BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik oleh peserta didik maupun pendidik, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, dan mengubah perilaku menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan program strategis jangka panjang yang harus mampu menjawab kebutuhan dan tantangan nasional dan global pada saat sekarang dan akan datang, mengingat semakin ketatnya tantangan dan perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1, tiaptiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Disisi lain pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun bangsa dan negara sebagaimana yang tercantum dalam Tujuan Nasional Pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak 1

2 mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara demokratis dan bertanggungjawab. Bahwasannya Pendidikan mempunyai peranan penting yang strategis dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas agar bangsa Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang ahli, terampil, kreatif, dan inovatif. Kualitas Sumber Daya Manusia dapat diperoleh dengan menciptakan pendidikan berkualitas yang berhasil dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dapat menghadapi persaingan global dunia. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah yang menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan yang mencakup tiga aspek, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor pembaharuan dalam pendidikan. Menurut Dedi Mulyasana (2012:120) pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good planning system) dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (good governance system) dan disampaikan oleh guru yang baik (good teacher) dengan komponen pendidikan yang bermutu, khususnya guru. Untuk mencapai pendidikan yang bermutu tersebut harus ditempuh melalui jalur pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 13 Ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan terstruktur dan berjenjang, lalu pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Salah satu lembaga formal yang berperan dalam mewujudkan pendidikan bermutu yaitu melalui proses pembelajaran di sekolah. Sekolah sebagai tempat seseorang untuk mendapat ilmu diluar dari

3 lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang dirancang khusus untuk pengajaran peserta didik dibawah pengawasan guru dan peserta didik dibekali ilmu melalui proses pembelajaran dikelas. Bertumpu pada keyakinan akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, bahwa dengan adanya pendidikan agar manusia dapat mengembangkan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik. Pendidikan di sekolah terlaksana dalam suatu proses pembelajaran dikelas yang mana didalamnya terdiri dari beberapa komponen seperti guru, siswa, dan materi pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran berperan sebagai subjek pembelajar yang memegang peranan penting dalam mencerdaskan peserta didik, seorang guru juga harus mampu membuat pembelajaran dikelas berkesan, menarik agar peserta didik mampu menerima materi dengan baik serta siswa sebagai peserta ajar. Sedangkan materi pembelajaran merupakan pengait antara keduanya dalam suatu proses yang dinamakan proses belajar. Dalam pelaksanaanya akan terjadi hubungan timbal balik antara komponen-komponen pembentuk pembelajaran. Didalam proses pembelajaran siswa dihadapkan pada mata pelajaran yang beragam. Mata pelajaran ekonomi salah satunya. Mata pelajaran ekonomi bukan merupakan mata pelajaran hafalan, para siswa harus diajak untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, (Dasim Budimansyah, 2003:1). Sebagian besar mata pelajaran ekonomi dipandang kurang menarik dan membosankan sehingga siswa kurang mendalami materi yang dipelajari. Hal tersebut membuat siswa cenderung pasif dalam menanggapi materi sehingga proses pembelajaran aktif sulit untuk diciptakan. Keadaan ini menyebabkan siswa kurang bersunguh-sungguh dalam menerima materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik belum maksimal. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari proses pembelajaran harus dapat memenuhi tiga aspek. Menurut Sudjana

4 (2005:30) mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 25 ayat 4 tentang Standart Nasional Pendidikan bahwa kompetensi kelulusan mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan potensi peserta didik yang berhubungan dengan ketiga aspek tersebut. Dari tiga aspek yang dikemukakan Bloom, domain kognitif merupakan aspek psikologis yang terpenting (Syah, 2010:25). Mukharomah (2012:21) mengatakan ranah Psikologis peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali ranah ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif dan ranah psikomotor. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang peserta didik dapat berpikir. Daryanto (2012:101) mengatakan bahwa aspek kognitif menjadi tolak ukur dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Apabila aspek kognitif siswa telah tercapai maka dianggap proses pembelajaran yang dijalani telah berhasil. Aspek kognitif dapat menggambarkan sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dikelas dapat meningkatkan intelektual peserta didik. Betapa pentingnya ranah kognitif dapat dipaparkan oleh beberapa hasil penelitian diantaranya yaitu hasil penelitian Sya adah (2013:57) mengatakan bahwa kemampuan kognitif siswa harus dikembangkan pada tingkat yang lebih tinggi. Kemampuan kognitif pada tingkat menganalisis, mengevaluasi dan kreasi sangat diperlukan dalam pembelajaran agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan tidak hanya berfokus pada kemampuan mengingat, memahami dan menerapkan saja. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2013:25) mengatakan bahwa guru seharusnya tidak hanya menekankan pada materi pada tingkat kognitif rendah, namun harus seimbang antara penekanan materi tingkat rendah dan tinggi.

5 Melihat pentingnya ranah kognitif, didalam proses pembelajaran ekonomi harusnya siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Namun justru proses pembelajaran dikelas hanya diarahkan kepada kemampuan berfikir tingkat rendah saja yaitu sebatas menghafal dan mengingat. Siswa diwajibkan menghafal dan memahami informasi yang diperoleh tanpa mampu mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi bahkan mencipta. Akibatnya ketika siswa dituntut untuk berfikir lebih tinggi siswa akan mengalami kesulitan. Pengembangan kemampuan kognitif tingkat tinggi diperlukan agar siswa tak hanya bisa menghafal suatu konsep tetapi mampu mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta suatu konsep baru. Kemampuan kognitif peserta didik dapat diukur menggunakan hasil belajar. Dari hasil belajar dapat diketahui tingkat keberhasilan kemampuan kognitif peserta didik. Berdasarkan data nilai mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS 1 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 76 nilai ratarata dari 31 peserta didik hanya 78,67 dengan rincian 23 peserta didik tuntas dan nilai rata-ratanya mencapai 80,65 serta terdapat 8 anak yang belum tuntas dengan nilai rata-rata 73,12. Hasil belajar ini menunjukkan masih ada beberapa anak yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Untuk melihat ketercapaian kompetensi kognitif salah satunya dapat ditunjukkan dengan Nilai Ujian. Berdasarkan Hasil Ujian Nasional tahun 2010-2011 Nilai Rata-Rata Ekonomi Jenjang SMA/MA Negeri dan Swasta propinsi Jawa Tengah untuk SMA Negeri 8,04 sedangkan MA swasta 7,88. Tahun berikutnya Hasil Ujian Nasional tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Nilai rata-rata Ekonomi Jenjang SMA Negeri menjadi 7,78 dan MA Swasta menjadi 7,53 ( Kemendikbud). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyampaikan bahwa saat ini terkait dengan mata pelajaran Ekonomi tingkat SMA/SMK/MA Tahun 2015 bahwa rata-rata nilai UN 2015 mengalami penurunan di mata pelajaran IPS, Bahasa dan agama. Untuk

6 program studi IPS, nilai rata-rata mata pelajaran ekonomi menurun 2,18. Untuk program studi IPS dari 852.870 Peserta, hanya 0,24% yang memperoleh nilai diatas 85 (http://jateng.antaranews.com/detail/- mendikbud-ratarata-nilai-ujian-nasional smasmkma-naik-03-poin.html). Hal ini memberikan gambaran bahwa peserta didik belum mampu mencapai kompetensi kognitif yang diharapkan. Terdapat kesulitankesulitan yang mendasari terjadinya ketidakcapaian kompetensi kognitif peserta didik, sehingga guru harus mengetahui kompetensi kognitif belajar siswa, agar siswa berhasil mencapai kemampuan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul ANALISIS PENCAPAIAN KOMPETENSI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI MATERI PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 DONOROJO. B. Rumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada pencapaian kompetensi kognitif pada mata pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Donorojo. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo? 2. Seberapa tinggi tingkat ketercapaian kompetensi kognitif yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo? 3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pencapaian kompetensi kognitif yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan terkait pencapaian kompetensi kognitif siswa, domain-domain kompetensi kognitif meliputi domain hasil belajar mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta pada pembelajaran ekonomi kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo. 2. Tujuan Umum a. Mendiskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran ekonomi pada siswa Kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo. b. Mendiskripsikan seberapa tinggi tingkat ketercapaian kompetensi kognitif yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo. c. Mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pencapaian kompetensi kognitif yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk rujukan dalam mempertimbangkan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan program. Secara khusus penelitian ini untuk mengetahui kondisi objektif tentang proses pelaksanaan pembelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo.

8 2. Manfaat Praktis Pada penelitian ini diantaranya memberikan manfaat pada : a. Guru 1) Mendorong guru untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki dalam melaksanakan proses pembelajaran 2) Memberikan masukan kepada guru dalam melihat pencapaian kompetensi kognitif siswa 3) Meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas 4) Sebagai bahan untuk menggali ide-ide kreatif dalam menciptakan proses pembelajaran aktif. b. Siswa 1) Meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada proses pembelajaran ekonomi dalam menyelesaikan suatu masalah terkait materi ekonomi. 2) Memberikan gambaran kepada siswa terkait proses pembelajaran ekonomi aktif yang dapat meningkatkan tingkat kemampuan siswa dalam tingkatan berpikir tinggi. 3) Meningkatkan proses pembelajaran aktif mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Donorojo. c. Sekolah Memberikan fasilitas dan membantu guru dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran.