BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

BAB I PENDAHULUAN. Peran strategis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

I.PENDAHULUAN. Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke- 4 menyatakan negara mengakui

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (dilihat juga dalam

BAB I PENDAHULUAN. berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tiga asas yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. kecamatan (Widjaya, HAW 2008: 164). Secara administratif desa berada di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB 1 PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

DPRD SEGERA BENTUK PANSUS TEMUAN BPK

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

BAB I PENDAHULUAN. pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. membuat undang undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. 1 DPRD menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB IV PENUTUP. diperluas dan diperkuat dengan semangat demokrasi melalui langkah - langkah pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan negara (pemerintah) serta memberi perlindungan hukum bagi rakyat. Salah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN SUMBA TENGAH

I. PENDAHULUAN. kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance Budiyono

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

BAB IV ANALISIS YURIDIS 12 TAHUN 2008 TERKAIT KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBAHASAN PERDA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu wadah bagi masyarakatnya untuk turut serta dalam proses. daerah demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

PENINGKATAN KUALITAS PERAN DAN FUNGSI PENGAWASAN ANGGOTA DPRD

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai suatu Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupatendan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan 1 sebagaimana yang tertuang dalam pasal 18 (2) Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan terhadap otonomi daerah dalam hal kewenangan menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijalankan dengan seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. 1 Dalam ketentuan umum UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 1

Sistem Pemerintahan Indonesia saat ini sedang berada di tengah masa transformasi 2 dalam hubungan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan kabupaten/kota, yang mana pemerintahan daerah adalah merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di daerah. 3 Pemerintah daerah secara penuh mengatur pelaksanaan rumah tangga dan mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam hal pelayanan umum kepada masyarakat di daerah. 4 Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. Penyelenggarakan pemerintahan di daerah diperlukan perangkat-perangkat dan lembaga-lembaga untuk menyelenggarakan jalannya pemerintahan di daerah. Perangkat-perangkat dan lembaga-lembaga daerah tersebut merupakan gambaran dari sistem yang ada di pemerintahan pusat. Ketentuan konstitusional mengenai pemerintahan daerah terdiri dari unsur kepala daerah dan DPRD sebagaimana yang tertuang dalam pasal 18 UUD 1945. Dalam ketentuan tersebut diatur adanya unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari: 1. Kepala Daerah, dan 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) 5 2 Dalam KBBI, Transformasi merupakan perubahan rupa (bentuk, sifat dan fungsi), Ebta Setiawan, Freware 2010 3 Prinsip Desentralisasi yang mana dijelaskan dalam ketentuan umum UU No. 32 Tahun 2004, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan RepublikIndonesia. 4 H.A.W. Widjaja. 2002.Otonomi Daerah Dan Daerah Otonomi. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 1. 5 Rudy, Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme Indonesia, Indepth Publishing, Bandar Lampung, 2012. Hlm. 52. 2

Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. 6 Hubungan antara kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai dengan kewenangan dan fungsinya masing-masing hendaknya dijalankan secara optimal, maka penguatan DPRD dalam menjalankan fungsi perwakilan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah dengan tugas dan wewenang pengawasan DPRD sebagaimana diatur menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 42 ayat (1) huruf C: 7 DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah Dalam rangka fungsi pengawasan, tugas dan wewenang DPRD diatur juga pada pasal 344 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota 8. Hal ini suatu penegasan mengenai tugas dan wewenang DPRD dalam kerangka pengawasan. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang paling intensif yang dapat dilakukan oleh lembaga DPRD. Fungsi pengawasan yang dijalankan DPRD dalam 6 Lihat ketentuan pasal 18 ayat (3) UUD 1945 7 Lembaran Negara Repulik Indonesia (LNRI) Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 3866. 8 Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2009 nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 5043 3

konteks sebagai lembaga politik merupakan bentuk pengawasan politik yang lebih bersifat strategis dan bukan pengawasan teknis administrasi. Ini menunjukkan bahwa fungsi pengawasan yang diemban DPRD dalam tataran pengendalian kebijakan guna menciptakan check and balances. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD kepada eksekutif substansinya adalah mengarah pada pengawasan politik atau kebijakan, yang tercermin dalam hak-hak DPRD yaitu hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat. Penulis dalam hal ini, mengambil objek penelitian di DPRD Kota Bandar Lampung dimana terjadi fenomena salah satu kebijakan pemerintah daerah kenaikan tarif PBB mencapai 300% di Kota Bandar Lampung yang menimbulkan polemik dan mendapatkan reaksi penolakan dari masyarakat, sehingga penulis tertarik untuk melihat dan mengkaji pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 dalam melaksanakan fungsi pengawasannya. Pemerintah Kota Bandar Lampung menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 300 persen dari kebijakan penyesuaian NJOP (nilai jual obyek pajak). Kebijakan Pemkot Bandar Lampung menaikkan PBB hingga 300 persen ini menuai banyak protes seperti yang diberitakan oleh media massa Fajar Sumatera, rakyat bersama LSM di Kota Bandar Lampung menolak kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB) di kisaran 300 persen. DPRD tak mau ketinggalan dengan reaksi kritisi terhadap kebijakan kenaikan PBB. 9 Anggota Komisi B DPRD Kota Bandar Lampung Widarto mengakui, bahwa kebijakan kenaikan PBB tersebut tidak melalui mekanisme rapat dengan legislatif 9 fajar sumatera, Rabu 3 April, 2013 4

setempat. Kami sendiri tidak tahu dengan kebijakan tersebut, apalagi kebijakan itu mendapatkan reaksi penolakan dari masyarakat. 10 Hal senada juga disampaikan Ketua DPRD Kota Bandar Lampung Budiman AS, Terus terang, kenaikan sampai 300 persen ini sangat tidak rasional, apalagi di tengah-tengah kondisi masyarakat saat ini yang kian terbebani kenaikan TDL (tarif dasar listrik), inflasi hingga 5 persen, dan belum lagi soal rencana kenaikan harga BBM. Kebijakan penyesuaian NJOP (nilai jual obyek pajak) PBB diputuskan sepihak oleh Pemkot Bandar Lampung tanpa melibatkan DPRD. Kami kaget dan mengetahui soal tarif PBB itu dinaikkan dari media. Selama ini, kami tidak dilibatkan dan diberi tahu. Dalam rapat pembahasan APBD 2013 pun pihak eksekutif tidak memberi tahu soal kebijakan itu untuk mendongkrak PAD (pendapatan asli daerah). 11 Polemik ini menggambarkan lemahnya pengawasan DPRD Kota Bandar Lampung sehingga kinerja DPRD Kota Bandar Lampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah dan sebagai lembaga aspirasi masyarakat haruslah berjalan optimal dalam menjalankan fungsi pengawasan baik dalam tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan kebijakan-kebijakan Daerah Kota Bandar Lampung. Fenomena yang terjadi terhadap Kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Bandar Lampung ini maka, bagaimana kinerja DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah dan lembaga aspirasi masyarakat dengan 10 Ibid. fajar sumatera 11 kompas.com, 19 April 2013, pukul 15:08 WIB 5

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan, yang dalam hal penelitian ini adalah fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014 dapat dijalankan dengan optimal untuk mengawal penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menuju Pemerintahan daerah yang baik, demi kesejahteraan masyarakat. Bedasarkan latar belakang yang penulis kemukakan dan dengan melihat polemik dari kebijakan kenaikan tarif PBB di Kota Bandar Lampung maka, penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014 6

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014? 2. Apa yang menjadi hambatan-hambatan dan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014? 1.3 Ruang Lingkup Lingkup penelitian ini masuk dalam ranah keilmuan Hukum Tata Negara, dan penelitian ini hanya mencakup fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung periode 2009-2014. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang disampaikan, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui dan mengkaji secara lebih mendalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014. 7

1.5 Manfaat Penelitian Bahwa hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan nilai dan hasil guna bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum mengenai fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung Periode 2009-2014, serta hambatan-hambatan yang menjadi kendala dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. 2. Manfaat praktis a. Bagi DPRD, sebagai gambaran umum dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, serta model pengawasan yang efektif sesuai dengan kebutuhan agar menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung. b. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan sehingga menciptakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik untuk kesejahteraan masyarakat Kota Bandar Lampung. c. Bagi Masyarakat, sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai fungsi pengawasan DPRD oleh Komisi B di Kota Bandar Lampung. 8