HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM TINDAKAN PENCABUTAN GIGI DI RSGM FK UNSRAT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERUBAHAN DENYUT NADI PADA PASIEN EKSTRAKSI GIGI DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

ABSTRAK. Kata kunci: kecemasan dental, pencabutan gigi, mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

Hubungan perasaan takut anak terhadap perawatan gigi dengan kebersihan gigi dan mulut di RSGM Unsrat Manado

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

UJI EFEK PEMBERIAN ASAM MEFENAMAT SEBELUM PENCABUTAN GIGI TERHADAP DURASI AMBANG NYERI SETELAH PENCABUTAN GIGI

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

ABSTRAK. Kata kunci : kecemasan dental, tanaman bunga berwarna biru muda, pencabutan gigi

BAB V HASIL PENELITIAN

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

PERANAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PENCABUTAN GIGI YANG BERUMUR 6-12 TAHUN DI PUSKESMAS NARAS TAHUN 2013

Kata Kunci: Musik, Kecemasan, Tekanan Darah, Denyut Nadi, Ekstraksi Gigi

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

HUBUNGAN SCORING DENTAL ANXIETY SCALE DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PASIEN EKSTRAKSI GIGI DI PUSKESMAS BAHU

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri.

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

ABSTRAK. Kata kunci : dental anxiety, dewasa muda, ekstraksi gigi

Keyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old

PENGARUH MENDENGARKAN AYAT SUCI AL QURAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM TINDAKAN EKSTRAKSI GIGI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. orangtua dengan menggunakan rancangan cross-sectional (Notoadmojo, perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

HUBUNGAN ANTARA BAURAN PEMASARAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT INAP DI UPTD RUMAH SAKIT MATA PROVINSI SULAWESI UATARA

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

Kata kunci: Penyakit periodontal, Gingivitis, Kualitas Hidup, OHIP-14

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Bachri, et al, Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

BAB IIII METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. servix yang menjalani kemoterapi (Nursalam, 2003)

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental) dengan desain penelitian One Group Pretest-Postest.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental quasi dengan desain pre post test. Pasien pencabutan gigi di RSGM UMY. { } N = Jumlah subyek yang diperlukan

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross sectionel study (studi potong lintang).

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PEDAGANG PASAR KLEWER PASCA KEBAKARAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi terhadap Human Immunodefficiency Virus/Acquired Immunodefficiency Syndrome

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KECEMASAN KELUARGA DI RUANG ICU RSTK-II KESDAM-IM BANDA ACEH COMMUNICATION THERAPEUTIC AND ANXIETY FAMILY IN THE ICU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DOKTER PASIEN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PANCARAN KASIH GMIM MANADO

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

GAMBARAN TEKANAN DARAH PASIEN PENCABUTAN GIGI DI RSGM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FK UNSRAT TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN UMUR DAN SIKAP MENGENAI GIGI TIRUAN DENGAN LAMA PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PADA PASIEN DI KLINIK GIGI ILHAM BANJARMASIN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS Sherly Nayoan*

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI TIRUAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

Transkripsi:

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM TINDAKAN PENCABUTAN GIGI DI RSGM FK UNSRAT Rooroh Fenesia Mariska 1), Hendri Opod 2), Bernat S.P. Hutagalung 1) 1) Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115 2) Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115 1) Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT In dental care, interpersonal communication is essential for fostering a good relationship operator-patient. The good interpersonal communication can control the patient s anxiety during treatment. Tooth extraction is an action in dentistry that can cause anxiety. Anxiety generated during tooth extraction action can be caused by several factors, among: the patient fears by the tools for tooth extractions and the fear of pain that will be feel. The purpose of this research is to determine the relationship between interpersonal communication operator-patient with patient s anxiety before tooth extraction at RSGM FK UNSRAT. This research is a analytic descriptive research using cross sectional study with sample using a total sampling and held on Department of Oral Surgery RSGM FK UNSRAT in June-July 2016. The research is done by assessing the interpersonal operator-patient using questionnaires and measured the anxiety level of patients before tooth extraction using Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analysis of bivariate data were analyze using Chi-square test in SPSS application. The results of data analysis using alternative test Kolmogorov-Smirnov by demonstrating the value p = 0,00 (0,00<0,05) which states that there is a significant relationship between interpersonal communication operator-patient with the patient s anxiety before tooth extraction at RSGM FK UNSRAT. Keywords: Interpersonal Communication, Anxiety, Tooth Extraction ABSTRAK Dalam pelayanan kesehatan gigi, komunikasi interpersonal berperan penting untuk membina hubungan yang baik antara operator-pasien. Komunikasi interpersonal yang baik dapat mengontrol kecemasan pasien pada saat perawatan. Pencabutan gigi merupakan tindakan dalam kedokteran gigi yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang ditimbulkan pada saat tindakan pencabutan gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: ketakutan pasien akan alat-alat pencabutan gigi dan ketakutan terhadap nyeri yang akan dirasakan pada saat pencabutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal operator-pasien dengan tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan cross sectional study dengan pengambilan sampel menggunakan total sampling dan dilakukan di departemen Bedah Mulut RSGM FK UNSRAT pada bulan Juni-Juli 2016. Penelitian ini dilakukan dengan menilai komunikasi interpersonal operator-pasien menggunakan kuesioner dan mengukur tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi menggunakan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Analisis data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS. Hasil analisis data menggunakan uji alternatif Kolmogorov-smirnov dengan menunjukkan nilai p = 0,00 (0,00 < 0,05) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal operator-pasien dengan tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT. Kata kunci: Komunikasi Interpersonal, Tingkat Kecemasan, Pencabutan Gigi 33

PENDAHULUAN Pertukaran pesan dimana saat kita berkomunikasi, kita menyampaikan, mengalihkan dan menerima pesan. Bentukbentuk komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Salah satu bentuk komunikasi ialah komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, bisa secara verbal dan nonverbal. Di dunia kedokteran, komunikasi interpersonal menjadi salah satu unsur yang paling penting dalam hubungan antara dokter dengan pasien. Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tertera dengan jelas bahwa seorang dokter harus mampu untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasiennya. Saat dokter mampu untuk menggali dan bertukar informasi dengan pasiennya, maka akan timbul rasa percaya dari pasien kepada dokter. Komunikasi interpersonal yang efektif juga dapat membantu dokter menggali informasi dari pasien sehingga dokter dapat mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien (Nugroho, 2009). Data Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) tahun 1998-2006 terdapat Sembilan kasus pengaduan terhadap profesi dokter dan yang sering menjadi kasus sengketa yaitu lemahnya komunikasi antara dokter dengan pasien (Anonim, 2012). Pada tahap inilah komunikasi interpersonal memegang peran penting. Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien menunjukkan kondisi emosional yang stabil (Shukla dkk, 2010). Sebaliknya, jika komunikasi interpersonal tidak dilakukan dengan optimal oleh dokter, maka pasien akan merasakan kecemasan (Shukla dkk, 2010). Kecemasan merupakan suatu kondisi yang sangat umum saat seseorang berkunjung ke dokter gigi. Kecemasan merupakan rasa khawatir, takut yang bisa disebabkan oleh hal-hal tertentu atau bahkan tidak jelas penyebabnya (Gunarsa, 2006). kecemasan dapat bermanifestasi dengan berbagai cara, baik perubahan ekspresi, peningkatan tekanan darah maupun perubahan denyut nadi (Pontoh, 2015). Kecemasan pada prosedur pencabutan gigi sering disebabkan oleh ketakutan antara benda-benda tajam seperti jarum suntik, elevator (bean) dan tang cabut (Sembel, 2014). Masalah yang serius akan terjadi apabila operator tidak dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien sebelum prosedur pencabutan gigi karena membuat pasien tidak dapat bekerjasama dengan operator dan menghambat keseluruhan prosedur pencabutan gigi (Tangkere, 2013). Ini merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa klinik selaku operator di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FK UNSRAT mengingat mereka merupakan dokter gigi muda dan kelak akan menjadi dokter gigi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Komunikasi Interpersonal Operator-Pasien dengan Tingkat Kecemasan Pasien sebelum Tindakan Pencabutan Gigi di RSGM FK UNSRAT. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSGM FK UNSRAT pada bulan Juni-Juli 2016. Pengambilan sampel menggunakan 34

total sampling dengan mengambil semua pasien yang menerima tindakan pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut RSGM FK UNSRAT. Pasien diminta untuk mengisi lembar persetujuan menjadi subyek penelitian (informed consent) yang telah disediakan oleh peneliti. Pasien diajak berkomunikasi secara interpersonal oleh operator yang akan melakukan tindakan pencabutan gigi sambil mengisi rekam medik bagian bedah mulut. Setelah operator selesai berbicara dengan pasien, peneliti meminta pasien untuk mengisi kuesioner komunikasi interpersonal. Kuesioner komunikasi interpersonal berisi 9 item yang disusun berdasarkan 5 indikator, yaitu: Keterbukaan, Empati, Dukungan, Kepositifan dan Kesamaan (Thoha, 1959). Untuk jawaban ya diberi nilai dua dan jawabn tidak diberi nilai 1. Nilai mean ( x ) untuk komunikasi interpersonal adalah 16. Dinyatakan efektif apabila total skor pasien lebih dari 16 dan dinyatakan tidak efektif apabila total skor pasien kurang dari 16. Setelah itu, peneliti mewawancarai pasien untuk pengisian kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). HARS berisi 14 item dengan nilai 0 (tidak ada gejala) 4 (gejala berat sekali). Total skor hasil penilaian dibagi menjadi 3 yaitu, <17 merupakan kecemasan ringan, 18-24 merupakan kecemasan sedang dan >25 merupakan kecemasan berat. Pasien diserahkan kembali kepada operator untuk tindakan pencabutan gigi. Uji hipotesis menggunakan uji alternatif Kolmogorov-smirnov dengan nilai p = 0,05 yang diolah dalam program SPSS. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGM FK UNSRAT. Total sampel berjumlah 110 orang dan yang memenuhi kriteria inklusi serta telah mengisi lembar persetujuan menjadi subyek penelitian berjumlah 50 orang. 1. Analisis Univariat Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 41 (82,0%) responden menyatakan komunikasi interpersonal operator-pasien efektif (tabel 1). Tabel 1. Hasil Penilaian Komunikasi Interpersonal Operator-Pasien Komunikasi Interpersonal n % Efektif 41 82,0 Tidak Efektif 9 18,0 Total 50 100 Untuk tingkat kecemasan, responden yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 40 (80,0%). Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan ringan di mana masing-masing hanya berjumlah 8 (16,0%) dan 2 (4,0%) responden (tabel 2). Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan seblum Tindakan Pencabutan Gigi Tingkat Kecemasan n % Ringan 40 80,0 Sedang 8 16,0 Berat 2 4,0 Total 50 100 35

Tabel. 3 Karakteristik Tingkat Kecemasan Pasien berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Kecemasan Jenis Kelamin Ringan Sedang Berat Total n % n % n % n % Laki-laki 22 91,7 2 8,3 0 0 24 48,0 Perempuan 18 69,2 6 23,0 2 7,6 26 52,0 Total 40 80,0 8 16,0 2,0 4,0 50 100 Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak mengalami tingkat kecemasan yaitu sebanyak yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan 2 (7,6%) yang mengalami tingkat kecemasan berat dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 2 (8,3%) responden yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami tingkat kecemasan berat (tabel 3.) Tabel 4. Karakteristik tingkat kecemasan berdasarkan usia Tingkat Kecemasan Usia (tahun) Ringan Sedang Berat Total n % n % n % n % 16-25 10 55,5 7 38,8 1 5,5 18 36,0 26-35 6 75,0 1 12,5 1 12,5 8 16,0 36-45 10 100 0 0 0 0 10 20,0 46-55 9 100 0 0 0 0 9 18,0 56-65 5 100 0 0 0 0 5 10,0 Total 40 80,0 8 16,0 2 4,0 50 100 Berdasarkan usia, kelompok usia yang paling banyak mengalami tingkat kecemasan yaitu usia 16-25 tahun di mana sebanyak 7 (38,8%) responden yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan 1 (5,5%) responden mengalami tingkat kecemasan berat. Pada usia 36-45 tahun, tidak ada yang mengalami kecemsasan sedang maupun berat. Sementara itu, kelompok usia yang paling banyak mengalami tingkat kecemasan ringan ialah usia 36-45 yaitu sebanyak 10 (25%) responden, diikuti dengan usia 46-65 tahun sebanyak 9 (22,5%) responden dan usia 56-65 tahun sebanyak 5 (12,5%) responden (tabel 4). 36

2. Analisis Bivariat Komunikasi interpersonal yang efektif menunjukkan lebih banyak responden yang mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 39 (95,1%) responden (tabel 5). Tabel 5. Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan Pasien sebelum Tindakan Pencabutan Gigi Tingkat Kecemasan Komunikasi Interpersonal Ringan Sedang Berat Total p n % n % n % n % Efektif 39 95,1 2 4,8 0 0 41 81,0 Tidak Efektif 1 11,1 6 66,7 2 22,2 9 18,0 0,00 Total 40 80,00 8 16,00 2 4,00 50 100 Hasil uji hipotesis menggunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov yang diolah dalam program SPSS mendapatkan nilai p = 0,00, lebih besar dari nilai p = 0,05. Artinya, H a diterima dan H o ditolak. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis yaitu menyangkut hubungan komunikasi interpersonal-operator-pasien dengan tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT. Pada hasil pengujian hipotesis didapatkan nilai p sebesar 0,00 (p > 0,05) sehingga H a diterima dan H o ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal operator-pasien dengan tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT. Di RSGM FK UNSRAT, operator mulai berkomunikasi dengan pasien saat pasien tiba di ruang tunggu. Setelah pasien mengisi rekam medik di bagian OM (Oral Medicine) pasien dibawa ke bagian bedah mulut untuk menerima tindakan pencabutan gigi. Pasien diminta untuk duduk di dental unit lalu diajak berkomunikasi secara interpersonal oleh operator sebelum menerima tindakan pencabutan gigi. 82% Responden yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal operator efektif mengatakan bahwa operator (mahasiswa klinik) telah memberi kualitas komunikasi interpersonal yang baik terhadap pasien yang ditanganinya dengan memenuhi 5 indikator komunikasi interpersonal (Thoha, 1959). Operator menyambut pasien yang datang untuk melakukan tindakan pencabutan dengan ramah, sehingga membuat pasien merasa nyaman. Sementara 18% responden lainnya memiliki berbagai alasan sehingga mereka menyatakan komunikasi interpersonal tidak efektif. Beberapa pasien yang menyatakan komunikasi interpersonal tidak efektif adalah pasien umum yang tidak memiliki hubungan keluarga atau kerabat dengan 37

operator, sehingga pasien merasa kurang nyaman. Namun, hal tersebut bukan menjadi tolak ukur untuk tingkat keefektifan dari komunikasi interpersonal operator terhadap pasiennya. Beberapa pasien lain menyatakan bahwa karakteristik dari operator yang kurang bersahabat saat pasien berada di dental unit membuat pasien tidak nyaman. Setelah diajak berkomunikasi secara interpersonal oleh operator, pasien yang mengalami tingkat kecemasan ringan lebih dominan dari pasien yang mengalami tingkat kecemasan sedang maupun berat Tabel 3 menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami tingkat kecemasan dibandingkan dengan laki-laki. Hasil ini terjadi juga pada penelitian Sghaireen pada tahun 2013 yang menyatakan perempuan lebih tinggi kecemasannya dibandingkan oleh laki-laki (Sghaireen dkk, 2013). Hal tersebut dijelaskan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Holtzman dan Lidell pada tahun 1997 yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki kondisi emosional yang lebih stabil dibandingkan dengan perempuan (Holtzman dkk, 1997; Lidell &Locker, 1997). Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang berusia 16-25 tahun lebih mengalami tingkat kecemsasan dibandingkan dengan responden yang berusia 26-65 tahun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bergdahl pada tahun 2003 dan Doerr pada tahun 1998 menyatakan hal yang sama yaitu pasien yang muda yang berusia 16-25 tahun lebih banyak mengalami kecemasan dengan yang dewasa berusia 26-65 tahun (Bergdahl & Bergdahl, 2003; Doerr, 1998). Pasien yang berusia muda lebih menunjukkan ketakutan mereka terhadap alat-alat pencabutan gigi, terutama alat anestesi, sementara pasien yang berusia dewasa lebih mampu mengontrol rasa takut mereka. Dijelaskan oleh Tomb pada Buku Saku Psikiatrinya bahwa semakin tinggi usia, semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang dalam menghadapi persoalan (Tomb, 2004). Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa telah operator berusaha untuk membina hubungan komunikasi interpersonal yang baik dengan pasien sehingga lebih banyak pasien yang mengalami tingkat kecemasan ringan dibandingkan dengan pasien yang mengalami tingkat kecemasan sedang maupun berat. KESIMPULAN 1. Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh operator terhadap pasien sebelum tindakan pencabutan gigi mendapat hasil yang efektif. 2. Pasien yang mengalami kecemasan ringan lebih dominan dibandingkan dengan yang mengalami kecemasan sedang maupun berat. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal operator-pasien dengan tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi di RSGM FK UNSRAT. Hal ini didapat dari hasil analisis uji alternatif Kolmogorov-Smirnov dengan hasil p = 0,00 lebih kecil dari nilai problabiliti yaitu 0,05. SARAN 1. Menjadi bahan pertimbangan bagi operator untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal terhadap pasien dengan cara memberikan Senyum, Salam dan Sapa (3S) kepada pasien. 38

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menganalisis hubungan komunikasi interpersonal terhadap tingkat kepuasan pasien setelah pencabutan gigi untuk penelitian yang selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia Edisi 2. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.h. 8-9. Bergdahl M, Bergdahl J. 2003. Temperament and Character Personality Dimensions in Patients with Dental Anxiety. European Journal of Oral Sciences;2:93-8 Doerr P A, Lang W P, Nyquist L V, et al. 1998. Factors Associated with Dental Anxiety. Journal of the American Dental Association;129:111-9. Gunarsa SD. 2006. Psikologi Perawatan, Cetakan ke-5. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h. 27. Holtzman J, Berg R, Mann J, et al. 1997. The relationship of age and gender to fear and anxiety response to dental care. Spec Care Dentist;17:82-7. Lidell A, Locker D. 1997. Gender and age differences in attitudes to dental pain and dental control. Community Dent Oral Epidemiol;25:314-8. Nugroho AW. 2009. Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien.[skripsi]. Surakarta; Universitas Sebelas Maret. Pontoh BI. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perubahan Denyut Nadi pada Pasien Ekstraksi Gigi di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-gigi (eg);3:14. Sembel M. 2014. Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Bahu. Jurnal e-gigi (eg);2 Sghaireen Mohd G., Zwiri A. M., Alzoubi I. A., et al.2013. Anxiety due to Dental Treatment and Procedures among University Students and its Correlation with Their Gender and Field of Study.Hindawi Publishing Corporation International Journal of Denstistry:1-5. Shukla AK, Yadav VS, Katury N. 2010. Doctor Patient Communication: An Important but Often Ignored Aspect in Clinical Medicine. Journal Indian Academy of Clinical Medicine;11:208-9. Tangkere H. 2013. Gambaran Kecemasan Pasien saat Menjalani Prosedur Ekstraksi Gigi sambil Mendengarkan Musik Mozart di Puskesmas. Jurnal e- Gigi (eg);1:70-1. Thoha M. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 1. Jakarta: Grafindo. Tomb DA. 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC. 39