BAB I PENDAHULUAN. Tinggi. Selain itu, pada tanggal 4 Mei 2011 juga ada penanda-tanganan Deklarasi

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Akhmad Rizaludin, Yayat Supriyatna 1 Pendidikan Akuntansi, FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Etika bisnis telah menjadi topik yang populer selama dua dekade terakhir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa

BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain secara non-eksperimental dengan pendekatan kajian

Penelitian tentang kejujuran pada calon guru pernah dilakukan oleh Arianto (2013) dengan judul Tingkat Kejujuran Sosial dan Akademik Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

2016 KECENDERUNGAN INTEGRITAS AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masalah sumber daya tersebut tidak bisa

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa

PENDAHULUAN. semuanya akan berubah ). Peribahasa itu pun seolah menggambarkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. perdagangan 10 Juli 2002, indeks Dow Jones anjlok menjadi 8.813, suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan bahkan kasus yang terjadi di Indonesia. Dengan munculnya isu-isu

BAB V KETERBATASAN, SARAN, KESIMPULAN, DAN KONTRIBUSI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak

Abstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. positif dalam berbagai aspek, seperti misalnya meningkatkan kemampuan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan audit dan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. secara signifikan terhadap sikap mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan akuntan

BAB I PENDAHULUAN. maupun praktisi (Dechow dan Skinner 2000; Merchant dan Rockness 1994) sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan jujur. Namun hingga saat ini, masih ada masalah ketidakjujuran mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan diri agar berupaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi baik

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat dillihat dari banyaknya jumlah mahasiswa yang memilih program

PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMA NEGERI 1 WIROSARI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program

BAB I PENDAHULUAN. menjadi akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah, dan akuntan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan pada perguruan tinggi yang selalu berhasil memenuhi kuota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan yang disajikan manajemen kepada para pengguna.

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan bisnis di suatu negara telah tumbuh. berkembang dengan ditandai oleh masuknya para pelaku bisnis baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Tak diragukan lagi bahwa dunia telah berubah, sedang berubah, dan senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, khususnya pada tingkat perguruan tinggi, perilaku menyontek mulai mendapat perhatian sejak dikeluarkannya Permendiknas Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Selain itu, pada tanggal 4 Mei 2011 juga ada penanda-tanganan Deklarasi Anti Menyontek dan Anti Plagiat oleh pemimpin perguruan tinggi negeri dan koordinator KOPERTIS seluruh Indonesia. Dasar hukum ini diharapkan mampu menekan jumlah perilaku curang di dunia akademisi. Namun, hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis cukup membuktikan bahwa kecurangan di dunia akademisi, khususnya mahasiswa akuntansi, masih terjadi. Kecurangan akademik berupa perilaku menyontek mahasiswa akuntansi tampak dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 15-17 Januari 2014 terhadap 27 mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuntansi dan Program Studi (Prodi) Pendidikan Akuntansi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ratarata responden mengakui dirinya sering melakukan praktik menyontek, baik dalam ujian maupun saat menyelesaikan tugas. Selain itu, responden juga diminta melaporkan bagaimana perilaku menyontek teman-temannya di kelas. Hampir seluruh responden selalu menemukan temannya menyontek di setiap ujian atau

saat menyelesaikan tugas. Berikut adalah data hasil wawancara yang disajikan dalam bentuk tabel:

11 Tabel 1.1 Perilaku Menyontek Mahasiswa Prodi Akuntansi dan Prodi Pendidikan Akuntansi UPI (N=27) Indikator Intensistas Selalu Sering Jarang Pernah Tidak Menyontek saat ujian di kelas 0 8 12 4 3 Menyontek dalam penyelesaian tugas 0 13 7 2 5 Menyaksikan teman menyontek 20 6 1 0 0 Sumber: Data diolah Sementara itu, telah ditemukan bahwa kebiasaan menyontek saat menempuh pendidikan akan berdampak pada perilaku curang seseorang di dunia kerja (Nonis & Swift, 2001). Berdasarkan temuan inilah maka kemudian banyak yang mengaitkan skandal-skandal akuntansi yang terjadi beberapa tahun ini (misalnya kasus WorldCom di Amerika Serikat atau kasus Gayus Tambunan di Indonesia) dengan isu-isu etika, khususnya perilaku menyontek, saat para calon akuntan menempuh pendidikan (Hayes, Hurtt, & Bee, 2006; Morris & Kilian, 2006; Abu Bakar, Ismail, & Mamat, 2010; Rangkuti, 2011). Secara umum tujuan dari pendidikan akuntansi adalah untuk mengembangkan akuntan profesional yang kompeten. Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan peran pekerjaan dengan standar yang ditetapkan dengan mengacu pada lingkungan kerja. Untuk menunjukkan kompetensi, seorang akuntan profesional harus memiliki beberapa aspek yang diperlukan, yaitu: (a) pengetahuan profesional, (b) keterampilan profesional, dan (c) nilainilai profesional, etika, dan sikap (IFAC, 2010: 13). Perilaku menyontek berdampak negatif terhadap banyak aspek dalam dunia pendidikan, seperti pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Setya, 2005). Menurut Ehrenkranz (2001), umumnya dampak perilaku menyontek tidak disadari oleh peserta didik. Misalnya, mereka akan kesulitan saat dituntut untuk menunjukkan kompetensinya sesuai dengan prestasi/nilai yang diperoleh (dalam Setya, 2005). Artinya, peserta didik ataupun lulusan suatu perguruan tinggi bisa

12 dianggap tidak kompeten walaupun nilai-nilai yang ia peroleh saat menempuh pendidikan sangatlah baik. Hal semacam itu bisa terjadi akibat adanya kesalahan saat dilakukan pengukuran tingkat kemajuan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. Pentingnya validitas dalam pelaksanaan ujian/penugasan berkaitan dengan aspek ketelitian penafsiran kemampuan peserta didik berdasarkan nilai yang diperoleh (Cizek, 2001), sedangkan nilai yang diperoleh peserta didik melalui praktik-praktik menyontek tidaklah menunjukkan tingkat kemampuan dan pemahaman mereka yang sesungguhnya. Peserta didik yang berperilaku menyontek memotong proses pembelajaran hanya untuk meraih nilai/peringkat yang tinggi. Padahal mereka akan kehilangan kesempatan untuk belajar dan pengalaman merasakan perjuangan intelektual yang seharusnya akan menuntun kepada pengembangan kemampuan dan pengetahuan (Whitley & Keith-Spiegel, 2002; dalam Sieman, 2009). Perilaku menyontek juga mendapat perhatian lebih terkait keadilan di dalam kelas. Peserta didik yang menyontek memperoleh keuntungan secara tidak wajar dibandingkan dengan peserta didik yang jujur (Whitley & Keith-Spiegel, 2002; dalam Sieman, 2009). Peserta didik yang jujur kemudian akan berkecil hati atau patah harapan saat mereka mengetahui bahwa temannya yang berperilaku menyontek bisa dengan bebas melakukan praktik-praktik curang dalam meraih prestasinya. Mereka akan merasa kecewa dan mulai meragukan nilai dari sebuah sikap jujur dalam melaksanakan tugas akademik (Magnus et al., 2002).

13 Penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku menyontek bisa menjadi bentuk kebiasaan di setiap jenjang pendidikan. Peserta didik yang menyontek dan terbebas dari sangsi akan cenderung mengulanginya. Peserta didik yang berperilaku menyontek di tingkat sekolah menengah akan cenderung berperilaku menyontek lagi di perguruan tinggi (Harding et al., 2007). Kemudian, mereka yang menyontek di perguruan tinggi akan cenderung berperilaku curang di dunia kerja (Nonis & Swift, 2001; Harding et al., 2003). Saat peserta didik menyontek, sebenarnya institusi pendidikan juga menderita kerugian. Skandal kecurangan akademik (menyontek/plagiarism) berskala besar, seperti yang telah disebutkan di awal, seringkali menarik perhatian media massa lokal maupun nasional. Publikasi semacam ini akan menciptakan keraguan masyarakat terhadap kredibilitas institusi pendidikan terkait maupun peserta didik dan lulusannya (Sieman, 2009). Telah banyak variabel yang dijadikan bahan kajian oleh para peneliti guna mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berperilaku menyontek. Anderman dan Murdock (2007: 10) mengelompokkan variabel-variabel yang telah diuji mempunyai keterkaitan dengan perilaku menyontek menjadi empat kategori, yakni: faktor demografi (gender, usia, agama, dll), faktor akademis (prestasi belajar, mata pelajaran, ekstrakurikuler, dll), faktor motivasional (kepercayaan diri, teori tujuan/alasan belajar, dll), serta faktor personal (kontrol diri, sikap dan moralitas, tingkat kreatifitas, dll). Anderman dan Murdock (2007) juga menambahkan bahwa masih ada kelemahan dari setiap kategori. Faktor-faktor yang bersifat demografi misalnya,

14 meskipun populer dan banyak ditemukan dalam literatur penelitian, tetapi dalam banyak kasus variabel ini bersifat tetap (fixed variables) dan terlalu umum. Oleh sebab itu, kalaupun ada, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mempengaruhi atau mengubah faktor-faktor ini. Faktor-faktor demografi tidak mampu mengidentifikasi proses yang mendasari keputusan peserta didik untuk berperilaku menyontek. Sehingga hasil yang diperoleh tidak mengarah pada rekomendasi konstruktif bagaimana cara untuk mengurangi jumlah praktik menyontek yang terjadi. Apalagi penelitian-penelitian terkait faktor demografi ini belum memberikan hasil yang konsisten (Smith et al., 2009). Sedangkan faktor-faktor yang bersifat akademis, meskipun bisa digunakan untuk mengenali karakteristik para pelaku menyontek, tetapi masih kurang memberi kontribusi terhadap upaya untuk mengekang dan mengendalikan perilaku menyontek. Begitupun faktor-faktor motivasional, meskipun banyak membantu peneliti untuk mempelajari mekanisme perilaku menyontek, namun akan lebih dipahami dan mengarahkan ke penelitian yang lebih mendalam bila dikombinasikan dengan faktor kontekstual (Anderman dan Murdock, 2007: 21). Faktor-faktor kontekstual terkait perilaku menyontek memang belum terlalu banyak memperoleh perhatian, tetapi telah ada beberapa penelitian yang menguji variabel dalam konteks sosial, salah satunya adalah penelitian kualitatif yang dilakukan McCabe, Trevino, dan Butterfield (2001). Dari penelitian mereka didapat fakta banyaknya peserta didik yang memberi komentar bahwa perilaku menyontek didorong oleh variabel-variabel bersifat motivasional yang mengakar kepada konteks sosial kelas. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, hampir

15 seluruh responden menyadari bahwa sebenarnya menyontek merupakan perbuatan yang salah. Namun, mereka terpaksa melakukan praktik menyontek dengan alasan merasakan adanya tekanan untuk memperoleh nilai tinggi di kelas, takut gagal dan tertinggal dari teman-teman (kompetisi). Hal ini memberi peringatan bahwa perlu dipikirkan juga aturan yang berlaku di dalam kelas dan mempertimbangkan apakah menyontek mungkin lebih merupakan tanda kelemahan dalam sistem pendidikan daripada karakter siswa itu sendiri (Kohn, 2007). Banyak dari pendidik hanya memikirkan bahwa peserta didik yang melakukan praktik menyontek harus dihukum. Namun, pendidik beserta institusi pendidikan harus juga mengoreksi diri apakah pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan sudah terbebas dari kecenderungan-kecenderungan yang justru mendorong peserta didik untuk berperilaku curang. Di akhir laporan penelitiannya, Rangkuti (2011) menyarankan bahwa institusi pendidikan akuntansi dan staff pendidiknya harus memberi perhatian yang serius terhadap peraturan akademik yang berlaku terkait dengan perilaku menyontek dan orientasi pembelajaran yang diadopsi di dalam kelas (berorientasi performance atau mastery). Orientasi pembelajaran dalam kelas yang dimaksud di sini mengarah pada iklim motivasional kelas. Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan Jordan (2001), disimpulkan bahwa iklim motivasional kelas merupakan faktor penting dalam perilaku menyontek mahasiswa. Selain itu, kajian literatur juga dilakukan oleh Murdock dan Anderman (2006). Penelitian mereka menunjukkan hasil yang sama, dinyatakan bahwa menyontek dapat disebabkan oleh faktor kelas, di mana iklim

16 motivasional yang diciptakan oleh para pendidik sangat berpengaruh. Pengadopsian iklim motivasional tertentu di dalam kelas memang dapat mendorong peserta didik berperilaku menyontek atau justru menghindarinya (Anderman dan Murdock, 2007: 95). Berdasarkan pertimbangan terhadap hasil penelitian sebelumnya dan melihat kenyataan yang terjadi saat ini, ada indikasi bahwa iklim motivasional kelas dapat digunakan untuk mengidentifikasi perilaku menyontek. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan peranan iklim motivasional kelas terhadap perilaku menyontek mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi di Universitas Pendidikan Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan berikut: 1. Bagaimana iklim motivasional kelas pada Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia? 2. Bagaimana perilaku menyontek mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh iklim motivasional kelas terhadap perilaku menyontek mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia?

17 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Peneliti bermaksud menghimpun data-data informasi sesuai dengan rumusan masalah di atas, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana iklim motivasional kelas pada Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku menyontek mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh iklim motivasional kelas terhadap perilaku menyontek mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat Praktis a. Bagi institusi pendidikan akuntansi dan pendidik Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perilaku menyontek yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi, sehingga dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah strategis dan applicable dalam mencegah perilaku menyontek dengan lebih

18 memperhatikan pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan lingkungan belajar (iklim motivasional) di kelas. b. Bagi peserta didik (mahasiswa akuntansi) Dengan adanya penelitian ini mahasiswa bisa memperoleh sudut pandang lain yang lebih baik terhadap perilaku menyontek sehingga akan lebih berusaha menghindari perilaku negatif ini. c. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan sarana aplikasi teori dan pembelajaran yang didapatkan dalam perkuliahan dan digunakan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir kuliah. 1.4.2. Manfaat Teoritis Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengembangan pengetahuan khususnya mengenai perilaku menyontek mahasiswa program akuntansi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan bahasan mengenai iklim motivasional kelas.