BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

AKSESIBILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) BAGI PENYANDANG DIFABEL DI KOTA BANDA ACEH MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) DAN VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENYEBERANG JALAN DALAM MENGGUNAKANNYA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran lalu lintas di suatu persimpangan jalan dan penyeberangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan prasarana transportasi sangat menentukan dalam

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kemakmuran suatu negara nampak dari infrastrukturnya.

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah B A. Studi Pustaka MULAI. Permasalahan. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menjaga keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat 2 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga penyediaan sarana bagi pejalan kaki seperti jembatan penyeberangan sudah mulai disediakan dimana-mana. Keberadaan jembatan penyeberangan orang (JPO) di Kota Bandung yang memprihatinkan, mendorong pemerintah setempat untuk melakukan evalusi pengelolaan yang terencana guna meningkatkan kinerja jembatan tersebut. Lalu lintas yang padat tentunya sangat memerlukan jembatan penyeberangan karena tujuan utama dari terse`dianya fasilitas penyeberangan adalah keselamatan penyeberang jalan. Data lapangan menyebutkan, bahwa penggunaan zebra cross dibandingkan dengan jembatan penyeberangan orang adalah lebih tinggi, hal ini disebabkan karena sarana zebra cross lebih mudah untuk dijangkau oleh masyarakat (PU Kota Bandung, 2010). Berdasarkan kondisi jembatan penyeberangan yang ada, maka fungsi pemeliharaan diramalkan akan semakin dominan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan kondisi yang dimungkinkannya pemeliharaan bangunan yang efektif. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah adanya perencanaan yang matang yang didukung oleh data-data lapangan, peralatan yang memadai, teknologi yang tepat guna, pelaksana yang terampil dan yang paling penting adalah ketersediaan dana. Pemeliharaan menjadi hal yang penting karena mengingat perannya menjaga aset pembangunan dan bagaimana pun melakukan tindakan pemeliharaan akan menjadi lebih ekonomis bila dibandingkan harus melakukan peningkatan bangunan sebelum umur rencana berakhir. Pemeliharaan rutin pada jembatan penyeberangan dimaksudkan untuk menjaga kondisi bangunan agar sedapat mungkin tetap pada kondisi semula atau setidaknya menjaga agar masih dapat dilalui oleh masyarakat dengan aman dan nyaman. Pemeliharaan juga dilakukan untuk mencegah dan menunda kerusakan lebih lanjut sehingga kerusakan bangunan tidak bertambah. 1

Bertolak dari uraian di atas, bahwa penundaan pemeliharaan sekarang dengan biaya rendah akan mengkibatkan biaya yang dikeluarkan pada masa datang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dilakukan dengan pemeliharaan yang dilakukan pada saat diperlukan. Sesuai pengamatan di lapangan pada studi kasus sebelumnya, ada beberapa fenomena atau gejala permasalahan yang muncul yaitu lokasi jembatan penyeberangan yang jauh dari jangkauan kerumunan masyarakat, sehingga mengakibatkan masyarakat kebingungan menggunakan jembatan penyeberangan tersebut. Kapasitas dan estetika dari jembatan penyeberangan yang tidak mampu memberikan kesan aman dan nyaman bagi masyarakat, akibatnya banyak pengguna yang tidak memanfaatkan fasilitas penyeberangan tersebut yang mengakibatkan jenis pergerakan pada simpang tersebut mengalami kemacetan karena pengaruh pergerakan yang banyak mengalami titik konflik pada akses jalan raya. Selain itu, hukum yang mengatur mengenai sanksi atau kejelasan tata tertib dalam lalu lintas masih belum baik dan benar. Kajian ulang terhadap kelayakan kondisi kinerja aset jembatan penyeberangan orang (JPO) bisa dievaluasi melalui empat aspek yaitu kinerja fisik, kinerja fungsionalitas, kinerja utilitasasi (penggunaan dan pemanfaatan), dan kinerja keuangan. Dalam penelitian studi kasus terdahulu, konsentrasi kajian ulang terhadap jembatan penyeberangan orang dari kelayakan teknis yang dibahas meliputi bentuk disain jembatan, kondisi anak tangga, lebar jalur jembatan, kapasitas beban muat dan estetika jembatan, sampai dimana kinerja keuangan yang diproses apakah sudah sesuai peruntukannya. Berikut adalah hasil pengamatan sebagaimana terlampir pada tabel-tabel di bawah ini : 2

Tabel 1.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Fisik JPO Pada tabel 1.1 dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kinerja fisik JPO di Bandung yang memiliki angka tertinggi adalah pada JPO Asia Afrika, hal ini membuktikan bahwa kinerja fisik yang meliputi estetika maupun kekokohan jembatan masih dalam keadaan baik. Tabel 1.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Fungsionalitas JPO Pada tabel 1.2 dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kinerja fungsional JPO yang tertinggi adalah JPO Asia Afrika, hal ini membuktikan bahwa masyarakat setempat menilai fungsi dari jembatan tersebut adalah baik. 3

Tabel 1.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Utilitas JPO Pada tabel 1.3 adalah persepsi masyarakat terhadap utilitas meliputi kegunaan dan pemanfaatan JPO. Masyarakat menilai kinerja utilitas yang paling tinggi adalah JPO Margahayu, hal ini dikarenakan pemanfaatan jembatan sebagai fasilitas publik yang dilakukan oleh JPO Margahayu sudah terlaksana dengan sangat baik. Tabel 1.4 Perhitungan Biaya Pendapatan JPO Tahun 2007 2011. Sedangkan pada tabel 1.4 mengenai perhitungan pendapatan menurut Dinas Bina Marga yang penulis olah, adalah besarnya pendapatan yang paling tinggi adalah pada tahun 2011 dengan JPO Margahayu sebagai jembatan yang memiliki investor yang paling banyak. Data lain menambakan, bahwa tingkat penggunaan JPO di Kota Bandung dari tahun ke tahun mengalami kendala, sebagaimana dapat terlihat pada gambar 1.1 di bawah ini: 4

Tingkat Penggunaan JPO di Kota Bandung 80% 60% 40% 20% 0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 utilization 40% 43% 46% 52% 60% 55% 50% idle capacity 60% 57% 54% 48% 40% 45% 50% Sumber: Dokumentasi Dinas PU Bina Marga Kota Bandung, 2012 Gambar 1.1 Tingkat Penggunaan Jembatan Penyeberangan Orang di Kota Bandung Tahun 2005 2011. Kemudian aspek teknis dari evaluasi terhadap kapasitas beban muat dan fungsionalitas jembatan penyeberangan yang tidak layak, karena tidak mampu menyediakan fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang jembatan, hal ini di tinjau dari evaluasi kapasitas berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan dan Jembatan yang berkaitan dengan persyaratan keandalan struktur luasan minimal setiap tipe JPO. Berdasarkan hasil tersebut, permasalahan operasional dan pemeliharaan, menarik untuk diteliti kajian lebih lanjut dan lebih mendalam yaitu analisis pendapatan dan biaya pemeliharaan jembatan penyeberangan orang di kota Bandung. Maka, identifikasi kondisi kinerja aset jembatan penyeberangan orang (JPO) di Kota Bandung disebabkan dari kondisi pemeliharaan dari kinerja fisik dan kinerja keuangan yang belum baik, sehingga penelitian dalam tugas akhir ini adalah Analisis Pendapatan dan Biaya Pemeliharaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bandung. 5

1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan permasalahan di atas mengenai analisis pendapatan dan biaya pemeliharaan jembatan penyeberangan di Kota Bandung, maka yang menjadi pertanyaan bagi penulis dan yang permasalahan dalam penelitian tugas akhir, yaitu: 1. Berapa hasil perhitungan pendapatan yang selama ini diperoleh untuk pengelola? 2. Bagaimana judgement terhadap biaya operasi dan pemeliharaan dengan pendapatan yang diperoleh pengelola? 3. Seberapa besar nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan jembatan penyeberangan orang berdasarkan metode benefit cost ratio (B/C)? 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan identifikasi permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka tugas akhir ini bertujuan untuk melakukan analisis pendapatan dan biaya kondisi jembatan penyeberangan di Kota Bandung guna: 1. Mendapatkan besarnya perhitungan pendapatan yang selama ini diterima oleh pengelola. 2. Melakukan judgement terhadap biaya operasi dan pemeliharaan dengan pendapatan yang diperoleh pengelola. 3. Mengetahui besar nilai manfaat yang diperoleh dapri penggunaan jembatan penyeberangan berdasarkan metode benefit cost ratio (B/C). 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Pihak pengelola, baik investor maupun Pemerintah Daerah yaitu Dinas Bina Marga Kota Bandung dalam mengatasi dan memperbaiki kondisi fasilitas pelayanan publik sebagai aset negara. 2. Dinas Pendapatan Kota Bandung dalam merekap data secara baik dan benar. 3. Semua pihak dalam rangka menambah wawasan dan memahami proses kegiatan instansi pemerintah. 6

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlokasi di Kota Bandung, dengan objek Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebanyak 3 (tiga) area. Pemilihan area dikarenakan kondisi eksisting dari jembatan yang belum layak sesuai dengan hasil pembahasan pada studi kasus terdahulu. Area jembatan-jembatan penyeberangan tersebut adalah : 1) JPO A. Yani (Ps. Kosambi) 2) JPO A.H Nasution (Cicaheum) 3) JPO Asia Afrika (PLN) Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai tanggal Maret 2012 sampai dengan Juli 2012. 1.6 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dari penelitian ini merupakan panduan bagi peneliti agar pola pikir penelitian lebih terarah. Kerangka berpikir penelitian terhadap Analisis Pendapatan dan Biaya Pemeliharaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bandung sebagai fasilitas pelayanan publik, sehingga diharapkan hasil dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kerangka kerja penelitian dapat dicerminkan pada gambar 1.2, yang menerapkan berfikir dengan berdasarkan pada teori sistem input output. Berikut ini rangkaian langkah dalam kerangka kerja yang dimaksud, meliputi: 7

INPUT PROSES Perencanaan pemeliharaan dan perawatan JPO sebagai fasilitas pelayanan publik belum terlaksana baik. Pemeliharaan JPO yang kurang maksimal mengakibatkan kerusakan pada JPO tersebut. Sumber normatif yang berkaitan dengan: Analisis Pendapatan & Biaya Pemeliharan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Menganalisis kondisi pemeliharaan dilihat dari aspek pendapatan yang diterima beserta aspek biaya-baya yang telah dikeluarkan, apakah berjalan sesuai dengan pinsip dan fungsi dari fasilitas pelayanan publik yang baik. Menganalisis kondisi pemeliharaan JPO dilihat dari aspek pendapatan dan biaya-biaya untuk perbaikan fasilitas aset daerah. Pedoman a. Permen PU No.34 Tah 2006 Corder (1988) Budiono (1992) Prinsip Pelayanan Publik. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Pendapatan. Biaya Pemeliharaan Analisis Pendapatan & Biaya Pemeliharaan - Pendapatan Operasional - Biaya Operasional - Pendapatan Non Operasional - Biaya Pemeliharaan Sumber: Olah data penulis, 2012 Gambar 1.2 Kerangka Berpikir 8

1. Input: Dimulai dari identifikasi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan aset Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bandung sebagai fungsi pelayanan publik, permasalahan yang ditemukan adalah terkait dengan pengaplikasian pemeliharaan perawatan yang belum terencana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan karena kurangnya kepedulian masyarakat/pengguna untuk menjaga serta merawat aset publik, dan pada kenyataannya dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang terjadi di lokasi setempat. Misalnya, struktur fisik dari jembatan yang sudah keropos, lantai jembatan yang bolong-bolong, pegangan tangga yang tidak kokoh atau bahkan tidak ada sama sekali, juga lebih banyaknya orang yang menyeberang di jalan raya ketimbang menyeberang pada fasilitas penyeberangan yang disediakan tidak jauh dari jalan raya, dan masih banyak lagi bermacam faktor yang menunjukkan penggunaan dan pemanfaatan JPO masih tergolong rendah. Dari fenomena yang terjadi diidentifikasi permasalahan yaitu bagaimana agar sistem pemeliharaan perawatan yang seharusnya pada JPO supaya dalam perkembangannya dapat lebih berfungsi sebagai fasilitas pelayanan publik yang sesuai untuk peruntukkannya. Dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan JPO, maka harus mengacu kepada sumber normatif baik berupa Peraturan Pemerintah maupun Undang-Undang yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan karena JPO di Kota Bandung yang diambil dalam penelitian ini merupakan aset milik Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. 2. Proses: Dalam merancang pemeliharaan dan perawatan JPO sebagai fasilitas pelayanan publik, maka proses pendahuluan harus disesuaikan dengan tupoksi dan tujuan/fungsi keberadaan JPO sebagai fasilitas pelayanan publik itu sendiri. Hal tersebut untuk digunakan sebagai pembanding antara sistem pemeliharaan perawatan yang terjadi dengan teori pemahaman akan tujuan semula diadakannya JPO. 3. Output: Analisis pendapatan dan biaya pemeliharaan JPO yang akan ditelaah dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi bagaimana kondisi eksisting pemeliharaan di lapangan. Kajian ini dilakukan guna melakukan analisis keuangan dari aspek pemeliharaan JPO berdasarkan peraturan yang terkait. Sehingga, diharapkan hasil yang diharapkan akan memberikan solusi yang paling baik dan efektif. 9