zona II) Sistem Zona (Jabar Zona II) Berdasar-kan Embarksi 10. Balikpapan 3.517,0 501.000 2008 11. Makassar 3.517,0 501.000 41 2009 1. Aceh 3.243,0 100.000 2. Medan 3.333,0 100.000 3. Batam 3.376,0 100.000 4. Padang 3.329,0 100.000 5. Palembang 3.377,0 100.000 Berdasar-kan Embarksi 25

42 2010 43 2011 44 2012 6. Jakarta / Jabar 3.444,0 100.000 7. Solo 3.407,0 100.000 8. Surabaya 3.512,0 100.000 9. Banjarmasin 3.508,0 100.000 10. Balikpapan 3.544,0 100.000 11. Makassar 3.575,0 100.000 1. Aceh 3.147,0 2. Medan 3.237,0 3. Batam 3.325,0 4. Padang 3.233,0 5. Palembang 3.280,0 6. Jakarta / Jabar 3.364,0 7. Solo 3.327,0 8. Surabaya 3.432,0 9. Banjarmasin 3.440,0 10. Balikpapan 3.474,0 11. Makassar 3.505,0 1. Aceh 3.285,0 2. Medan 3.377,0 3. Batam 3.460,0 4. Padang 3.369,0 5. Palembang 3.417,0 6. Jakarta / Jabar 3.589,0 7. Solo 3.549,0 8. Surabaya 3.612,0 9. Banjarmasin 3.720,0 10. Balikpapan 3.736,0 11. Makassar 3.795,0 1. Aceh 3.328,0 2. Medan 3.388,0 3. Batam 3.468,0 4. Padang 3.404,0 5. Palembang 3.456,0 6. Jakarta / Jabar 3.638,0 7. Solo 3.617,0 8. Surabaya 3.738,0 9. Banjarmasin 3.808,0 10. Balikpapan 3.819,0 11. Makassar 3.882,0 12. Lombok 3.857,0 Berdasar-kan Embarksi Berdasar-kan Embarksi Berdasarkan Embarksi 26

45 2013 1. Aceh 3.253,0 2. Medan 3.263,0 3. Batam 3.357,0 4. Padang 3.329,0 5. Palembang 3.381,0 6. Jakarta / Jabar 3.522,0 7. Solo 3.542,0 8. Surabaya 3.619,0 9. Banjarmasin 3.733,0 10. Balikpapan 3.744,0 11. Makassar 3.807,0 12. Lombok 3.782,0 Berdasar-kan Embarksi 27

28