BAB 2 KONDISI INDUSTRI PERPASARAN DAN PERSAINGAN DI DALAMNYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

SKRIPSI KEMAS ENDI ARIO KUSUMO Y

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam retail modern telah melanda negara-negara maju sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. suatu wilayah. Menurut bentuk fisik, pusat perdagangan dibagi menjadi dua yaitu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

1. PENDAHULUAN. (Pedoman Pembinaan Pasar Daerah, 2000 dalam Pulungan; 2000)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. kebudayaan di mana mekanisme tertanam. Mekanisme tawar-menawar. merupakan unsur khas pasar tradisional (Listiani,2009).

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, maupun daya serap

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Arus Globalisasi yang multidimensional telah meliputi hampir seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

Transkripsi:

11 BAB 2 KONDISI INDUSTRI PERPASARAN DAN PERSAINGAN DI DALAMNYA 2.1. Perkembangan Industri Perpasaran Pasar menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang atau jasa. 23 Sedang menurut Peraturan Daerah DKI Jakarta nomor 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pasar adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan transaksi jual beli umum milik swasta dan/atau pemerintah daerah, tempat pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa. 24 Pasar diartikan oleh Gregory Mankiw sebagai a group of buyers and sellers of particular good or service. 25 The buyers as a group determine the demand for the product, and the sellers as a group determine the supply of the product. 26 Pasar pada awal mulanya hanya diadakan pada hari-hari tertentu, misalnya Senin, Rabu, Minggu. Seperti contohnya pasar Tanah Abang, pada tahun 1733 Tanah Abang didirikan oleh Justus Vinck, Vinck melihat bahwa kemajuan ekonomi di Batavia merupakan prospek yang bagus untuk mendirikan sebuah pasar. 27 Dalam surat izinnya dicantumkan bahwa hari pasar untuk pasar Tanah Abang adalah Sabtu, lalu kemudian pada tahun 1751 ditambah hari pasar bagi pasar Tanah Abang, yaitu 23 Indonesia, Loc.Cit, pasal 1 butir 9. 24 Jakarta, Peraturan Daerah DKI Jakarta tentang Perpasaran Swasta di DKI Jakarta, Perda no. 2 tahun 2002, LD no. 76 tahun 2002. 25 N Gregory Mankiw, Principles of Economics, 3 rd Edition, (Ohio:SouthWestern Thomson, 2004) hal. 64. 26 Ibid. 27 Tota M Tobing, Pasar Tanah Abang, Riwayatmu, Intisari Ketoprak Betawi, (Jakarta:Intisari Mediatama, 2001) hal. 136. Universitas Indonesia 11

12 Rabu. 28 Selain Tanah Abang, pasar yang ada pertama kali di Jakarta adalah Pasar Senen, pendirian Pasar Senen sama seperti Tanah Abang, pada tahun yang sama dan pendiri yang sama. Pasar Senen, dulu disebut Weltevreden, mempunyai izin mengadakan hari pasar adalah hari Senin, maka kemudian nama yang dikenal bagi pasar tersebut adalah Pasar Senen. 29 Kemajuan ekonomi masyarakat akhirnya menyebabkan berkembangnya pasar, dahulu pasar yang ada hanya diadakan pada hari-hari tertentu dengan majunya perekonomian maka sekarang pasar mengadakan aktivitasnya setiap saat. Pada mulanya pasar yang dikenal di Jakarta hanya pasar tradisional, dimana pasar tradisional diartikan sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. 30 Pasar tradisional sekarang dicirikan sebagai tempat yang kumuh, becek, bau, macet, hal tersebut menimbulkan kesan yang negatif bagi para calon konsumen yang ingin berbelanja. Faktor tersebut seharusnya dapat segera diperbaiki oleh pemerintah demi tetap terjaganya kelangsungan hidup pasar tradisional. Faktor-faktor tersebut tidak otomatis menyebabkan pasar tradisional akan kehilangan semua konsumennya, sebab masih ada karakter/budaya konsumen yang setia pada pasar tradisional. Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar modern 28 Ibid. 29 Tobing, Loc.Cit. 30 Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, Perpres No. 112 Tahun 2007, Psl.1 butir 2. Universitas Indonesia 12

13 harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern. 31 Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, dimana terdapat empat unsur di dalamnya. Pertama, kebebasan pribadi untuk melakukan kegiatan ekonomi. Kedua, pertukaran sukarela yang dikoordinasikan oleh pasar dan pasar merupakan dasar dari kebebasan itu. Ketiga, kebebasan untuk masuk dan berkompetisi di pasar. Yang terakhir, perlindungan hak milik pribadi dari agresi orang lain. Sistem ini kemudian yang melahirkan kebebasan berusaha di Indonesia, termasuk tumbuh suburnya pasarpasar modern yang mengikuti dinamika kebebasan tersebut. 32 Selain hal diatas, kebijakan pemerintah yang membuka keran investasi asing bagi usaha ritel juga menyebabkan maraknya investor asing membuka usaha perpasaran di Indonesia, hal tersebut tentu mengakibatkan pasar tradisional yang sudah terpuruk keadaannya, makin tenggelam dengan bersaing terhadap pemodal-pemodal asing. Pasar modern atau disebut juga pasar swasta di Indonesia semakin beragam nama dan bentuknya. Mulai dari minimarket, supermarket, hingga hypermarket merajalela di hampir setiap pelosok tempat. Usaha perpasaran ini dicirikan dengan sistem swalayan, para konsumen dapat memilih dan melihat sendiri barang-barang apa yang ingin dibelinya, tidak ada tawar menawar dalam proses jual belinya. Dukungan fasilitas yang baik, bersih, menjual keperluan sehari-hari dengan harga yang lebih kompetitf dibanding pasar tradisional membuat pasar-pasar modern ini lebih dilirik oleh konsumen. Hypermarket pertama kali dikenal di Indonesia, terutama Jakarta, adalah Wal- Mart. Ritel raksasa ini merupakan hypermarket yang berasal dari Amerika Serikat, kedatangannya sebelum krisis ekonomi tersebut ditujukan untuk konsumenkonsumen golongan menengah atas, karena hypermarket tersebut biasanya berlokasi 31 Hilmi Arifin, Pasar Tradisional vs Pasar Modern, http://hilmiarifin.com/pasartradisional-vs-pasar-modern/. Diakses pada 14 Oktober 2008. 32 Eko Risanto, Nasib Pasar Tradisional, http://beta.pikiranrakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=2813, diakses pada 15 Oktober 2008. Universitas Indonesia 13

14 di kawasan-kawasan elite. Menurut Wildan Ekapribadi, Kehadiran peritel modern (supermarket, minimarket, dan hypermarket) pada sekitar awal tahun 1990an pada awalnya tidak mengancam pasar tradisional. Kehadiran para peritel modern yang menyasar konsumen dari kalangan menengah ke atas, saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasar yang kumuh, dengan tampilan dan kualitas barang yang buruk, serta harga jual rendah dan sistim tawar menawar konvensional. 33 Golongan menengah atas merupakan golongan yang bukan mayoritas, sehingga pasar tradisional yang sebagian besar konsumennya golongan menengah bawah belum kehilangan konsumennya. Beberapa tahun kemudian, peritel swasta yang masuk dengan format warehouse dan hypermarket merubah sasaran konsumen mereka. 34 Mereka mulai menawarkan harga yang rendah, barang yang sangat beragam, lokasi yang nyaman dan strategis, serta pelayanan yang memberikan kemudahan bagi konsumen. 35 Pada akhirnya peritel modern tidak hanya mengincar kalangan menengah atas saja. Selain hypermarket, pasar modern yang berkembang sangat pesat adalah minimarket. Minimarket sendiri menurut Perda DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Perpasaran Swasta di DKI Jakarta adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya maksimal 4000 m2. 36 Minimarket pertama kali didirikan oleh Indofood Group yang merupakan perusahaan pertama yang menjadi pionir lahirnya mini market di Indonesia pada tahun 1988. Kemudian Hero Supermarket mendirikan Starmart pada tahun 1991. Di susul Alfa Group mendirikan Alfa Minimart pada tahun 1999 yang kemudian 33 Wildan Ekapribadi, Pasar Modern Ancaman Bagi Pasar Tradisional?, http://amartabisma.wordpress.com/2007/11/08/pasar-modern-ancaman-bagi-pasar-tradisional/, diakses pada 15 Oktober 2008. 34 Ibid. 35 Ibid. 36 Jakarta, Loc.cit, Psl 1 butir 15. Universitas Indonesia 14

15 berubah menjadi Alfamart. 37 Bisnis ritel minimarket dikembangkan dengan cara waralaba atau franchise, dengan cara ini bisnis minimarket berkembang sangat pesat, karena pemegang hak waralaba tersebut merasa diuntungkan dengan sistem ini, mereka terbantu dengan proses pendistribusian barang-barang yang dijual yang didapat dari pengelola jaringan minimarket tersebut. Perkembangan pasar-pasar modern yang begitu pesat seakan meninggalkan pasar tradisional jauh dibelakang. Pasar tradisional yang dahulu menjadi satu-satunya tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari sekarang mulai kehilangan konsumennya, dari faktor internal sendiri pasar tradisional sudah mulai ditinggalkan oleh konsumennya, seperti faktor kenyamanan. Banyak konsumen sekarang dalam berbelanja menjadikan kenyamanan menjadi pertimbangan utama dalam memilih tempat berbelanja. Kondisi pasar tradisional yang becek, kotor, dan bau dengan sampah yang menggunung menjadikan pasar itu kian dijauhi. Ini tentu jauh berbeda dari toko-toko modern yang tentu lebih dingin, bersih, dan nyaman. Perkembangan pesat yang terjadi pada usaha perpasaran modern seharusnya menjadi sebuah alat pacu bagi pasar tradisional. Pasar tradisional seharusnya menata dirinya agar dapat bersaing dengan pasar-pasar modern yang ada. Kekurangankekurangan yang ada pada pasar tradisional yang menyebabkan kalahnya pasar tradisional bersaing dengan pasar-pasar modern harus segera diperbaiki, seperti yang diungkapkan dalam penelitian Heny Sukaesih terhadap 100 responden pasar tradisional bahwa kekurangan pasar tradisional adalah: 38 No Penilaian Setuju Tidak Setuju 1 Suasana pasar tradisional semrawut 85% 15% dan sumpek 37 Hadi Hartono, Perkembangan Minimarket Waralaba, http://kolumnis.com/2008/07/05/peritel-kecil-mati-berdiri/, diakses pada 25 Oktober 2008. 38 Henny Sukaesih, Pasar Swalayan dan Prospeknya, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, (Vol.II No. 1, 1994) hal 69. Universitas Indonesia 15

16 2 Keamanan berbelanja tidak terjamin 84% 16% 3 Penataan barang di pasar tradisional 84% 16% tidak menarik Melihat hasil penelitian, hal-hal yang ada memang sepertinya sudah menjadi ciri khas dari pasar tradisional, namun hal-hal tersebut seharusnya dapat diperbaiki oleh pengelola pasar tradisional, karena kelemahan-kelemahan itulah yang menjadi celah yang dimanfaatkan pasar-pasar modern untuk mengambil konsumen pasar tradisional. Pemerintah dalam hal ini seharusnya berperan, pemerintah seharusnya memberdayakan pasar tradisional yang ada, perbaiki infrastrukturnya, beri kredit kepada pedagang-pedagang kecil agar mereka dapat bersaing. Jadi seharusnya perlindungan terhadap usaha kecil adalah memberdayakan pelaku usaha kecil, bukan hanya membuat peraturan yang terkesan membatasi gerak dari pelaku usaha yang lebih besar yang dikhawatirkan mematikan pelaku usaha kecil. 2.2. Kondisi Industri Perpasaran Industri perpasaran sekarang lebih didominasi oleh perpasaran swasta/modern. Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut data yang diperoleh dari Euromonitor (2004) hypermarket merupakan peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25%), koperasi (14.2%), minimarket / convenience stores (12.5%), independent grocers (8.5%), dan supermarket (3.5%). 39 Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian DKI, saat ini terdapat 69 pusat perbelanjaan di Jakarta. Tersebar di Jakarta Barat 12 unit, Jakarta Pusat 23 unit, Jakarta Selatan 15 unit, Jakarta Utara 11 unit, dan Jakarta Timur delapan unit. 40 Jumlah hypermarket di Jakarta ada 10 unit, rinciannya, Jakarta Pusat 39 Ekapribadi, Loc.Cit. 40, Pasar Tradisional Terancam Punah, Jumlah Pasar Modern Saat Ini Sudah Keterlaluan. Republika, 21 Februari 2008, hlm. 18. Universitas Indonesia 16

17 empat unit, Jakarta Utara dua unit, Jakarta Selatan tiga unit, Jakarta Barat satu unit. 41 Sedangkan untuk supermarket ada 112 unit. Masing-masing, Jakarta Pusat 11 unit, Jakarta Barat 32 unit, Jakarta Selatan 39 unit, Jakarta Timur 19 unit, dan Jakarta Utara 11 unit. 42 Minimarket ada 147 unit, tersebar di Jakarta Barat 58 unit, Jakarta Timur 32 unit, Jakarta Selatan 24 unit, Jakarta Pusat 23 unit, dan Jakarta Utara Sembilan unit. 43 Minimarket yang diuraikan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian DKI ini merupakan yang terdaftar atau mempunyai izin usaha, sebab menurut H. A. Marzuki, Kasubag Koperasi dan UKM Bagian Administrasi Perekonomian Jakarta Barat, mengungkapkan saat ini di Jakarta Barat saja terdapat sedikitnya 300 usaha mini market seperti Indomaret, alfamart dan lainnya. Dari jumlah itu, Indomaret umumnya tidak memiliki izin. 44 Hal itu tentu sangat mengkhawatirkan bagi eksistensi pasar tradisional, karena selain pertumbuhan pelaku usaha ternyata juga diikuti dengan pertumbuhan konsumen yang berbelanja di pasar modern. Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukkan bahwa pangsa pasar dari pasar modern meningkat sebesar 11.8% selama lima tahun terakhir. 45 Jika pangsa pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24.8% maka pangsa pasar tersebut menjadi 32.4% tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001 2006 sebanyak 11.8% konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke pasar modern. 46 Survei dari AC Nielsen mengungkapkan bahwa dari beberapa bentuk ritel modern seperti supermarket, minimarket, pusat grosir, dan hypermarket ternyata mengalami pertumbuhan yang paling cepat, yaitu semula pada 41 Ibid. Ibid. Ibid., Izin Usaha Minimarket Ditunda http://humas.barat.jakarta.go.id/detail.php?key=00753, Diakses pada tanggal 20 Oktober 2008. 45, Tren Perkembangan Ritel, Pasar Tradisional Akan Tergusur, http://euro2008.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2004/08/19/brk,20040819-57,id.html, diakses pada 20 Oktober 2008. 46 Ibid Universitas Indonesia 17

18 tahun 2003 ada 43 hypermarket, lalu 2005 berkembang menjadi 83 unit. 47 Sedang supermarket bertambah dari 896 unit pada tahun 2003 menjadi 961 unit pada tahun 2005. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan pasar tradisional, pasar tradisional berdasarkan hasil survei AC Nielsen terbaru saat ini jumlahnya di Indonesia sebanyak 1,7 juta atau sebesar 73 persen dari keseluruhan pasar yang ada. Sedang sisanya sebanyak 27 persen berupa pasar modern. 48 Sedang pertumbuhan pasar tradisional menurut riset AC Nielsen sebesar 5 persen pertahun dan pasar modern mencapai 16 persen pertahun. 49 APPSI atau asosiasi pedagang pasar seluruh Indonesia juga mencatat bahwa saat ini pasar tradisional tumbuh minus 10%. Setidaknya Indonesia memiliki 12.650 pasar tradisional dengan 13 juta pemilik kios. 50 Di Jakarta sendiri terdapat 151 pasar tradisional, dimana tersebar pada, Jakarta Pusat 39 unit, Jakarta Timur 33 unit, Jakarta Selatan 28 unit, Jakarta Barat 27 unit, dan Jakarta Utara 24 unit. 51 Dari 151 unit pasar tersebut merupakan pasar yang terbagi menjadi empat kategori, pasar regional, kota, wilayah, dan Lingkungan. 52 Contoh pasar regional adalah Pasar Tanah Abang, Jatinegara, Cipulir, yaitu yang memiliki aktivitas perdagangan partai besar. 53 47, Hasil Riset ACNielsen Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional, http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2004/0622/prom1.html, diakses pada 20 Oktober 2008. Tren Perkembangan Ritel, Loc.Cit. Ibid. Risanto, Loc.Cit. 51, Tujuh Pasar Tradisional DKI Bangkrut, http://jurnalnasional.com/medweb&sec=breaking%20 news&rbrk=ibukota&id=5497&page=0&b=false&ntrue, diakses pada 20 Oktober 2008. 52 Ibid. 53 Adinda Sutriani, Pengaruh Peraturan Zonasi Dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat perbelanjaan, dan Toko Modern Terhadap Persaingan Usaha, (Skripsi Sarjana Fakulatas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2008), hlm. 26. Universitas Indonesia 18

19 Pasar kota contohnya Pasar Kramat Jati, yaitu pasar yang memiliki transaksi dagang yang lebih kecil dan lokasinya di sekitar kota kecamatan. 54 Menurunnya tingkat pertumbuhan pasar tradisional tentunya merisaukan banyak pihak, namun turunnya tingkat pertumbuhan tersebut merupakan gambaran dari suatu persaingan. Pasar tradisional ternyata kalah bersaing dengan pasar-pasar modern. Memang benar jika dilihat kalau pelaku usaha perpasaran modern mempunyai modal yang lebih besar dibanding dengan pelaku usaha pasar tradisional, namun hal itu sebenarnya bukan faktor penentu kalahnya pasar tradisional dari gempuran pasar modern. Faktor-faktor internal dari pasar tradisional itu sendiri yang menyebabkan menurunnya tingkat pertumbuhan pasar tersebut, faktor-faktor tersebut antara lain buruknya fasilitas yang ada, seperti parkir yang sempit karena banyak PKL, macet, becek, banyaknya sampah yang menumpuk, pedagang yang berdagang tidak jujur, seperti mengurangi timbangan, mencampur komoditas yang berbeda mutu. Sebenarnya dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, pasar tradisional pasti dapat bersaing dengan pasar-pasar modern walaupun pelaku usaha pasar tradisional tidak mempunyai modal sebesar pelaku usaha karena sebenarnya harga bukan faktor utama seorang konsumen memilih tempat berbelanja. Kebanyakan dari konsumen memilih tempat yang nyaman dan aman untuk berbelanja, maka dari itu seharusnya pemerintah lebih memperhatikan pelaku usaha perpasaran tradisional dengan cara meningkatkan kemampuannya dalam bersaing, dapat dengan cara memperbaiki fasilitas yang ada, memperbaiki infrastrukturnya, sehingga pasar tradisional mempunyai kemampuan menghadapi pasar modern. 2.3. Persaingan Dalam Industri Perpasaran dan Dampaknya Persaingan pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Begitu juga persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional. Pesatnya pertumbuhan pasar modern ternyata membawa dampak yang baik bagi konsumen. Konsumen 54 Ibid. Universitas Indonesia 19

20 menjadi mempunyai banyak pilihan dalam menentukan tempat belanja untuk memenuhi kebutuhannya, selain itu terjadi perang harga antara para pelaku usaha yang pada intinya akan menguntungkan para konsumen karena bisa mendapatkan harga yang lebih murah, belum lagi dalam berbelanja konsumen akan mendapatkan kenyamanan yang lebih karena adanya usaha lebih dari pelaku usaha untuk menarik konsumen. Munculnya pasar-pasar modern membawa aroma mematikan bagi pasar-pasar tradisional. Modal yang besar, fasilitas yang baik ternyata kombinasi yang ampuh untuk menarik konsumen, para pelaku usaha perpasaran swasta berlomba-lomba memberi potongan harga, bonus dan lainnya untuk menarik perhatian konsumen. Pasar tradisional yang terlena dengan keadaan mereka yang tanpa pesaing sebelum adanya pasar-pasar modern mulai tergeser kedudukannya, buruknya fasilitas, tidak adanya kehendak dari pemerintah untuk mengatasi masalah menyebabkan banyaknya pasar tradisional yang gulung tikar karena tidak dapat bersaing dari pasar modern. Persaingan ini jika terjadi terus menerus maka eksistensi pasar tradisional lama kelamaan akan habis, seperti yang digambarkan dalam tabel berikut yang merupakan proyeksi yang diberikan AC Nielsen: 55 Persentase kontribusi omzet 51 kebutuhan sehari-hari Tahun Pasar Tradisional Pasar modern 2001 75,2 24,8 2002 74,8 25,1 2003 73,7 26,3 2004 69,6 30,4 2005 67,6 32,4 2006* 65,6 34,4 Sumber : AC Nielsen, 2006. *) Januari-Juni 2006 55 Sutriani, Loc.Cit. Hal. 33. Universitas Indonesia 20

21 Terlihat dalam tabel bahwa omzet penjualan pasar tradisional memang masih lebih unggul dibanding pasar modern, namun dari tahun ke tahun persentase penjualan pasar tradisional terus menurun. Terbalik dengan pasar modern, walaupun secara omzet mereka masih kalah dibanding pasar tradisional, namun lambat laun mereka meningkatkan omzet tersebut, hal ini kalau terus berlangsung maka yang terjadi adalah pasar tradisional akan kehilangan omzetnya dan berarti eksistensi pasar tradisional akan berakhir. Hal itu terjadi karena pertumbuhan pasar modern yang tinggi tidak diikuti pertumbuhan pasar tradisional atau setidaknya perbaikan fasilitas, hal itu mengakibatkan pasar tradisional tidak mempunyai kemampuan untuk melawan pasar modern tersebut, kekurangan-kekurangan dari pasar tradisional tidak segera diperbaiki, mereka malah cenderung menyalahkan pelaku usaha pasar modern dan juga pemerintah. Pemerintah dianggap tidak memihak kepada pelaku usaha pasar tradisional yang mayoritas merupakan pelaku usaha kecil, pemerintah dianggap membiarkan pasar modern tumbuh dengan pesat dengan tidak mengatur keberadaannya. Padahal tumbuhnya pasar modern ternyata membawa dampak baik pula ke perekonomian masyarakat, menurut Direktur Pembangunan Ritel dan Bisnis AC Nielsen Yongky Surya Susilo perubahan pasar tradisonal menjadi pasar modern tidak akan menimbulkan efek sosial yang buruk dengan berkurangnya pelaku usaha, menurutnya satu hipermarket saja paling tidak bisa mempekerjakan sebanyak 400 orang. Artinya pembukaan satu ritel juga akan menyerap tenaga kerja yang besar 56 belum lagi pelaku usaha kecil lainnya yang menjadi rekanan para pelaku usaha perpasaran swasta yang jumlahnya mungkin ribuan. Pemerintah seharusnya berperan dalam hal ini. Pemerintah dapat mengkomodasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam industri perpasaran dengan cara mengatur keberadaan usaha perpasaran tersebut. Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur secara 56 Tren Perkembangan Ritel, Loc.Cit Universitas Indonesia 21

22 umum keberadaan usaha perpasaran. Perpres ini menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam membuat peraturan yang lebih khusus mengatur tentang usaha perpasaran di daerahnya. Jakarta sendiri ternyata sudah mempunyai peraturan yang mengatur tentang keberadaan industri perpasaran di wilayahnya dengan bentuk Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta di DKI Jakarta. Keluarnya Perpres tentang perpasaran tidak otomatis menjadikan Perda DKI tidak berlaku atau dicabut, menurut Biro Hukum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Perda tersebut masih berlaku selama aturan yang diatur dalam Perda tidak bertentangan dengan Perpres yang baru berlaku. Perda ini muncul setelah ada putusan dari KPPU Nomor 03/KPPU-L-I/2000, dimana putusan tersebut mengenai masalah Indomaret yang dilaporkan ke KPPU karena diduga melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam putusannya KPPU menganggap Indomaret kurang memperhatikan kondisi ekonomi lingkungan sekitar karena menimbulkan ketidakseimbangan dalam persaingan dengan warung dan toko di sekitar lokasi Indomaret. Dalam putusannya pula KPPU merekomendasikan kepada pemerintah untuk segera menyempurnakan peraturan yang mengatur antara lain kebijakan lokasi dan tata ruang perizinan, jam buka serta lingkungan sosial. Pada tahun 2002 rekomendasi tersebut diwujudkan oleh Pemerintah Provinsi DKI dengan mengeluarkan Perda DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Perpasaran Swasta di DKI Jakarta. Perda DKI Jakarta nomor 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta di DKI Jakarta salah satunya mengatur masalah harga. Perda tersebut mengatur bahwa harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh lebih rendah dengan yang ada di warung dan toko sekitarnya. 57 Dalam pengaturan pelaksananya, Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 44 tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perpasaran Swasta di Propinsi DKI Jakarta, mengatur bahwa untuk kegiatan usaha mini swalayan dan kegiatan usaha pasar swalayan harga jual barang-barang sejenis yang dijual, tidak 57 Jakarta, Loc.Cit, pasal 9. Universitas Indonesia 22

23 boleh jauh lebih rendah (maksimal) sebesar 10% dari harga jual di warung dan toko sekitar lokasi. 58 Pengaturan penetapan harga ini diharapkan dapat menyeimbangkan kondisi persaingan antara pelaku usaha pasar tradisional dengan pasar modern, dengan begitu pelaku usaha pasar tradisional diharapkan dapat bersaing dari gempuran pasar-pasar modern. 58 Keputusan Gubernur DKI Jakarta, Loc.Cit, pasal 7. Universitas Indonesia 23