BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan. ketuhanan dan etika. Ia terpancar dari aqidah Islamiah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan ini dapat menyediakan dana bagi pengusaha-pengusaha swasta atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

Muhammad Khaeruddin Hamsin, Lc, LLM, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia dan pengetahuan teknologi yang dimiliki. 1

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam sistem dunia perbankan dewasa ini

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah. keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. pandangan Islam, nikmat Allah hampir tak terbatas. 1 Manusia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pengembangan Ekononomi Islam telah di adopsi kedalam

BAB I PENDAHULUAN. memberatkankalangan yang tidak mampu tetapi, juga memberatkan dari

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

ANALISIS TERHADAP HAMBATAN-HAMBATAN DEWAN PENGAWAS SYARI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH DI KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/ 32 /PBI/2008 TENTANG KOMITE PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KEPATUHAN SYARI AH (SYARI AH COMPLIENCE) DAN DEWAN PENGAWAS SYARI AH (DPS)

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak. membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah adalah kepatuhan syariah (syariah compliance). Pilar. dengan lembaga keuangan konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif) dan abadi ( universal) bagi seluruh umat manusia. Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Islam akan bekerja sekuat tenaga untuk mewujudkan kehidupan

DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Salah satu tujuan dilaksanakannya

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

BAB I PENDAHULUAN. perkantoran, kampus, sekolah, rumah sakit, dan ruang-ruang publik. petugas kebersihan ( cleaning service) dan islam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sistem ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Ada tiga pilar

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

PENDAHULUAN. orang-orang yang melanggar perintahnya, maka amal perbuatan mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh sistem

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan harta agar seseorang dapat memenuhi kebutuhannya, menikmati

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang pesat di perbankan syariah ini belum memadai bila dibandingkan

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Bank Muamalat telah membuktikan mampu bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan bagian dari kehidupan manusia, dalam. berdasarkan Al-Quran Al Karimdan As-Sunnah Nabawiyah.

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB IV PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DALAM GIRO WADI AH DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. mendorong masyarakat mencari dana untuk mendirikan suatu usaha. 1. yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan.

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Komite Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah menjanjikan rezeki bagi makhluk yang ada di permukaan bumi ini, namun

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

PERATURAN PERUSAHAAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH. PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PUDUARTA INSANI

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan dalam menunjang dan memback up,kegiatan perekonomian.perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidangn ekonomi dan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan menganggap penting semua kerja yang produktif. 1 Pada setiap prilaku

Gambar 1 Koperasi dari Depan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan yaitu diciptakannya Nabi Adam as kemudian disusul dengan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Komite Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Implan Pada Bank

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dalam jual beli,

BAB I PENDAHULUAN. ikut islam disebut seorang muslim. Islam sebagai agama Allah yang telah. individu-sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi muaranya

BAB I PENDAHULUAN. landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut UU

BAB III METODE PENELITIAN. sangat penting dalam suatu penelitian, berhasil tidaknya suatu penelitian

KREDIBILITAS DEWAN SYARIAH NASIONALDALAM SISTEM PENGAWASAN PADAPERBANKAN SYARIAH. AflahSihombing *

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama (ad-din) yang rahmatan lil alamin, artinya

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan ketuhanan dan etika. Ia terpancar dari aqidah Islamiah. Islam sengaja diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia, sehingga ekonomi Islam akan berkerja sekuat tenaga untuk mewujudkan kehidupan yang baik dan sejahtera bagi manusia 1 Dan sebagai alternif konsepsi sistem pembagunan ekonomi jangka panjang yang penekanannya pada perlibatan rakyat secara penuh, dengan nilai dasar dari sistem ekonomi, nilai keadilan, dan nilai keseimbangan. Sedangkan nilai instrumental adalah zakat, sistem bagi hasil, jaminan sosial, koperasi dan adanya lembaga pengawasan atau nisbah pemerintah. Keberadaan lembaga keuangan syariah baik berupa Bank umum syariah maupun BPR syariah di Kecamatan Tambang telah ikut memainkan perannya dalam pemberdayaan ekonomi yang sesui dengan prinsip syariah Islam. Namun lembaga keuangan seperti bank tidak semua lapisan masyarakat dapat menjangkaunya, dan belum menyentuh secara keseluruhan lapisan ekonomi kecil. Disinilah sangat dibutuhkan sekali peran dari lembaga keuangan seperti BMT. Kehadiran lembaga keuangan syariah berupa BMT Marwah Danau Bingkuang Tambang, merupakan jawaban atas tuntunan dan kebutuhan umat 1 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam II, (Pekanbaru Press Suska pers, 2010 ), h.2. 1

2 Islam yang mengharapkan adanya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah, bebas dari riba, dan berlandaskan keselamatan, kedamain, kesejahteraan. 2 Badan pengawasan dalam BMT adalah badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan operasonal BMT. Yang termasuk ke dalam kebijakan operasional adalah antara lain memilih badan pengelola, menelaah dan memeriksa pembukuan BMT, dan memberikan saran kepada badan pengelola berkenaan dengan operasional BMT. Pihak-pihak yang bisa masuk menjadi badan pengawas ini adalah anggota badan pendiri, penyerta modal awal yang memiliki pernyertaan tetap, dan anggota BMT yang diangkat dan ditetapkan badan pendiri atas usulan badan pengawas. 3 Pengawasan sangat lah penting bagi lembaga-lembaga keuangan syariah juga begitu dengan BMT Marwah, aktivitas dewan pengawas syariah dalam melaksanakan pengawasan syariah dalam melaksanakan pengawasan syariah, menurut Briston dan Ashker, yang dikutif oleh Yaya (2004), ada tiga macam yaitu 1. Ex ante auditing 2, h. 460. Merupakan aktifitas aktifitas pengawasan syariah dengan melakukan pemeriksaan terhadap berbagai kebijakan yang diambil dengan cara melakukan dengan riviu terhadap keputusan-keputusan manajeman dan melakukan riviu terhadap seluruh jenis kontrak yang dibuat oleh manajeman BMT atau lembaga keuangan lain nya dangan semua pihak. 2 Nadatuzzaman Hosen, Lembaga-Lembaga Bisnis Syariah, (Jakarta: Psekes, 2006 ) h.1 3 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010 ), cet.

3 Tujuan pemeriksaan tersebut untuk mencegah lembaga keuangan syariah atau BMT melakukan kontrak yang melanggar prinsip-prinsip syariah. 2. Ex post auditing Merupakan aktifitas pengawasan syariah dengan melakukan pemeriksaan terhadap laporan kegiatan (aktifitas ) dan laporan keuangan BMT. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menelusuri kegiatan dan sumber-sumber keuangan BMT yang tidak sesui dengan prinsip-prinsip syariah. 3. Perhitungan dan pembayaran zakat merupakan aktivitas pengawasan syariah dengan memeriksa kebenaran BMT dalam menghitung zakat yang harus dikeluarkan dan memeriksa kebenaran dalam pembayaran zakat sesuai dengan ketentuan syariah. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk memastikan agar zakat atas segala usaha yang berkaitan dengan hasil usaha yang berkaitan dengan hasil usaha BMT telah dihitung dan dibayar secara benar oleh manajemen lembaga keuangan syariah atau BMT. 4 Namun hal signifikan membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional adalah adanya kepastian pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam operasionalnya. Untuk memastikan adanya kepastian pelaksanaan prinsip syariah dibentuklah Dewan Pengawas Syariah. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasi 4 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah, (Indonesia: Ghalia, Juli 2009),h.144-145.

4 adalah wajib bagi lembaga yang ingin beroperasional yang berbasiskan system syariah. Merujuk pada surat keputusan Dewan Syariah Nasional no. 3 tahun 2000, bahwa Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional (DSN). Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah suatu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah.dps diangkat dan diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari DSN. Anggota DPS adalah mereka yang memiliki akhlaqul karimah dan memiliki kompetensi kepakaran di bidang syariah muamalah dan pengetahuan di bidang perbankan dan keuangan secara umum. Di samping itu, mereka juga harus memiliki komitmen untuk mengembangkan keuangan berdasarkan syariah serta memiliki kelayakan sebagai pengawas syariah yang dibuktikan dengan surat sertifikat dari DSN. DPS merupakan suatu badan yang diberi wewenang untuk melakukan supervises/pengawasan dan melihat secara dekat aktivitas lembaga keuangan syariah agar lembaga tersebut senantiasa mengikuti aturan dan prinsip-prinsip syariah. DSN merupakan bagian dari MUI yang terdiri atas para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah.

5 Dasar hukum dibentuknya Dewan Pengawas Syariah dan implementasinya dapat dilihat dari perintah allah yang termasuk dalam Q.S. At-Taubah 9 : 105) Artinya: dan katakanalah: bekerjalah kamu, maka allah dan rasulnya serta orang mu min akan melihat perkerjaan itu dan kamu akan dikembalikan kepada ( Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata lalu diberikannya kepaada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. AT-Taubah,9:105). 5 Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia dapat melakukan apa saja termasuk kegiatan ekonomi, akan tetapi semuanya itu akan slalu dalam pengawasan allah secara langsung dan bersifat malaikat, pengawasan rasullah yang dalam bentuk pengawasan oleh penguasa dan pengawasan umum yang dilakukan oleh umat Islam. Pengawasan masyarakat dapat diwujudkan secara langsung atau melalui aturan-aturan yang mengatur dan membatasi. Dalam konteks lembaga keuangan syariah di Indonesia, pembahasan pengawasan dilakukan oleh dua lembaga primer yaitu Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Meskipun tidak memiliki hubungan structural akan tetapi terdapat hubungan koordinatif antara Dewan Syariah Nasional (DPS) dengan Dewan Pengawas Syariah. Dalam kedua peraturan ini Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang dibentuk oleh majelis ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan 2007). h. 204 5 Departemen Agama, Al-Qur an dan Terjemahan, (Bandung, CV, Penerbit Diponegoro,

6 memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan-kegiatan usaha prinsip-prinsip syariah. Tugas Dewan Pengawas Syariah pastilah sangat berat, karena memang tidak mudah menjadilembaga yang harus mengawasi dan menjamin operasi sebuah entitas bisnis dalam kontek yang amat luas dan kelompok yang secara umum memasuki ranah-ranah khilafiyah. Karena menyangkut urusan-urusan muamalah dimana ruang interprestasinya sangatlah luas. Kesyariahan sebuah lembaga keungan syariah, dalam batas-batas tertentu dapat dikatakan terletak di atas pundak mereka. Begitu Dewan Pengawas Syariah (DPS) menyatakan lembaga yang diawasinya sudah berjalan berdasarkan syariah, maka setiap penyimpangan yang terjadi kepatuhan syariah menjadi tanggung jawab mereka, tidak saja di dunia, namun juga di akhirat kelak. Begitu begitupula sebaliknya, manakala Dewan Pengawas Syariah menyatakan bahwa terdapat penyimpangan terhadap kepatuhan syariah lembaga yang mereka awasi, padahal tidak, maka tingkat kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan syariah tersebut dapatlah hancur. Untuk mencapai keberhasilan tugas Dewan Pengawas Syariah (DPS), maka diperliukan langkah-langkah pemberdayaan, baik dari sisi kompentensi, integritas, maupun idenpendensi. Langkah pemberdayaan yang harus dilakukan memerlukan perencanaan dan pengembangan secara bertahap dan memperhatikan kesiapan bank dan sumber daya insan Dewan Pengawas Syariah.

7 Dalam pelaksanaan fatwa ditingkatkan Dewan Pengawas Syariah (DPS), ketentuan yang dijelaskan oleh fatwa Dewan Syariah Nasional(DSN) masih bersifat umum. Oleh karena itu, seharusnya fatwa tersebutharus jelas dan dibuat petunjuk pelaksananya, agar tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran dan pelaksanaan produk tersebut. Pelaksanaan produk-produk lembaga keuanganislam dituangkan dalam bentuk akad. Semua akad harus diperiksa oleh dewan pengwas syariah terlebih dahulu, agar tidak menyimpang dari ketentuan syariah. Apabila ada akad yang belum di fatwakan, Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus meminta fatwa terlabih dahulu kepada Dewan Syariah Nasional. Sebelum ada persetujuan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) 6. Bertitik tolak dari permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul penelitian: Analisa Tugas Dewan Pengawas syariah Dan Implementasinya Di BMT Marwah Kecamatan Tambang B. Batasan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, agar penelitian ini terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada: Analisa Pelaksanaan Tugas Dewan Pengawas syariah Dan Implementasinya Di BMT Marwah Kecamatan Tambang. 6 Keputusan Dewan Syariah Nasional, Majlis Ulama Indonesia No. 3 tahun 2000 tentang petunjuk pelaksanaan penetapan anggaran Dewan Pengawas Syariah ( DPS ) pada lembaga keuangan syariah.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka pnulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana PelaksanaanTugas Dewan Pengawas syariah Di BMT Marwah Kecamatan Tambang? 2. BagaimanaImplementasi tugas Di BMT Marwah Kecamatan Tambang? D. Tujuan dan Mamfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana PelaksanaanTugas Dewan Pegawas Syariah Di BMT Marwah Kecamatan Tambang? b. Untuk Mengetahui BagaimanaImplementasi tugas Di BMT Marwah Kecamatan Tambang? 2. Manfaat Penelitian a. Sebagai masukan dan kajian bagi pengurus BMT atau lembaga keuangan syariah lainnya untuk mengkaji dan memikirkan pelaksanaan tugas Dewan Pengawas Syariah di BMT Marwah Kecamatan Tambang. b. Sebagai wacana yang terbuka untuk didiskusikan bagaimana Implementasinya dalam menjalankan tugas Dewan Pengawas Syariah di BMT dan lembaga keuangan lainnya. c. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelsaikan perkuliahan di Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum dalam mencapai gelar sarjana SI dalam bidang ekonomi Islam.

9 E. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field resech). Metode tersbut dilaksanakan dimana data dan sumber datanya diperoleh dari sumber-sumber yang sesui dengan permasalahan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada BMT Marwahyang terletak di Jl. Raya Pekanbaru-Bangkinang Pasar Danau Bingkuang Kec. Tambang. Kabupaten Kampar. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Analisa Tugas Dewan Pengawas Syariah dan Implementasinya Di BMT Marwah Kecamatan Tambang, sedangkan Objek penelitian ini adalah: Dewan Pengawas Syariah Dan Karyawan BMT Marwah. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini Dewan pengawas syariah, pimpinan dan karyawan yang ada di BMT Marwah danau bingkuang tambang berjumlah 9 orang. 7 mengingat jumlah populasinya sangat terbatas, maka untuk penentuan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik total sampling yaitu: semua populasi di jadikan sampel. 8 7 Dokumen BMT Marwah Danau Bingkuang Tambang. 8 Metode Teguh, Metode Penelitian Bisnis, (Jakarta : Kencana 2010), h. 35

10 4. Sumber Data a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara secara langsung dengan Dewan Pengawas Syariah,dan karyawan BMT Marwah Kecamatan Tambang. b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, baik berupa bahan-bahan bacaan maupun data angka yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian yang terkait dengan judul penelitian. b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab pihak yang berkaitan dengan penelitian. c. Angket yaitu mengumpulkan data, dan memberikan daftar pertanyaan kepada karyawan yang dapat memberikan jawaban yang penulis butuhkan. d. Studi pustaka yaitu penulis mengambil buku-buku referensi yang berkaitan dengan persoalan yang diteliti. 6. Analisa Data Analisa yang akan digunakan adalah sesuai dengan penelitian ini yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni menggambarkan hasil pengamatan, wawancara dan angket yang telah diperoleh serta

11 membahasnya, lalu dilakukan penganalisaan kemudian digambarkan dengan kata-kata serta membuat sebuah kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil pembahasan. 7. Metode Penulisan Setelah data yang terkumpul dianalisis, maka penulis mendeskripsikan data tersebut dengan menggunakan metode penulisan sebagai berikut : a. Deduktif, yaitu uraian yang diawali dengan mengemukakan kaedahkaedah umum, dianalisis dan diambil kesimpulan secara khusus. b. Induktif, yaitu dengan mengemukakan fakta-fakta atau gejala-gejala yang bersifat khusus, lalu dianalisa kemudian diambil kesimpulan secara umum. c. Deskriptif, yaitu mengungkapkan uraian atau fakta yang diambil dengan apa adanya. F. Sistematika Penulisan Laporan penelitian kelompok ini disusun secara sistematis dan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : Merupakan bab pendahuluan, pada bab ini dimuat latar belakang masalah, batasan masalah,rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan umum lokasi penelitian, terdiri dari sejarah singkat BMT Marwah Danau Bingkuang Tambang, visi dan misi BMT Marwah Danau Bingkuang Tambang, profil tentang BMT, struktur

12 organisasi BMT, produk-produk BMT Marwah Danau Bingkuang Tambang. Badan hokum BMT. BAB III : Bab ini berisikan mengenai teori-teori yang mendukung penelitian diantaranya pengertian Dewan Pengawas Syariah, Sejarah dibentuknya Dewan Pengawas Syariah, Tugas Dewan Pengawas Syariah, pelaksanaan tugas Dewan Pengawas Syariah, konsep operasional kerangka pikir dan hipotesa. BAB IV : Hasil dan pembahasan penlitian, yaitu Mengenai bagaimana Pelaksanaan TugasDewan Pengawas Syariah dan Implementasi di BMT Marwah Kecamatan Tambang. BAB V : Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saransaran.