BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan non formal atau masyarakat. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Mata Padi Presindo, Yogyakarta, 2015, Hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogis, PT. Rinneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai pendidikan Agama Islam pada program Adiwiyata kegiatan bank. sampah di UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Perilaku Pemimpin dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Secara Simultan (Uji F)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h

BAB I PENDAHULUAN. Hadist di atas menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam membentuk karakter

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu sehingga orang yang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan, Teras, Yogyakarta, 2012, hal. 7 Ibid., hal.8.

"#$%! 789:;4 789:; "#$

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar dipandang masih belum efektif. Indikasi kearah sana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul ANALISIS HUBUNGAN ETOS KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain-nya. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. 1 Tantangan bagi pendidikan di era global saat ini sangat kompleks dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya norma kehidupan social dan etika moral dalam praktik kehidupan yang mengakibatkan terjadinya sejumlah perilaku negatif yang merisaukan masyarakat. Hal tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan social kemasyarakatan. Kenakalan remaja saat ini semakin meningkat, seperti yang sering diberitakan di media massa bahwa banyak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar, diantaranya kurangnya kedisiplinan serta sentuhan nilai-nilai moral, seks bebas, minuman keras, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya. Pendidikan mempunyai peranan untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut. Sementara ini orang beranggapan bahwa apabila berbicara tentang pendidikan maka orientasinya ke dunia sekolah dan menghubungkannya dengan guru dan murid. Mereka kurang menyadari sebelum seorang anak memasuki dunia sekolah, mereka telah memperoleh pendidikan yang diberikan oleh keluarganya, terutama ayah dan ibunya baik 1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2005, hlm.1-2 1

2 secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan secara langsung artinya bentuk asuhan orangtua yang berkaitan dengan pembentukan kedisiplinan, kecerdasan dan ketrampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Sementara pendidikan secara tidak langsung merupakan bentuk perilaku sosial dan pergaulan anak dalam lingkungan sekitar. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Di samping itu keluarga merupakan wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambat pertumbuhan anak tersebut. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah keluarga. 2 Anak merupakan amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tuanya sehingga orang tua harus menjaga dan memelihara sebaik- baiknya serta menyampaikan amanah tersebut kepada yang berhak menerimanya. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa dasar atau kodrat anak adalah suci, didikan ayah dan ibu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya Setiap anak yang dilahirkan itu atas dasar fitrah (ala fitratil islam) sehingga lisannya dapat berbicara, maka kedua orang tuanyalah yang menyahudikan, menashranikan atau memajusikannya. (HR. Al Bukhori). 3 Hadits tersebut secara tersurat menandakan bahwa peran orang tua dalam keluarga terhadap anak sangatlah mendasar. Lingkungan yang mengitari anak secara tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun kejadian atau peristiwa yang berada di sekeliling anak tidak dirancang namun keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan baik positif maupun negatif. 2 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV. Ruhama, 1995, cet. II, hlm. 47. 3 Al Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif Az-Zubaid, Mukhtashor Shohih Al-Bukhori, Al Juz u Al-awwalu, Maktabah Daru Al Kutubil Al-`Ilmiyyah, t.th., hlm. 154.

3 Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dalam keluarga sejak lahir sampai mereka mampu menemukan dirinya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. 4 Kedisiplinan dalam keluarga merupakan salah satu bentuk dari upaya orang tua untuk melakukan control terhadap anak. Kedisiplinan dilakukan orang tua agar anak dapat menguasai suatu kompetensi, melakukan pengaturan diri, dapat mentaati aturan, dan mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau berisiko. 5 Disiplin dapat membentuk kejiwaan pada anak untuk memahami peraturan sehingga ia pun mengerti kapan saat yang tepat untuk melakukan peraturan, dan kapan pula harus mengesampingkan. Sedangkan peraturan itu sendiri dalam keseharian hidup anak. Kondisi kejiwaannya memang masih butuh untuk diatur sehingga seorang anak akan merasa tentram bila hidup teratur. 6 Pelaksanaan Kedisiplinan Keluarga peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus bertujuan untuk mengatur perilaku anak yang santun dan lebih baik. Masing-masing keluarga mempunyai gaya kedisiplinan yang berbeda beda, ada suatu keluarga dimana hubungan antar anggota keluarga saling harmonis dan komunikatif, orang tua bersifat tegas dan konsisten dengan peraturan yang dibuatnya. Tetapi ada juga keluarga yang hubungan anggota keluarga kurang harmonis, karena orang tua kurang memahami keadaan anak. Orang tua yang sibuk dengan hal yang berbau materialistik hampir tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya sehingga kedisiplinan keluarga tidak mendapat perhatian yang penuh, tetapi dalam hal ini peserta didik mampu menerapkan kedisiplinan keluarga dengan baik dan tenang. 7 Pendidikan dapat tercapai secara optimal diperlukan suasana yang mendukung proses belajar mengajar maupun pembinaan pribadi. Di dalam 4 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, hlm. 104. 5 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013. Hlm. 65. 6 Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk & Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini, Yogyakarta: DIVA Press, 2009, hlm. 22. 7 Hasil observasi dengan Peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus pada tanggal 24 September 2016

4 kehidupan bersama, hal ini dapat terbentuk dengan adanya aturan hidup bersama yang disebut tata tertib. 8 Peraturan tata tertib sangat diperlukan dalam suatu lembaga sekolah untuk mengatur, mendisiplinkan dan mendidik siswa. Pemberian tata tertib dan pengawasan terhadap pelaksanaannya serta penjelasan terhadap arti pentingnya tata tertib yang diharapkan akan dapat menumbuhkan kepatuhan siswa terhadap tata tertib tersebut. Terciptannya kepatuhan siswa mentaati tata tertib sekolah akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang ada, sehingga siswa akan memperoleh prestasi yang baik. Tata tertib sekolah di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus telah diterapkan kepada peserta didik sejak mereka menjadi pelajar di Madrasah Ibtidaiyyah tersebut. Kepatuhan mentaati tata tertib sekolah mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Tata tertib sekolah di MI NU Islamiyyah ini telah dibukukan dalam kurikulum dan ada juga yang ditempel di papan, tujuannya agar peserta didik dapat dengan mudah membaca dan melaksanakannya. Respon dari peserta didik sangat beragam ada yang mematuhi dan ada beberapa peserta didik yang melanggar tata tertib tersebut. Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi yang telah diterapkan untuk mendisiplinkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang tertib dapat memberikan gambaran lingkungan siswa yang gigih giat, penuh perhatian, serius dan kompetitif dalam pembelajarannya. Sehingga dengan adanya tata tertib sekolah tersebut diharapkan bisa memberikan andil besar terhadap lahirnya siswa yang berprestasi serta berkepribadian yang unggul. 9 Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, 8 Achmad Munib, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang, MKUnnes, 2004, hlm. 32. 9 Hasil wawancara dengan Ibu Lutfiyatul Maesyaroh, Pendidik di MI NU Islamiyyah pada tanggal 24 September 2016 di Ruang Tamu.

5 kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. 10 Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan hasil pembelajaran yang maksimal. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Guru sangat berperan sekali dalam keberhasilan prestasi belajar dan membentuk pilaku peserta didik. Dengan ini, guru harus lebih banyak mencurahkan perhatian terhadap tugasnya, ia harus mengabdi dan membantu peserta didik dalam mencapai prestasi yang maksimal. Sebagaimana firman Allah Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al- Mujadalah:11) 11 Pelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu rumpun Pendidikan Agama Islam yang materi pelajarannya membahas tentang akhlak. Pada dasarnya akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia. Dan di dalam pelajaran tersebut juga 10 Aswan Zain, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, Cet IV, 2010, hlm. 10 11 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur an, Al Qur an dan Terjemahnya, Semarang, Raja Publishing, 2011, hlm. 543.

6 terkandung nilai-nilai agama yang merupakan upaya untuk mengembangkan atau membentuk individu menjadi manusia yang ideal (insan kamil). Sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk mencerdaskan bangsa hendaknya didukung oleh orang tua dengan menciptakan kedisiplinan keluarga yang baik. Selanjutnya peserta didik akan tertib dalam belajar bila disertai dengan kepatuhan dalam melaksanakan tata tertib atau aturan yang ada. Jadi sekolah yang memiliki peserta didik yang berprestasi selalu diawali dengan kedisiplinan orang tua terhadap anaknya dan kepatuhan siswa dalam mentaati semua tata tertib sekolah yang berlaku. Sehubungan dengan realitas di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus yang sudah melaksanakan kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kedisiplinan keluarga, tata tertib sekolah, dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Adakah pengaruh kedisiplinan keluarga terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Adakah pengaruh tata tertib sekolah terhadap terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 4. Adakah pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?

7 C. Tujuan Penelitian Berpijak dari rumusan masalah yang penulis tentukan, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui adakah pengaruh kedisiplinan keluarga terhadap prestasi belajar peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus. 2. Untuk mengetahui adakah pengaruh tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik di MI NU Islamiyyah Jetiskapuan Jati Kudus. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan, terdapat beberapa manfaat beik secara teoritis maupun praktis: 1. Secara Teoritis Verifikasi tentang pengaruh kedisiplinan keluarga dan tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran aqidah akhlak. 2. Secara Praktis, bagi : a. Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi tenaga didik tentang pengaruh tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik. b. Bagi Orangtua Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mendidik kedisiplinan keluarga terhadap anaknya, yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.